Prabowo Kembali Rajai Debat, Arsyad Syahrial: Catatan Pinggir Debat Capres IV Semalam

Ahad, 31 Maret 2019

Faktakini.com

*“Catatan Pinggir Debat Capres IV Semalam”*
By Arsyad Syahrial

Beberapa hal yang menjadi perhatian saya dari debat Capres ke-IV semalam adalah:

▪ Pertama, nama "Dilan" lagi-lagi disebut-sebut. What's the fuss about with Dilan?

Mau dibilang akronim dari DIgital meLAyaNi, tetap saja everybody knows kalau Dilan itu tokoh novel yang sama sekali bukanlah teladan yang baik. Maka jadi pertanyaan: kenapa sih demen banget sama nama Dilan itu? Kenapa maksa banget dengan nama itu?

Kalau gitu, kami katakan: "anda tidak perlu DILANjutkan" dan "semoga DILANcarkan balik ke Solo".

▪ Kedua, ingin pendidikan Pancasila dimulai dari PAUD.

Haduh, apa tidak tahu bahwa PAUD itu tidak ada kurikulumnya? Pun juga yang namanya "Wajib Belajar" itu dimulai dari SD s/d SMA. So jangan lebay lah!

▪ Ketiga, mengatakan bahwa 4,5 tahun difitnah dia diam saja.

Heylooo…?!?!?

Itu kemarin yang bilang: "Saya lawan!" memangnya siapa yaaak…?!?!?

▪ Keempat, mengangkat perkara "perampingan lembaga negara".

Lah itu segala Badan Pembinaan Ideologi itu apa sih kerjaan mereka yang sebenarnya? Coba tolong dijelaskan orang-orang yang duduk di sana yang digaji sekian ratus juta sebulannya, mereka itu kerjaannya apa? Kemudian apa KPInya?

▪ Kelima, bicara soal pertahanan, yang dibicarakan terus saja soal sebaran radar yang katanya sudah sekian titik, lalu katanya lagi bisa mendekteksi pelanggar wilayah.

Hadeeeh…!

Masalahnya bukan cuman pendeteksian pelanggar wilayah, tapi setelah dideteksi maka deterennya bagaimana?

Pesawat asing masuk ke wilayah kedaulatan itu setelah dideteksi apakah bisa di-intercept ? Kalau bisa, lantas apa faktor "pembuat takut"nya bagi si pelanggar itu? Apa lupa kejadian saat the 7th Fleet melintas di perairan dalam, lantas dikirim fighter untuk "menyambut" mereka, lantas 7th Fleet kirim F-18 Super Hornet, kemudian pilot si Super Hornet cukup menggoyang badan pesawatnya untuk memperlihatkan bawaan tentengannya… sementara pesawat yang dikirim untuk meng-intercept tak punya tentengan… so akhirnya melenggang bebas lah si 7th Fleet tanpa bisa diapa-apain…

Belum lagi situs radar kita sama sekali tidak dilindungi sistem anti rudal, sehingga kalau diserang dengan rudal anti radar semacam AGM-88 HARM, ya habis lah sudah.

▪ Keenam, bicara soal investasi pembuatan ALUTSISTA kapal selam dan tank.

Heylooo… lupa ya Esemka yang dulu di 2014 katanya sudah ada 6.000 unit pesanan, lalu di 2018 katanya mau launching di Oktober. Namun sampai hari ini, tanggal 182 Oktober 2018, belum juga di-launching tuh??? Padahal prosesnya cuman sesederhana remarking dari Foday / Jinbei yang notabe made-in PRC. Tetap saja yang namanya Esemka itu ghoib…

Nggak usah muluk-muluk lah bicara soal Defense Policy, apalagi sok jago lawan pak PS. Pak PS itu jendral tempur sungguhan dan mantan Panglima Kostrad. Rekan diskusinya adalah US Army Gen (Ret) Wesley Clark yang mantan Panglima NATO. Walau pak PS sudah pensiun 20 tahun, memangnya pak PS nggak diskusi dulu apa sama para jendral yang masih aktif yang dulu pernah jadi anak buahnya sebelum tampil di debat? Ikan kok diajarin berenang?

