Diamkan Spanduk Provokatif 01 Namun Malah Sibuk Awasi Jari, Rocky Gerung Kritik Bawaslu: Jadinya Bawasri
Jumat, 22 Maret 2019
Faktakini.com, Jakarta - Akademisi Rocky Gerung mengritik kerja Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Rocky menyebut Bawaslu terlalu sibuk mengawasi gestur jari, sehingga disebut 'Bawasri'.
"Yang terjadi Bawaslu sibuk mengawasi jari, sehingga jadinya Bawasri, badan pengawas jari," ujar Rocky di acara Aliansi Pengusaha Nasional, yang digelar di Djakarta Theater, Kamis (21/3/2019).
Rocky mengatakan, saat ini masih terdapat spanduk-spanduk yang mendukung salah satu paslon dengan kalimat sentimentil. Dia mencontohkan, salah satu spanduk tersebut yaitu bertulisan 'Kami rakyat Jokowi', namun menurutnya Bawaslu tidak melakukan peneguran.
"Saya seminggu lalu muter-muter Jawa Timur, Tuban, Lamongan, Jember, dan itu sepanjang kawasan-kawasan strategis Jatim ada baliho gede-gede, tulisannya 'Kami rakyat Jokowi' dan Bawaslu nggak negur yang pasang spanduk itu," kata Rocky.
"Sebenarnya itu spanduk yang berbahaya dan nggak masuk akal karena rakyat itu lebih panjang usianya daripada usia Presiden Jokowi. Rakyat itu abadi, rakyat itu tidak mungkin berubah. Presiden diganti setiap lima tahun, rakyat nggak diganti. Jadi kalau disebut 'Kami rakyat Jokowi' berarti 17 April nanti mereka tidak lagi jadi rakyat. Kan logikanya begitu. 'Kami rakyat Jokowi', yang lain tuyul apa," sambungnya.
Dia menyebut spanduk-spanduk ini dapat menimbulkan perpecahan di masyarakat. Rocky mengatakan Bawaslu seharusnya menegur pemasang spanduk tersebut, bukan hanya mengawasi pelanggaran terkait pose jari.
"Kalau mengatakan 'kami fanatik kepada Jokowi', oke, 'kami pendukung Jokowi', oke, 'Kami cebong', nggak soal. Tapi ini memakai kata rakyat, itu artinya memecah belah dan Bawaslu mestinya menegur spanduk nggak masuk akal itu, bukan mengawasi jari orang, karena tugas Bawaslu adalah memeriksa mana kampanye yang berargumen dan hanya sentimen. Bawaslu mestinya tegur mereka yang memasang spanduk yang berbasis sentimen. 'Kami rakyat Jokowi' itu sentimen, bukan argumen," kata Rocky.
Pada kesempatan yang sama, politikus Partai Golkar Erwin Aksa mendapat giliran berbicara terlebih dulu, membahas terkait keinginan adanya 'navigator' baru. Hal ini lantaran, menurutnya, pendapatan di pasar hingga mal menurun.
Erwin menyinggung usaha teman-temannya. Menurutnya, rekan-rekan bisnisnya menceritakan hal yang hampir mirip terkait usaha masing-masing.
"Tidak ada satu pun teman-teman yang saya tanyakan usahanya baik, tidak ada satu pun teman-teman yang saya tanyakan usahanya tumbuh, tidak ada satu pun teman-teman yang saya tanyakan mereka bisa menjual, pasar-pasar di Tanah Abang menurun jualannya," kata Erwin.
"Pasar-pasar di mana-mana kita lihat menurun penjualannya. Mal-mal pada sepi, toko-toko pada tutup. Itu yang kita rasakan 4,5 tahun terakhir ini," imbuh dia.
Menurutnya, bangsa ini hilang arah. Karena itu, dia mendukung pasangan Prabowo-Sandi.
"Kita tidak merasakan kehadiran atau navigator bangsa ini yang bisa membawa direksi atau direction atau menavigasi kita, kita harus bagaimana? Tidak ada navigasi dari bangsa ini. Oleh karena itu, kita butuh navigator baru, kita butuh pemimpin yang tentunya mampu menavigasi bangsa ini 5 tahun ke depan," beber Erwin.
"Karena itu, kami menaruh harapan besar kepada Bapak Prabowo Subianto dan Bang Sandiaga Uno untuk bisa memimpin bangsa ini dan bisa menavigasi bangsa ini agar kita semua memiliki keadilan-kemakmuran dan tentunya juga usaha kita bisa kembali pulih dan bisa tumbuh dan bisa berkembang," jelas dia.
