Semprot Hendropriyono, MUI: Khilafah Ajaran Mulia Islam, Jangan Benturkan Dengan Pancasila!
Sabtu, 30 Maret 2019
Faktakini.com, Jakarta - Majelis Ulama Indonesia atau MUI mengeluarkan imbauan kepada kedua kubu pasangan calon presiden-wakil presiden, agar menghindari penggunaan isu keagamaan, seperti penyebutan khilafah.
Alasannya, karena itu merupakan bentuk politisasi agama yang bersifat peyoratif atau menjelekkan.
"Walaupun di Indonesia khilafah sebagai lembaga politik tidak diterima luas, namun khilafah yang disebut dalam Alquran adalah ajaran Islam yang mulia (manusia mengemban misi menjadi wakil Tuhan di bumi/khalifatullah fil ardh)," kata Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin melalui keterangan tertulisnya, Sabtu 30 Maret 2019.
Din mengatakan, mempertentangkan khilafah dengan Pancasila, adalah identik dengan mempertentangkan negara Islam dengan negara Pancasila, yang sesungguhnya sudah lama selesai dengan penegasan negara Pancasila sebagai Darul Ahdi was Syahadah (Negara Kesepakatan dan Kesaksian).
"Upaya mempertentangkannya, merupakan upaya membuka luka lama dan dapat menyinggung perasaan umat Islam," ujar Din.
Din melanjutkan, menisbatkan sesuatu yang di dianggap anti-Pancasila terhadap suatu kelompok adalah labelisasi dan generalisasi (mengebyah-uyah) yang berbahaya dan dapat menciptakan suasana perpecahan di tubuh bangsa.
Dia juga menyampaikan bahwa MUI mengimbau segenap keluarga bangsa, agar jangan terpengaruh, apalagi terprovokasi dengan pikiran-pikiran yang tidak relevan dan kondusif bagi penciptaan pemilu/pilpres damai, berkualitas, berkeadilan, dan berkeadaban.
Sekedar diketahui, imbauan MUI itu berdasarkan taushiyah Dewan Pertimbangan MUI sebagai hasil rapat pleno ke-37 pada Kamis 28 Maret 2019. Sementara itu, saat ini, isu soal khilafah kembali mengemuka di tengah kampanye terbuka Pemilu 2019.
Sebelumnya, Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono bicara ngawur soal Pemilu 2019.
Dia menuding Pilpres 2019 ini adalah pertarungan dua ideologi yakni Pancasila dan Khilafah.
Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo - Sandiaga secara tegas menyebut ucapan Hendropriyono ini fitnah.
Ucapan Hendropriyono soal Pilpres 2019 adalah pertarungan ideologi antara Pancasila dan khilafah ini tengah mengemuka. Hendro menyatakan hal tersebut kepada wartawan di Gedung Pertemuan Soekarno Hatta, Jl Seno Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (28/03) usai mengumumkan draf buku karyanya berjudul 'Filsafat Intelijen Negara Republik Indonesia'.
"Saya lihat sekarang ini pemilu beda dengan pemilu-pemilu yang pernah kita laksanakan sepanjang sejarah hidup bangsa kita. Pemilu kali ini yang berhadap-hadapan bukan saja hanya subjeknya, orang yang berhadapan, bukan hanya kubu, kubu dari Pak Jokowi dan kubu dari Pak prabowo, bukan, tapi ideologi," kata Hendropriyono.
"Dua ideologi ini sudah nyata kita lihat, kita jalan aja di luar kira-kira semua orang tuh dengan sepintas saja tidak perlu terlalu rumit, sudah tahu bahwa yang berhadap-hadapan adalah ideologi pancasila berhadapan dengan ideologi khilafah. Tinggal pilih yang mana," sambung Hendro.
"Saya tidak nakut-nakutin. Tapi ini adalah kenyataan. Kalau tidak percaya, keluar dari sini liat saja di situ. Banner, spanduk-spanduk itu, coba lihat. Itu kan pertarungan antara ideologi kita ini, Pancasila, dengan khilafah. Itu jelas kok," tudingnya.
BPN Prabowo-Sandiaga lantas menanggapi tudingan ngawur Hendropriyono ini. BPN menilai ucapan Hendropriyono soal ideologi khilafah dimaksud untuk mendiskreditkan Prabowo - Sandiaga.
"Pak Hendro bilang bahwa pilpres ini merupakan pertarungan ideologi khilafah dan Pancasila. Jadi ini kan mencoba mengarahkan narasi yang dituduhkan kepada kami," kata jubir BPN Prabowo - Sandiaga, Andre Rosiade, kepada wartawan.
Andre mengatakan tak masuk akal jika Prabowo disebut akan merubah Pancasila dengan ideologi khilafah. Prabowo disebut Andre sudah mengabdikan dirinya kepada Indonesia sejak kecil.
"Menurut kami ini fitnah keji alias fitnah yang diarahkan kepada pasangan kami. Coba masuk akal nggak? Prabowo Subianto yang usia 18 tahun tandatangan kontrak dengan negara ini untuk menjadi orang yang membela kedaulatan bangsa dan negara, membela Pancasila, membela UUD 1945 lalu dituduh akan merubah ideologi Pancasila menjadi khilafah," ujar dia.
Dia kemudian bicara soal keterbukaan dan keberagaman di Partai Gerindra. Menurut Andre, partai yang dipimpin oleh Prabowo itu terbuka bagi semua agama dan golongan.
"Masuk akal nggak? Pak Prabowo itu partai Gerindra, partai nasionalis, di mana partai ini miniatur Indonesia. Partai ini ada sayap Islam, sayap Kristen, sayap Katolik, sayap Hindu, sayap Budha. Kami ini miniatur Indonesia," ujarnya.