▪ Ketujuh, mengatakan bahwa tidak ada asset vital militer yang dikelola swasta.

Heylooo…???

Lupa ya kalau Halim PK itu dikelola swasta? Memangnya Halim itu bandara komersial biasa apa? Coba deh, sekarang ini zamannya air superiority adalah penentu kemenangan perang. Lihat saja kalau suatu negara ingin menginvasi negara lain, maka negara agressor akan merebut dulu bandara atau pelabuhan di negara sasaran, karena itulah jalan untuk memasukkan peralatan tempur, pasukan, dan logistik mereka sebelum menyebar ke pelosok negeri. Lihat saja itu Operation Dessert Storm, Operation Enduring Freedom, dan Operation Iraqi Freedom, memangnya di-support pakai apa dulu? Bandara dan pelabuhan, Masbro & Mbaksis!

Duuuh… kasihan lah sebenarnya… orang yang bacaannya hanya Sinchan dan Doraemon disuruh lawan orang yang bacaannya Ghost Fleet dalam debat Strategic Defense. Ya kebanting habis atuh!

▪ Kedelapan, bicara diplomasi jago?

Eheeem… memangnya diplomasi itu enggak pakai back-up apa? Diplomasi itu bukan hanya soal pinter ngomong, tapi apa resiko yang dihadapi jika terjadi kebuntuan di meja diplomasi.

Begini sederhananya, kalau ngotot-ngototan debat lawan diplomat Amrik anak buahnya mbah Don Trump, atau lawan diplomat Russky anak buahnya oom Putin, atau versus anak buahnya babah Xi Jin-ping, pasti beda dong dengan ngotot-ngototan debat lawan diplomat Costa Rica, Nepal, atau Fiji?

Why?

Konsekwensinya, Masbro & Mbaksis!

Di situlah prinsip si vis pacem para bellum – if you want peace, you have to prepare for war – berperan. Damai itu bukan cuman perkara jagonya diplomat di meja perundingan membuat perjanjian. Akan tetapi ngerinya pihak-pihak yang mau bikin perang akan resiko yang dihadapi kalau menyerang negara yang sangat kuat. Kebayang kan kalau misalnya Kim Jong-un nekad menyerang Don Trump, alih-alih menang, rata itu KorUt sama Amrik.

Damai itu bukan karena diplomat lu jago, tapi karena angkatan perang negara lu kuat sehingga lawan lu ngeri macem-macemin lu!

Beda memang cara pandang Ahli Militer dengan Ahli Melitur.

▪ Kesembilan, nanya apa yang sudah dilakukan terhadap Rakhine.

Laaah…???

Kebaca banget sih strateginya adalah memberi umpan pertanyaan terus ujung-ujungnya adalah jualan apa yang dia sudah lakukan. Jualan lagi, jualan lagi… kok ya mirip SPG merangkap mandor?

Padahal sesi bertanya itu tujuannya adalah menyusun pertanyaan dalam rangka menggali, menganalisa, dan berpikir kritis terhadap gagasan pihak lawan. Memang sih, membuat pertanyaan cerdas untuk menggali pemikiran orang adalah lebih sulit daripada menjawab pertanyaan itu sendiri…

Well, again it's IQ 150 vs IQ 90.

▪ Kesepuluh, data KPK tentang index persepsi korupsi tahun 1998.

Heylooo…?!?!?

KPK itu baru dibentuk tahun 2002, Paaaak…

Oh puuuhleeez…

#PrabowoBentengNKRI
#JokowiDiAmbangKekalahan

Insyâ’Allôh #PrabowoSandiPresiden

Posting Komentar untuk "Prabowo Kembali Rajai Debat, Arsyad Syahrial: Catatan Pinggir Debat Capres IV Semalam"