Tanggapi Indo Barometer, Fadli: Ingat Pilkada DKI, Semua Survei Menjagokan Ahok Tapi Hasilnya Anies Menang Telak
Kamis, 21 Maret 2019
Faktakini.com, Jakarta - Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon mengkritik metode survei yang digunakan oleh lembaga survei Indo Barometer karena metode yang digunakan mulai tidak tepat.
Fadli Zon menuturkan metode survei konvensional dengan 1.200 responden perlu dievaluasi. Pasalnya, ia menilai masyarakat saat ini lebih bisa bicara jujur melalui media sosial dibanding kepada survei konvensional.
"Menurut saya (survei) ini indikator saja. Tapi survei ini yang saya sampaikan kritik adalah ini kan masih metode survei konvensional dengan 1.200 responden, menurut saya survei ini perlu ada evaluasi karena sudah mulai tidak tepat dengan adanya medsos yang tiap individu punya otonomi dan biasanya di medsos mereka bicara lebih jujur, lugas, berani ketimbang di survei dengan cara konvensional begini," kata Fadli usai pemaparan hasil survei Indo Barometer di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta, Minggu (3/12/2017).
Menurut Fadli, masyarakat tidak perlu heran jika hasil survei tidak sesuai dengan faktanya. Dia juga mencontohkan survei Pilgub DKI 2017 yang banyak mengunggulkan Basuki Tjahaja Purnama ketimbang Anies Baswedan.
"Jadi jangan kaget hasilnya berubah seperti di Pilkada DKI. Semua survei menjagokan Ahok tapi yang menang Anies, menangnya telak lagi," ujar Fadli.
Indo Baromater hari ini merilis survei penantang potensial Jokowi di Pilpres 2019. Hasilnya, Jokowi tetap unggul jika dibandingkan dengan nama calon lainnya.
"Dari pertanyaan terbuka calon presiden, awareness pemilih yang tinggi terhadap Joko Widodo dengan dukungan 34,9%," kata Direktur Indo Barometer Muhammad Qodari saat memaparkan hasil survei tersebut.
Pada posisi ke dua, muncul nama Ketum Gerindra Prabowo Subianto dengan persentase 12,1%. Berdasarkan hasil survei Indo Barometer, nama Jokowi meningkat secara perlahan sejak 2015 hingga 2017. Lain hal, nama Prabowo selalu mengalami fluktuasi dalam rentan waktu yang sama.
Sumber: Detik
Faktakini.com, Jakarta - Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon mengkritik metode survei yang digunakan oleh lembaga survei Indo Barometer karena metode yang digunakan mulai tidak tepat.
Fadli Zon menuturkan metode survei konvensional dengan 1.200 responden perlu dievaluasi. Pasalnya, ia menilai masyarakat saat ini lebih bisa bicara jujur melalui media sosial dibanding kepada survei konvensional.
"Menurut saya (survei) ini indikator saja. Tapi survei ini yang saya sampaikan kritik adalah ini kan masih metode survei konvensional dengan 1.200 responden, menurut saya survei ini perlu ada evaluasi karena sudah mulai tidak tepat dengan adanya medsos yang tiap individu punya otonomi dan biasanya di medsos mereka bicara lebih jujur, lugas, berani ketimbang di survei dengan cara konvensional begini," kata Fadli usai pemaparan hasil survei Indo Barometer di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta, Minggu (3/12/2017).
Menurut Fadli, masyarakat tidak perlu heran jika hasil survei tidak sesuai dengan faktanya. Dia juga mencontohkan survei Pilgub DKI 2017 yang banyak mengunggulkan Basuki Tjahaja Purnama ketimbang Anies Baswedan.
"Jadi jangan kaget hasilnya berubah seperti di Pilkada DKI. Semua survei menjagokan Ahok tapi yang menang Anies, menangnya telak lagi," ujar Fadli.
Indo Baromater hari ini merilis survei penantang potensial Jokowi di Pilpres 2019. Hasilnya, Jokowi tetap unggul jika dibandingkan dengan nama calon lainnya.
"Dari pertanyaan terbuka calon presiden, awareness pemilih yang tinggi terhadap Joko Widodo dengan dukungan 34,9%," kata Direktur Indo Barometer Muhammad Qodari saat memaparkan hasil survei tersebut.
Pada posisi ke dua, muncul nama Ketum Gerindra Prabowo Subianto dengan persentase 12,1%. Berdasarkan hasil survei Indo Barometer, nama Jokowi meningkat secara perlahan sejak 2015 hingga 2017. Lain hal, nama Prabowo selalu mengalami fluktuasi dalam rentan waktu yang sama.
Sumber: Detik