Masya Allah, Biasa Dengar Hal Baik, Bunda Neno Abaikan Penghujat Puisi Munajat 212

Ahad, 3 Maret 2019

Faktakini.com, Jakarta - Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Neno Warisman, mengaku tak mau mendengar tuduhan dan hujatan puisinya biadab. Dia menyatakan dirinya hanya mendengar hal-hal yang baik.

"Nggak, aku nggak mau dengar. Aku hanya mendengar hal-hal yang baik, yang positif gitu," kata Neno di Al Jazzeerah Polonia, Jalan Cipinang Cempedak, Jakarta Timur, Minggu (3/3/2019).

Hal itu disampaikan Neno saat ditanya responsnya soal Mantan Ketum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii yang menuding puisinya biadab.

Menurut Neno, dirinya hanya mau mendengar hal baik karena pikiran harus selalu diisi dengan hal positif.

"Karena pikiran kita itu harus selalu diisi dengan hal yang positif dan aku menyukai sesuatu yang positif," ujarnya.

Mengomentari soal puisi Neno, KH Yahya Zainul Ma'arif, atau biasa disapa Buya Yahya, menjelaskan sepenggal kalimat yang dipersoalkan itu.

Buya Yahya menilai, kalimat yang dipersoalkan itu bukan mengancam Allah. Sebab, Nabi Muhammad juga pernah berdoa seperti itu saat Perang Badar 17 Ramadhan 2 Hijriah. Hal ini tercantum dalam Hadits Riwayat Muslim 3/1384 hadits nomor 1763.

"Tentang kalimat itu, 'jika Engkau tidak memenangkan kami, maka kami khawatir tidak ada yang menyembahMu di muka bumi. Jawabannya adalah, bukan mengancam Allah. Kalau mengancam Allah begini, 'ya Allah, kalau Engkau tidak memenangkan kami, kami tidak akan menyembahMu. Itu kurang ajar. Akan tetapi dia mengatakan, 'ya Allah jika Engkau tidak memenangkan kami, maka kami takut tidak ada yang menyembahMu. Kalimat ini bukan kalimat ancaman, bukan mengancam Allah. Akan tetapi ini rasa khawatir. Kalimat ini siapa yang pertama mengucapkan? Ini yang pertama mengucapkan adalah Baginda Nabi Besar Muhammad waktu di Perang Badar," ujar Buya Yahya dalam video di Youtube.

Buya Yahya menjelaskan, saat Perang Badar, pasukan Nabi Muhammad hanya sekitar 300 orang melawan pasukan kafir Quraisy seribu lebih. Perang yang tidak seimbang secara jumlah. Di saat itulah, Nabi meminta kepada Allah untuk mengabulkan janjiNya.

"Nabi mengadu ke Allah, ya Allah penuhi janjiMu. Nabi serius berjuang di jalan Allah, maka sesuai janji Allah, Allah akan menolongnya. Maka Nabi tagih janji Allah. Ini bukan berarti mengancam Allah. Akan tetapi rasa kekhawatiran Nabi, karena Nabi ingin setiap pojok rumah ada orang sujud, setiap sejengkal tanah ada orang sujud. Karena kalau orang Islam kalah, kemudian orang kafir tidak ada yang sujud. Akhirnya bumi ini tempat bermaksiat semuanya," ujar Buya.

Buya menegaskan, penjelasannya ini hanya untuk menerangkan makna kalimat yang menjadi poleik di tengah masyarakat. Dia tidak ingin penjelasannya ini diasumsikan mendukung atau membenarkan yang satu dan menyalahkan yang lainnya.

"Ini zamannya zaman fitnah. Dipotong begini, dipikir nanti kita memusuhi ini atau mendukung ini. Kita bicara tentang ilmiah permasalahan. Terlepas siapa yang ngomong. Bapakku, anakku, keponakanku, sama."

"Kami hanya mengomentari kalimat ini. Itu bukan menantang Allah," pengasuh Lembaga Pengembangan Da'wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah ini menekankan.

Namun, salah persepsi dan gagal paham mengenai puisi Neno Warisman biadab menimpa Syafii Maaruf, dan itu ia nyatakan setelah menghadiri acara bedah buku karyanya berjudul 'Krisis Arab dan Masa Depan Dunia Islam' di Gedung Pascasarjana UMY, Jumat (1/3).

Syafii menuding doa yang dipanjatkan Neno Warisman dengan membawa nama tuhan ke ranah pemilu tak tepat. Apa yang dilakukan Neno, klaim Syafii, adalah perbuatan biadab.

"Itu puisi, itu kan sudah saya (jelaskan). Saya kemarin di Jakarta bicara ini puisi biadab. 'Biadab' itu bahasa Persia. 'Bi' itu artinya 'tidak', 'adab' itu 'tata krama'," Klaim Syafii.

"Ini dia membuat (membawa nama) Tuhan dalam pemilu, itu kan biadab, dan dia nggak ngerti agama. Neno itu nggak paham agama," tudingnya.

Sumber: Detik