Tegas! BPN Soal Survei Indo Barometer: Yang Bisa Kalahkan Prabowo Hanya Kecurangan
Kamis, 21 Maret 2019
Faktakini.com, Jakarta - Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menganggap ada lembaga-lembaga survei yang membangun narasi bahwa pasangan Jokowi - Ma'ruf pasti menang. BPN menilai hasil itu bertolak belakang dengan kondisi di lapangan.
"Hari ini kita juga menyaksikan bahwa Indo Barometer bersama lembaga survei yang lain terus membangun narasi bahwa Pak Jokowi pasti menang. Jadi kalau kita baca kesimpulannya kan Pak Jokowi pasti menang, bahkan proyeksinya itu 63,47 (persen) lalu Pak Prabowo hanya 36,53 persen," kata juru bicara BPN Andre Rosiade di Hotel Century Park, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (21/3/2019).
"Kalau kita baca kesimpulannya kan Pak Jokowi pasti menang. Seharusnya kalau sudah pasti menang tercermin tata perilaku dari sehari-hari dari Pak Jokowi dan para pendukungnya, kalau sudah pasti menang. Tapi yang terjadi kepanikan itu terlihat," imbuhnya.
Andre memberi contoh adanya mobilisasi kepala desa oleh Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dan video viral yang menunjukkan pria berseragam coklat terindikasi menyatakan dukungan kepada Jokowi. Andre melihatnya sebagai suatu keanehan.
"Jadi banyak sekali keanehan-keanehan. Di satu sisi, ini lembaga survei bilang Pak Jokowi pasti menang, tapi faktanya berbanding terbalik dengan perilaku dan langkah-langkah yang diambil oleh para pendukung rezim, termasuk institusi negaranya," ujar Andre.
Politikus Gerindra ini juga menyoroti hasil survei yang menyatakan Jokowi-Ma'ruf menang di Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta. Andre mengatakan, saat kampanye terbuka nanti, Jokowi-Ma'ruf akan mendatangi daerah-daerah tersebut masing-masing 7 kali yang menunjukkan usaha keras untuk meraih suara.
Lebih lanjut, Andre menyatakan yang bisa mengalahkan Prabowo hanya kecurangan. Ia pun mengimbau para saksi dan pendukung untuk mengawasi TPS.
"Intinya, kami punya keyakinan insyaallah yang mengalahkan Pak Prabowo hanya kecurangan. Untuk itu kami mengimbau tolong sampaikan kepada rakyat Indonesia, mari kita jaga TPS. Kita jaga siapa yang datang ke TPS dan mencoblos itu. Kedua, saat perhitungan suara pastikan jari-jari yang membuka kertas suara dari lipatan itu tidak merusak kertas suara. Itu saksi-saksi dan para pendukung harus mewaspadai," tegasnya.
Selain itu, ia mengimbau kepada pendukung Prabowo-Sandi agar tidak takut dengan intimidasi. Ia juga memperingatkan institusi negara yang tidak netral akan berhadapan dengan rakyat Indonesia.
"Rakyat Indonesia akan melakukan perlawanan kepada institusi negara yang tidak netral. Jangan sampai wasit ikut kompetisi. Jadi kami BPN mengingatkan kepada seluruh institusi negara, berlakulah netral. Anda tidak netral, Anda akan berhadapan dengan rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia ingin perubahan, tentu ingin adil dan makmur," ucapnya.
Sebelumnya, pasangan Jokowi-Ma'ruf unggul di survei Indo Barometer dengan 50,2 persen, sementara pasangan Prabowo-Sandi memperoleh 28,9 persen suara. Persentase undevides voters sebesar 20,9 persen.
Survei dilaksanakan pada 6-12 Februari 2019 kepada 1.200 responden yang dipilih menggunakan metode multistage random sampling. Margin of error dalam survei ini kurang-lebih 2,83 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Sumber: Detik
Faktakini.com, Jakarta - Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menganggap ada lembaga-lembaga survei yang membangun narasi bahwa pasangan Jokowi - Ma'ruf pasti menang. BPN menilai hasil itu bertolak belakang dengan kondisi di lapangan.
"Hari ini kita juga menyaksikan bahwa Indo Barometer bersama lembaga survei yang lain terus membangun narasi bahwa Pak Jokowi pasti menang. Jadi kalau kita baca kesimpulannya kan Pak Jokowi pasti menang, bahkan proyeksinya itu 63,47 (persen) lalu Pak Prabowo hanya 36,53 persen," kata juru bicara BPN Andre Rosiade di Hotel Century Park, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (21/3/2019).
"Kalau kita baca kesimpulannya kan Pak Jokowi pasti menang. Seharusnya kalau sudah pasti menang tercermin tata perilaku dari sehari-hari dari Pak Jokowi dan para pendukungnya, kalau sudah pasti menang. Tapi yang terjadi kepanikan itu terlihat," imbuhnya.
Andre memberi contoh adanya mobilisasi kepala desa oleh Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dan video viral yang menunjukkan pria berseragam coklat terindikasi menyatakan dukungan kepada Jokowi. Andre melihatnya sebagai suatu keanehan.
"Jadi banyak sekali keanehan-keanehan. Di satu sisi, ini lembaga survei bilang Pak Jokowi pasti menang, tapi faktanya berbanding terbalik dengan perilaku dan langkah-langkah yang diambil oleh para pendukung rezim, termasuk institusi negaranya," ujar Andre.
Politikus Gerindra ini juga menyoroti hasil survei yang menyatakan Jokowi-Ma'ruf menang di Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta. Andre mengatakan, saat kampanye terbuka nanti, Jokowi-Ma'ruf akan mendatangi daerah-daerah tersebut masing-masing 7 kali yang menunjukkan usaha keras untuk meraih suara.
Lebih lanjut, Andre menyatakan yang bisa mengalahkan Prabowo hanya kecurangan. Ia pun mengimbau para saksi dan pendukung untuk mengawasi TPS.
"Intinya, kami punya keyakinan insyaallah yang mengalahkan Pak Prabowo hanya kecurangan. Untuk itu kami mengimbau tolong sampaikan kepada rakyat Indonesia, mari kita jaga TPS. Kita jaga siapa yang datang ke TPS dan mencoblos itu. Kedua, saat perhitungan suara pastikan jari-jari yang membuka kertas suara dari lipatan itu tidak merusak kertas suara. Itu saksi-saksi dan para pendukung harus mewaspadai," tegasnya.
Selain itu, ia mengimbau kepada pendukung Prabowo-Sandi agar tidak takut dengan intimidasi. Ia juga memperingatkan institusi negara yang tidak netral akan berhadapan dengan rakyat Indonesia.
"Rakyat Indonesia akan melakukan perlawanan kepada institusi negara yang tidak netral. Jangan sampai wasit ikut kompetisi. Jadi kami BPN mengingatkan kepada seluruh institusi negara, berlakulah netral. Anda tidak netral, Anda akan berhadapan dengan rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia ingin perubahan, tentu ingin adil dan makmur," ucapnya.
Sebelumnya, pasangan Jokowi-Ma'ruf unggul di survei Indo Barometer dengan 50,2 persen, sementara pasangan Prabowo-Sandi memperoleh 28,9 persen suara. Persentase undevides voters sebesar 20,9 persen.
Survei dilaksanakan pada 6-12 Februari 2019 kepada 1.200 responden yang dipilih menggunakan metode multistage random sampling. Margin of error dalam survei ini kurang-lebih 2,83 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Sumber: Detik