Zeng Wei Jian: Ideological Subversion & Mind Control
Selasa, 5 Maret 2019
Faktakini.com
IDEOLOGICAL SUBVERSION & MIND CONTROL
by Zeng Wei Jian
Di tahun 2003, Neurobiologist Isabelle Mansuy dari Swiss Federal Institute of Technology-Zurich meneliti protein phosphatase 1 atau PP1.
Molekul protein ini aktif dalam proses degeneration of brain. Memory loss. Karena itu, manusia sering lupa.
Dalam politik, Kadar lupa disolidifikasi oleh "Ideological subversion" i.e. semacam proses suspensi kesadaran.
A brainwashing. Komunis Soviet menyebutnya "active measures" atau "psychological warfare".
Arti Ideological subversion adalah "to change the perception of reality". Mengubah persepsi atas realita.
"Ideological subversion is the process, which is legitimate, overt, and open; you can see it with your own eyes," kata agent KGB Yuri Alexandrovich Bezmenov.
Parameter sukses Ideological subversion atau "cuci-otak" itu di saat orang menolak fakta, logika atau reason yang digelar di depan matanya. When it is completed; It is irreversible.
Di Indonesia, ideological subversion or brainwashing or active measures or psychological warfare terjadi pasca 1998.
Ideological subversion merupakan praxis dari "Proses Demoralization" dalam rangka menghancurkan sebuah bangsa. Durasi prosesnya berlangsung selama dua dekade.
Nilai-nilai patriotisme dirusak. Secularism menggantikan religiusitas. Nasionalisme di bawah globalisme. Jasa-jasa Pa Harto ditiadakan. Fitnah meraja-lela. Disinformation agenda. Injected Islamophobic. Pluralisme jadi mantra. Hak-hak minoritas di atas mayoritas. Flat earth theory. Media dikuasai Half-baked intellectuals. Take a look at Gunawan Muhamad.
Seperti badai, Paham hedonistik-which strives to maximize net pleasure-membanjiri otak soft-head para drop-outs yang kini menjabat Komisaris BUMN.
Ketika Proses Demoralization matang, The next stage is destabilization. "...and it takes only from two to five years to destabilize a nation," kata Yuri Alexandrovich Bezmenov.
Proses Destabilization ditandai maraknya kegaduhan. Ada saja distraksi issue yang difabrikasi to keep people off balance.
Esemka, Makan Keong Sawah, Reklamasi, Ahok, TKA, Ratu Hoax Ratna Sarumpaet, Propaganda Rusia, Sontoloyo, Gendruwo, Tabok, HGU, Unicorn, Avengers, Islam Nusantara dan lain sebagainya.
Tiga Masalah krusial dan essential yaitu economy, foreign relations, dan defense systems lepas dari mata publik.
Tahap Ketiga: Krisis. "It may take only up to six weeks to bring a country to the verge of crisis," kata Yuri Alexandrovich Bezmenov.
Dalam perspektif Indonesia, Pilpres April 2019 masuk tahapan "Krisis". Maka "fear" dihembuskan. Kepada Non Muslim, mereka berkata, "Prabowo-Sandi didukung Khilafah dan Islam Fundamentalis Intolerant". Kepada Muslim, mereka menyatakan, "Prabowo Cina Kristen".
Seandainya anasir jahat menang, maka tahap terakhir dilakukan i.e. "Normalization".
Normalization merupakan expresi istilah sinikal, dipinjam dari terminology ciptaan Soviet propaganda.
Ketika tank-tank Red Army masuk Czechoslovakia tahun 1968, Comrade Brezhnev berkata, "Now the situation in brotherly Czechoslovakia is normalized".
Seandainya menang pilpres, para korban hoax itu mengira mereka akan sejahtera. Minimal dapet posisi strategis.
That's their false illusion. Dalam terminology communist conspiracy, mereka disebut "Usefull idiots". Berdasarkan manual KGB; "Don't bother with the leftist. Forget these political prostitutes".
Mereka hanya berguna sebagai instrumental dalam proses destabilization. Setelah itu, They are gone.
Para advokat liberalisme, self-centered Ahokers dan human rights defenders akan kecewa.
Pasca Kyai Maruf Amin direkrut jadi cawapres, Jenderal Luhut membuka wacana Menghidupkan Kembali "Dwi Fungsi ABRI". Berbeda dengan Titiek Suharto yang menekankan segi positif Orde Baru seperti stabilitas keamanan, trickle down effect, BBM Murah, statecraft dan swasembada pangan.
Sangat mungkin, Wacana Kembali ke 'UUD 45 text asli' diambil-alih di periode kedua. Bukan demi menutup ruang WNI Keturunan jadi presiden. Tapi mengembalikan sistem presidensial tanpa pembatasan masa jabatan presiden 2 kali.
Saat itu, "The usefull idiots" akan dieliminasi. Pola khas dunia komunis. Generasi Muda Aidit, Sudisman, Njoto menyingkirkan Muso, Alimin, Tang Ling Djie dari tubuh PKI.
Di China, Hua Guofeng dan The Gank of Four hendak mengeliminir Deng Xiaoping, Zhou Enlai dan sebagainya.
Kaum marxist Nicaragua diburu, dipenjara dan dieksekusi the new-marxist setelah Guevarist-Castrist Sandinista menumbangkan Rezim Somoza.
Di Afganistan, Pemimpin Marxist Nur Muhammad Taraki dibunuh Hafizullah Amin lalu Amin dibunuh Babrak Karmal dengan bantuan KGB.
Di Bangladesh, Pro Soviet Marxist-Leninist Sheikh Mujibur Rahman dibunuh oleh Pihak militer Marxist.
