Habib Ali Akbar Bin Muhammad Bin Aqil: Dua Jam Bersama Habib Rizieq Shihab

Selasa, 26 Maret 2019

Faktakini.com

DUA JAM BERSAMA HABIB RIZIEQ SHIHAB

Oleh : Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil*

Ahad 10 Rajab 1440 H bertepatan dengan 17 Maret 2019 menjadi hari yang istimewa bagi saya. Setelah lama menanti untuk bisa berangkat ke Tanah Suci, melaksanakan ibadah umroh, ziarah ke makam Rasulullah SAW, dan bersilaturrahim kepada Habib Muhammad Rizieq Shihab (HRS), akhirnya kesempatan itu datang juga.

Tepat setelah Shalat Zuhur di Masjidil Haram, seorang teman dekat yang juga orang dekat HRS mengontak saya melalului WA. Katanya, HRS siap untuk menerima tamu satu jam dari ia menelepon. Saya diminta segera meluncur ke salah satu hotel yang ditunjuk. Lokasinya sangat dekat dengan Masjidil Haram. Tanpa menunggu lama, saya pun bergegas memenuhi ajakan kawan yang sama-sama asli dari Bumi Arema ini. 

Setelah berjumpa dengan kawan saya ini, saya diajak naik ke lantai tempat kamar HRS berada. Di kamar kelas Presidential Suite saya menunggu sembari mengobrol dengan beberapa pengawal HRS. Satu jam kemudian barulah HRS keluar menemui saya yang masih satu-satunya tamu beliau. Kami saling bersalaman. Saya berusaha mencium tangannya. Beliau berusaha melepaskannya tapi tetap saya cium tangan beliau sebagai bentuk penghormatan kepada ulama dan guru, layaknya santri kepada gurunya. Kami saling bertukar kabar dan keadaan masing-masing.

Tampak HRS dalam keadaan sehat dan wajahnya cerah berseri-seri. Beberapa saat berlalu, barulah para tamu mulai berdatangan satu demi satu. Tamu pria dan wanita masuk dengan tertib dan ditempatkan di tempat terpisah. Mereka datang dari beberapa daerah di Tanah Air yang rindu dengan Imam Besar Front Pembela Islam sekaligus salah satu motor penggerak Aksi Bela Islam yang menyejarah tersebut. Mereka ada yang datang dari Pulau Garam (Madura), Banten, Aceh, Lombok, Pasuruan, dan Gresik.

Banyak hal yang disampaikan dan menjadi topik perbincangan antara kami dengan HRS. Namun  fokusnya tentang masalah politik. Satu per satu dari kami menyampaikan kondisi di daerah masing-masing. Dari sekian hal yang disampaikan mengerucut pada kesimpulan. Pertama, tentang pentingnya pengawasan TPS secara ketat dan cermat. Ada yang menengarai proses Pemilu ini diwarnai kecurangan jika tidak diawasi.

Kedua, sikap optimis dan tawakkal kepada Allah SWT untuk kemenangan Prabowo-Sandi. Sikap optimis ini lahir sebagai bentuk kesetiaan terhadap hasil Ijtima` Ulama yang mendukung Prabowo-Sandi sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2019-2024.

Ketiga, akan terus menyampaikan kepada umat dan masyarakat secara umum tentang kegagalan rezim sekarang ini dalam meningkatan taraf perekonomian, munculnya gejala kebangkitan ajaran komunis, maraknya penistaan agama, kriminalisasi ulama, utang yang semakin membengkak, subsidi yang dicabut, tarif-tarif dasar kehidupan yang melambung tinggi, dan membanjirnya pekerja asing serta banyaknya pengangguran yang berdampak pada kehidupan sosial serta keamanan.

Setelah semua menyampaikan pandangan dan pendapat serta keadaan di daerah masing-masing, barulah HRS memberikan wejangan dan arahan kepada semua pihak termasuk kepada pihak penyelenggara Pemilu. Pertama, jangan kita termakan oleh berita hoax. Berita hoax sangat merugikan semua pihak. Taktik jahat kadang digunakan untuk mengelabui dan membodohi umat dengan melempar sebuah berita hoax agar kita terpancing untuk ikut menyebarkan sehingga ada alasan untuk dilakukan penangkapan disertai opini bahwa pihak oposisi itu adalah pihak yang gemar membuat dan menyebarkan hoax. Harapannya adalah membuat umat berkurang simpatinya dan beralih mendukung rezim.