Sumber: Viva dan Detik
Sumber: Viva
Faktakini.com, Jakarta - Majelis Ulama Indonesia atau MUI mengeluarkan imbauan kepada kedua kubu pasangan calon presiden-wakil presiden, agar menghindari penggunaan isu keagamaan, seperti penyebutan khilafah.
Alasannya, karena itu merupakan bentuk politisasi agama yang bersifat peyoratif atau menjelekkan.
"Walaupun di Indonesia khilafah sebagai lembaga politik tidak diterima luas, namun khilafah yang disebut dalam Alquran adalah ajaran Islam yang mulia (manusia mengemban misi menjadi wakil Tuhan di bumi/khalifatullah fil ardh)," kata Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin melalui keterangan tertulisnya, Sabtu 30 Maret 2019.
Din mengatakan, mempertentangkan khilafah dengan Pancasila, adalah identik dengan mempertentangkan negara Islam dengan negara Pancasila, yang sesungguhnya sudah lama selesai dengan penegasan negara Pancasila sebagai Darul Ahdi was Syahadah (Negara Kesepakatan dan Kesaksian).
"Upaya mempertentangkannya, merupakan upaya membuka luka lama dan dapat menyinggung perasaan umat Islam," ujar Din.
Din melanjutkan, menisbatkan sesuatu yang di dianggap anti-Pancasila terhadap suatu kelompok adalah labelisasi dan generalisasi (mengebyah-uyah) yang berbahaya dan dapat menciptakan suasana perpecahan di tubuh bangsa.
Dia juga menyampaikan bahwa MUI mengimbau segenap keluarga bangsa, agar jangan terpengaruh, apalagi terprovokasi dengan pikiran-pikiran yang tidak relevan dan kondusif bagi penciptaan pemilu/pilpres damai, berkualitas, berkeadilan, dan berkeadaban.
Sekedar diketahui, imbauan MUI itu berdasarkan taushiyah Dewan Pertimbangan MUI sebagai hasil rapat pleno ke-37 pada Kamis 28 Maret 2019. Sementara itu, saat ini, isu soal khilafah kembali mengemuka di tengah kampanye terbuka Pemilu 2019.
Sebelumnya, Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono bicara ngawur soal Pemilu 2019.
Dia menuding Pilpres 2019 ini adalah pertarungan dua ideologi yakni Pancasila dan Khilafah.
Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo - Sandiaga secara tegas menyebut ucapan Hendropriyono ini fitnah.
Ucapan Hendropriyono soal Pilpres 2019 adalah pertarungan ideologi antara Pancasila dan khilafah ini tengah mengemuka. Hendro menyatakan hal tersebut kepada wartawan di Gedung Pertemuan Soekarno Hatta, Jl Seno Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (28/03) usai mengumumkan draf buku karyanya berjudul 'Filsafat Intelijen Negara Republik Indonesia'.
"Saya lihat sekarang ini pemilu beda dengan pemilu-pemilu yang pernah kita laksanakan sepanjang sejarah hidup bangsa kita. Pemilu kali ini yang berhadap-hadapan bukan saja hanya subjeknya, orang yang berhadapan, bukan hanya kubu, kubu dari Pak Jokowi dan kubu dari Pak prabowo, bukan, tapi ideologi," kata Hendropriyono.
"Dua ideologi ini sudah nyata kita lihat, kita jalan aja di luar kira-kira semua orang tuh dengan sepintas saja tidak perlu terlalu rumit, sudah tahu bahwa yang berhadap-hadapan adalah ideologi pancasila berhadapan dengan ideologi khilafah. Tinggal pilih yang mana," sambung Hendro.
"Saya tidak nakut-nakutin. Tapi ini adalah kenyataan. Kalau tidak percaya, keluar dari sini liat saja di situ. Banner, spanduk-spanduk itu, coba lihat. Itu kan pertarungan antara ideologi kita ini, Pancasila, dengan khilafah. Itu jelas kok," tudingnya.
BPN Prabowo-Sandiaga lantas menanggapi tudingan ngawur Hendropriyono ini. BPN menilai ucapan Hendropriyono soal ideologi khilafah dimaksud untuk mendiskreditkan Prabowo - Sandiaga.
"Pak Hendro bilang bahwa pilpres ini merupakan pertarungan ideologi khilafah dan Pancasila. Jadi ini kan mencoba mengarahkan narasi yang dituduhkan kepada kami," kata jubir BPN Prabowo - Sandiaga, Andre Rosiade, kepada wartawan.
Andre mengatakan tak masuk akal jika Prabowo disebut akan merubah Pancasila dengan ideologi khilafah. Prabowo disebut Andre sudah mengabdikan dirinya kepada Indonesia sejak kecil.
"Menurut kami ini fitnah keji alias fitnah yang diarahkan kepada pasangan kami. Coba masuk akal nggak? Prabowo Subianto yang usia 18 tahun tandatangan kontrak dengan negara ini untuk menjadi orang yang membela kedaulatan bangsa dan negara, membela Pancasila, membela UUD 1945 lalu dituduh akan merubah ideologi Pancasila menjadi khilafah," ujar dia.
Dia kemudian bicara soal keterbukaan dan keberagaman di Partai Gerindra. Menurut Andre, partai yang dipimpin oleh Prabowo itu terbuka bagi semua agama dan golongan.
"Masuk akal nggak? Pak Prabowo itu partai Gerindra, partai nasionalis, di mana partai ini miniatur Indonesia. Partai ini ada sayap Islam, sayap Kristen, sayap Katolik, sayap Hindu, sayap Budha. Kami ini miniatur Indonesia," ujarnya.
Sumber: Viva dan Detik
Sumber: Viva