Demikianlah yang akan terjadi kepada those usefull idiots.
THE END
Faktakini.com
IDEOLOGICAL SUBVERSION & MIND CONTROL
by Zeng Wei Jian
Di tahun 2003, Neurobiologist Isabelle Mansuy dari Swiss Federal Institute of Technology-Zurich meneliti protein phosphatase 1 atau PP1.
Molekul protein ini aktif dalam proses degeneration of brain. Memory loss. Karena itu, manusia sering lupa.
Dalam politik, Kadar lupa disolidifikasi oleh "Ideological subversion" i.e. semacam proses suspensi kesadaran.
A brainwashing. Komunis Soviet menyebutnya "active measures" atau "psychological warfare".
Arti Ideological subversion adalah "to change the perception of reality". Mengubah persepsi atas realita.
"Ideological subversion is the process, which is legitimate, overt, and open; you can see it with your own eyes," kata agent KGB Yuri Alexandrovich Bezmenov.
Parameter sukses Ideological subversion atau "cuci-otak" itu di saat orang menolak fakta, logika atau reason yang digelar di depan matanya. When it is completed; It is irreversible.
Di Indonesia, ideological subversion or brainwashing or active measures or psychological warfare terjadi pasca 1998.
Ideological subversion merupakan praxis dari "Proses Demoralization" dalam rangka menghancurkan sebuah bangsa. Durasi prosesnya berlangsung selama dua dekade.
Nilai-nilai patriotisme dirusak. Secularism menggantikan religiusitas. Nasionalisme di bawah globalisme. Jasa-jasa Pa Harto ditiadakan. Fitnah meraja-lela. Disinformation agenda. Injected Islamophobic. Pluralisme jadi mantra. Hak-hak minoritas di atas mayoritas. Flat earth theory. Media dikuasai Half-baked intellectuals. Take a look at Gunawan Muhamad.
Seperti badai, Paham hedonistik-which strives to maximize net pleasure-membanjiri otak soft-head para drop-outs yang kini menjabat Komisaris BUMN.
Ketika Proses Demoralization matang, The next stage is destabilization. "...and it takes only from two to five years to destabilize a nation," kata Yuri Alexandrovich Bezmenov.
Proses Destabilization ditandai maraknya kegaduhan. Ada saja distraksi issue yang difabrikasi to keep people off balance.
Esemka, Makan Keong Sawah, Reklamasi, Ahok, TKA, Ratu Hoax Ratna Sarumpaet, Propaganda Rusia, Sontoloyo, Gendruwo, Tabok, HGU, Unicorn, Avengers, Islam Nusantara dan lain sebagainya.
Tiga Masalah krusial dan essential yaitu economy, foreign relations, dan defense systems lepas dari mata publik.
Tahap Ketiga: Krisis. "It may take only up to six weeks to bring a country to the verge of crisis," kata Yuri Alexandrovich Bezmenov.
Dalam perspektif Indonesia, Pilpres April 2019 masuk tahapan "Krisis". Maka "fear" dihembuskan. Kepada Non Muslim, mereka berkata, "Prabowo-Sandi didukung Khilafah dan Islam Fundamentalis Intolerant". Kepada Muslim, mereka menyatakan, "Prabowo Cina Kristen".
Seandainya anasir jahat menang, maka tahap terakhir dilakukan i.e. "Normalization".
Normalization merupakan expresi istilah sinikal, dipinjam dari terminology ciptaan Soviet propaganda.
Ketika tank-tank Red Army masuk Czechoslovakia tahun 1968, Comrade Brezhnev berkata, "Now the situation in brotherly Czechoslovakia is normalized".
Seandainya menang pilpres, para korban hoax itu mengira mereka akan sejahtera. Minimal dapet posisi strategis.
That's their false illusion. Dalam terminology communist conspiracy, mereka disebut "Usefull idiots". Berdasarkan manual KGB; "Don't bother with the leftist. Forget these political prostitutes".
Mereka hanya berguna sebagai instrumental dalam proses destabilization. Setelah itu, They are gone.
Para advokat liberalisme, self-centered Ahokers dan human rights defenders akan kecewa.
Pasca Kyai Maruf Amin direkrut jadi cawapres, Jenderal Luhut membuka wacana Menghidupkan Kembali "Dwi Fungsi ABRI". Berbeda dengan Titiek Suharto yang menekankan segi positif Orde Baru seperti stabilitas keamanan, trickle down effect, BBM Murah, statecraft dan swasembada pangan.
Sangat mungkin, Wacana Kembali ke 'UUD 45 text asli' diambil-alih di periode kedua. Bukan demi menutup ruang WNI Keturunan jadi presiden. Tapi mengembalikan sistem presidensial tanpa pembatasan masa jabatan presiden 2 kali.
Saat itu, "The usefull idiots" akan dieliminasi. Pola khas dunia komunis. Generasi Muda Aidit, Sudisman, Njoto menyingkirkan Muso, Alimin, Tang Ling Djie dari tubuh PKI.
Di China, Hua Guofeng dan The Gank of Four hendak mengeliminir Deng Xiaoping, Zhou Enlai dan sebagainya.
Kaum marxist Nicaragua diburu, dipenjara dan dieksekusi the new-marxist setelah Guevarist-Castrist Sandinista menumbangkan Rezim Somoza.
Di Afganistan, Pemimpin Marxist Nur Muhammad Taraki dibunuh Hafizullah Amin lalu Amin dibunuh Babrak Karmal dengan bantuan KGB.
Di Bangladesh, Pro Soviet Marxist-Leninist Sheikh Mujibur Rahman dibunuh oleh Pihak militer Marxist.
Demikianlah yang akan terjadi kepada those usefull idiots.
THE END