Solusi yang disampaikan oleh HRS adalah kita lawan berita hoax dengan berita yang haq (benar). Kita lawan dan gempur habis-habisan setiap berita bohong, palsu, dan hoax dengan menyajikan berita yang sesungguhnya, berita yang sesuai dengan realita dan kenyataan, sehingga berita hoax itu lambat laun akan tenggelam dan tinggalah sebuah berita yang benar yang tak terbantahkan. "Karenanya, sebelum kita menyebar sebuah berita kita teliti lebih dalam sejauh mana kevalidannya, kita kroscek sampai benar-benar mantap. Barulah jika memang berita yang benar, kita sebarkan kepada masyarakat."

Kedua, lawan fitnah dari pihak seberang dengan fakta. Fitnah jangan kita balas dengan fitnah. Jika fitnah dibalas dengan fitnah maka kita dan mereka adalah sama; kita sama-sama tukang fitnah yang doyan menyebar sesuatu dengan tujuan menjatuhkan kredibilitas, kehormatan dan menghancurkan nama baik seseorang, padahal tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Fitnah harus kita tenggelamkan dengan fakta.

Saya (penulis) mau memberi contoh dengan isu yang sedang hangat. Yaitu, fitnah bahwa jika Prabowo-Sandi menang, NU akan menjadi fosil. Tradisi Maulidan, tahlilan, istighatsaan, ratiban, ziyarah kubur, Hari Santri, zikir di Istana, dan beragam tradisi ke-Nu-an lainnya akan punah.

Ini jelas sebuah fitanh yang keji. Sikap kekanak-kanakan yang dilakukan oleh oknum yang menghalalkan segala cara demi memenangkan jagoannya dengan cara-cara provokatif yang sarat dengan nuansa adu domba. Nah, kita lawan dan tenggelamkan fitnah oknum seperti ini dengan menyampaikan fakta, bahwa tidak benar tuduhan dan tudingan NU akan menjadi fosil. Yang benar adalah justru budaya dan tradisi akan tetap lestari sampai kapan pun, siapa saja yang menjadi pemimpin di negeri ini. Sebab, NU adalah Rumah Besar Aswaja (Ahlus Sunnah wal Jama`ah) yang sudah terbukti kontribusinya dalam membangun dan menjaga NKRI. Inilah salah satu contoh bagaimana melawan fitnah dengan fakta.

Ketiga, tegakkan kejujuran dan keadilan dalam proses Pemilihan Umum. Dalam hal ini HRS menyebutkan, bahwa jargon Pemilu Damai yang digembar-gemborkan oleh sejumlah pihak sarat dengan kepentingan politik. Seolah dengan jargon Pemilu Damai, kecurangan harap dimaklumi. Sebab jika kita tidak memaklumi sesuai dengan jargon Pemilu Damai, berarti kita adalah pihak yang ingin membuat kericuhan dan menginginkan terjadinya ketidakstabilan. Kita pun dianggap melawan hukum dan akhirnya dijebloskan ke dalam penjara.

Kecurangan yang ditengarai sudah dan akan terus terjadi selama ini justru bisa menghasilkan Pemilu yang jauh dari suasana damai. Karena itu, HRS menyampaikan himbauan sekaligus peringatan kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan Pemilu, jika Pemilu ingin berlangsung damai, laksanakanlah dengan Jurdil (Jujur dan Adil). Kedamaian dalam proses Pemilihan Umum akan terwujud jika semua pihak, khususnya penyelenggara Pemilu: KPU, Bawaslu, Panwaslu, Pemerintah, TNI/Polri, BIN, benar-benar bertindak sebagai wasit yang berada di tengah, netral, tidak memihak ke salah satu pasangan, dan tidak ikut berkompetisi. Pemilu yang damai niscaya akan hadir jika diselenggarakan dengan jujur dan adil.

Dan HRS yakin berdasarkan polling independen, twitter, IG, dan FB baik nasional maupun internasional, beliau punya isyarah dan bisyarah kemenangan Prabowo-Sandi. Beliau menegaskan, “Prabowo-Sandi sulit dikalahkan kecuali dicurangi. Curang adalah musuh agama, bangsa dan Negara. Curang adalah musuh bersama..!!”

Terakhir, dalam nasihat dan arahannya HRS mengingatkan umat Islam untuk tidak lupa berdoa di waktu siang dan malam. Jangan pernah berharap lebih kecuali kepada Allah SWT. Dialah yang Maha segalanya. Dialah yang menentukan garis kemenangan umat. Tugas kita hanya berjuang. Selebihnya kita serahkan dan tawakal kepada Allah. Selain itu, laksanakan shalat lima waktu berjamaah di masjid, puasa Sunnah di hari Senin dan Kamis, jangan lepas dari zikir pagi dan petang, aktif menghadiri majelis-majelis ilmu, dekat dengan para ulama, jauhi maksiat, agar nasrun minallah wa fathun qariib (pertolongan dari Allah dan kemenangan yang sudah dekat) akan lahir.

*Anak Ketua FPI Malang Raya 1999-2001