Sumber: Detik
Faktakini.com, Jakarta - Akademisi Rocky Gerung mengritik kerja Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Rocky menyebut Bawaslu terlalu sibuk mengawasi gestur jari, sehingga disebut 'Bawasri'.
"Yang terjadi Bawaslu sibuk mengawasi jari, sehingga jadinya Bawasri, badan pengawas jari," ujar Rocky di acara Aliansi Pengusaha Nasional, yang digelar di Djakarta Theater, Kamis (21/3/2019).
Rocky mengatakan, saat ini masih terdapat spanduk-spanduk yang mendukung salah satu paslon dengan kalimat sentimentil. Dia mencontohkan, salah satu spanduk tersebut yaitu bertulisan 'Kami rakyat Jokowi', namun menurutnya Bawaslu tidak melakukan peneguran.
"Saya seminggu lalu muter-muter Jawa Timur, Tuban, Lamongan, Jember, dan itu sepanjang kawasan-kawasan strategis Jatim ada baliho gede-gede, tulisannya 'Kami rakyat Jokowi' dan Bawaslu nggak negur yang pasang spanduk itu," kata Rocky.
"Sebenarnya itu spanduk yang berbahaya dan nggak masuk akal karena rakyat itu lebih panjang usianya daripada usia Presiden Jokowi. Rakyat itu abadi, rakyat itu tidak mungkin berubah. Presiden diganti setiap lima tahun, rakyat nggak diganti. Jadi kalau disebut 'Kami rakyat Jokowi' berarti 17 April nanti mereka tidak lagi jadi rakyat. Kan logikanya begitu. 'Kami rakyat Jokowi', yang lain tuyul apa," sambungnya.
Dia menyebut spanduk-spanduk ini dapat menimbulkan perpecahan di masyarakat. Rocky mengatakan Bawaslu seharusnya menegur pemasang spanduk tersebut, bukan hanya mengawasi pelanggaran terkait pose jari.
"Kalau mengatakan 'kami fanatik kepada Jokowi', oke, 'kami pendukung Jokowi', oke, 'Kami cebong', nggak soal. Tapi ini memakai kata rakyat, itu artinya memecah belah dan Bawaslu mestinya menegur spanduk nggak masuk akal itu, bukan mengawasi jari orang, karena tugas Bawaslu adalah memeriksa mana kampanye yang berargumen dan hanya sentimen. Bawaslu mestinya tegur mereka yang memasang spanduk yang berbasis sentimen. 'Kami rakyat Jokowi' itu sentimen, bukan argumen," kata Rocky.
Pada kesempatan yang sama, politikus Partai Golkar Erwin Aksa mendapat giliran berbicara terlebih dulu, membahas terkait keinginan adanya 'navigator' baru. Hal ini lantaran, menurutnya, pendapatan di pasar hingga mal menurun.
Erwin menyinggung usaha teman-temannya. Menurutnya, rekan-rekan bisnisnya menceritakan hal yang hampir mirip terkait usaha masing-masing.
"Tidak ada satu pun teman-teman yang saya tanyakan usahanya baik, tidak ada satu pun teman-teman yang saya tanyakan usahanya tumbuh, tidak ada satu pun teman-teman yang saya tanyakan mereka bisa menjual, pasar-pasar di Tanah Abang menurun jualannya," kata Erwin.
"Pasar-pasar di mana-mana kita lihat menurun penjualannya. Mal-mal pada sepi, toko-toko pada tutup. Itu yang kita rasakan 4,5 tahun terakhir ini," imbuh dia.
Menurutnya, bangsa ini hilang arah. Karena itu, dia mendukung pasangan Prabowo-Sandi.
"Kita tidak merasakan kehadiran atau navigator bangsa ini yang bisa membawa direksi atau direction atau menavigasi kita, kita harus bagaimana? Tidak ada navigasi dari bangsa ini. Oleh karena itu, kita butuh navigator baru, kita butuh pemimpin yang tentunya mampu menavigasi bangsa ini 5 tahun ke depan," beber Erwin.
"Karena itu, kami menaruh harapan besar kepada Bapak Prabowo Subianto dan Bang Sandiaga Uno untuk bisa memimpin bangsa ini dan bisa menavigasi bangsa ini agar kita semua memiliki keadilan-kemakmuran dan tentunya juga usaha kita bisa kembali pulih dan bisa tumbuh dan bisa berkembang," jelas dia.
Sumber: Detik