Golkar: Rakyat Tak Suka PSI Imbasnya Elektabilitas Jokowi Juga Ikut Anjlok
Jum'at, 22 Maret 2019
Faktakini.com, Jakarta - Koalisi Jokowi lagi-lagi ribut sendiri. Kini elite Golkar dan PSI saling serang gara-gara hasil survei terbaru.
Survei Litbang Kompas menunjukkan bahwa pemilih memiliki resistensi terhadap parpol-parpol tertentu. Litbang Kompas menyatakan resistensi terbesar di kelompok partai baru dialami oleh PSI. Elektabilitas PSI hanya 0,9 persen, namun resistensinya berada di angka 5,6 persen.
Elite Golkar, Andi Sinulingga, menyalahkan PSI atas turunnya elektabilitas capres yang sama-sama mereka usung, Joko Widodo (Jokowi). Di survei Litbang Kompas, elektabilitas Jokowi dari Oktober 2018 ke Maret 2019 turun.
"Blunder PSI memberikan sumbangan pada turunnya elektabilitas Jokowi. Resistensi rakyat terhadap PSI tinggi sekali dan itu berpengaruh negatif pada Jokowi," kata Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPP Partai Golkar itu kepada wartawan, Jumat (22/3/2019).
Dia juga mempersoalkan narasi PSI soal perda syariah. Seperti diketahui, PSI lewat ketumnya, Grace Natalie, berkali-kali berbicara tentang penolakan perda berbasis agama dan hal itu menimbulkan pro dan kontra.
"Narasi PSI atas perda syariah berkonotasi negatif atas apa yang dinamakan syariah Islam, seolah-olah syariah Islam itu tidak baik. Hal-hal seperti itu menyakitkan bagi sebagian besar pemeluk agama Islam," ujar Andi.
"Jadi wajar kalau hasil survei menjelaskan bahwa resistensi publik atas PSI tinggi sekali," ujarnya.
Tudingan Andi ini ditepis Ketua DPP PSI Tsamara Amany. Dia menganggap hal itu cuma asumsi.
"Tidak ada korelasi antara penurunan elektabilitas dan PSI. Hasil survei Kompas tidak menyatakan adanya korelasi demikian," kata Tsamara Amany.
"Jadi alasan ini kurang ilmiah dan basisnya asumsi. Elite parpol seharusnya berbasis data, jangan asumsi. Itu bahaya," sambungnya.
Pernyataan Tsamara ini dipersoalkan lagi oleh Andi Sinulingga. Tudingannya dianggap cuma asumsi, Andi menilai politikus PSI seperti anak kecil dan nalarnya dangkal.
"Intuisi politik anak-anak PSI itu lemah tapi keminter. Tidak tertulis di penjelasan survei bukan berarti tak ada. Kesimpulan pilpres ketat juga tidak tertulis di survei, tapi orang cukup membaca data dan menyimpulkannya," ujar Andi.
Menurutnya, PSI selama ini sudah identik dengan Jokowi. Oleh sebab itu, persepsi publik terhadap PSI juga berimbas pada capres nomor urut 01 tersebut.
"PSI itu sudah terasosiasi dengan Jokowi meski 'berkah' elektoralnya juga tidak ke mereka. Sementara buruknya persepsi publik atas PSI itu berpengaruh pada citra Jokowi. Itu yang mereka nggak paham-paham dan nggak bisa diberi pemahaman," ungkapnya.
Foto: Ketua Pemenangan Pemilu Sumatera I DPP Partai Golkar, Andi Sinulingga
Sumber: Detik
Faktakini.com, Jakarta - Koalisi Jokowi lagi-lagi ribut sendiri. Kini elite Golkar dan PSI saling serang gara-gara hasil survei terbaru.
Survei Litbang Kompas menunjukkan bahwa pemilih memiliki resistensi terhadap parpol-parpol tertentu. Litbang Kompas menyatakan resistensi terbesar di kelompok partai baru dialami oleh PSI. Elektabilitas PSI hanya 0,9 persen, namun resistensinya berada di angka 5,6 persen.
Elite Golkar, Andi Sinulingga, menyalahkan PSI atas turunnya elektabilitas capres yang sama-sama mereka usung, Joko Widodo (Jokowi). Di survei Litbang Kompas, elektabilitas Jokowi dari Oktober 2018 ke Maret 2019 turun.
"Blunder PSI memberikan sumbangan pada turunnya elektabilitas Jokowi. Resistensi rakyat terhadap PSI tinggi sekali dan itu berpengaruh negatif pada Jokowi," kata Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPP Partai Golkar itu kepada wartawan, Jumat (22/3/2019).
Dia juga mempersoalkan narasi PSI soal perda syariah. Seperti diketahui, PSI lewat ketumnya, Grace Natalie, berkali-kali berbicara tentang penolakan perda berbasis agama dan hal itu menimbulkan pro dan kontra.
"Narasi PSI atas perda syariah berkonotasi negatif atas apa yang dinamakan syariah Islam, seolah-olah syariah Islam itu tidak baik. Hal-hal seperti itu menyakitkan bagi sebagian besar pemeluk agama Islam," ujar Andi.
"Jadi wajar kalau hasil survei menjelaskan bahwa resistensi publik atas PSI tinggi sekali," ujarnya.
Tudingan Andi ini ditepis Ketua DPP PSI Tsamara Amany. Dia menganggap hal itu cuma asumsi.
"Tidak ada korelasi antara penurunan elektabilitas dan PSI. Hasil survei Kompas tidak menyatakan adanya korelasi demikian," kata Tsamara Amany.
"Jadi alasan ini kurang ilmiah dan basisnya asumsi. Elite parpol seharusnya berbasis data, jangan asumsi. Itu bahaya," sambungnya.
Pernyataan Tsamara ini dipersoalkan lagi oleh Andi Sinulingga. Tudingannya dianggap cuma asumsi, Andi menilai politikus PSI seperti anak kecil dan nalarnya dangkal.
"Intuisi politik anak-anak PSI itu lemah tapi keminter. Tidak tertulis di penjelasan survei bukan berarti tak ada. Kesimpulan pilpres ketat juga tidak tertulis di survei, tapi orang cukup membaca data dan menyimpulkannya," ujar Andi.
Menurutnya, PSI selama ini sudah identik dengan Jokowi. Oleh sebab itu, persepsi publik terhadap PSI juga berimbas pada capres nomor urut 01 tersebut.
"PSI itu sudah terasosiasi dengan Jokowi meski 'berkah' elektoralnya juga tidak ke mereka. Sementara buruknya persepsi publik atas PSI itu berpengaruh pada citra Jokowi. Itu yang mereka nggak paham-paham dan nggak bisa diberi pemahaman," ungkapnya.
Foto: Ketua Pemenangan Pemilu Sumatera I DPP Partai Golkar, Andi Sinulingga
Sumber: Detik