Zeng Wei Jian: Polemik Khilafah

Sabtu, 30 Maret 2019

Faktakini.com

POLEMIK KHIL@FAH
by Zeng Wei Jian

Di Pilkada Jakarta, Anies-Sandi diserbu fitnah "Jakarta Syariah". Non muslim, liberal, moderat, sekular dan Nahdliyin ditakut-takuti issue "khilafah".

Hampir dua tahun pasca Anies-Sandi dilantik, Jakarta tetap Jakarta.

Sedikit berubah lebih adem setelah Anies Baswedan jadi Gubernur. Jarang banjir. Tukang Ojek Online dan jasa catering bisa beroperasi di Jl. Sudirman-Thamrin. Nasrani bisa gunakan Taman Monas. Alexis ditutup oleh Satpol PP Perempuan. No clash.

Hanya Ahoker-Mafia Player Balai Kota yang marah dan meradang. Sebabnya lahan korupsi mereka dipotong Anies Baswedan.

Issue "Jakarta Syariah" dan Khilafah hanya modus operandi Elite Pengusung Ahok-Jarot. Namanya "Fearmongering". Isapan Jempol berhadiah kekuasaan.

Dengan Kekuasaan di tangan, mereka bisa nyolong duit negara, ngetop, kencan dengan Vanessa Angel 80 juta dan jual-beli jabatan seperti Romi.

Grand Strategy mayoritas followers Paslon Ko-Ruf No 1 masih "Fearmongering". Menginjeksi Islamophobia. Rasa takut diyakini lebih efektif daripada rasa lapar.

"Part of the reason that the government's fear mongering is succeeding is because so many people are so ignorant, that it is easier for government to frighten people in submission," kata Penulis James Bovard.

Maka persetan dengan daya-beli lemah akibat policy pajak yang salah. Swasta bangun sepotong Jalan Tol Berbayar, dipaksain jadi Prestasi Jokowi. Ngga peduli usia, Kyai Maruf Amin direkrut jadi cawapres. Eliminasi Prof Mahfud MD. Fungsinya; sedot suara nahdliyin.

Jokower Grassroot cuma Pasukan Nasi Bungkus. Jokowi dua periode, Mereka tetap ngutang, nunggak bayar listrik dan ngga sanggup beli rumah.

Pihak yang diuntungkan dari Jokowi Dua Periode ya dia-dia lagi. Broker politik, buzzer, kontraktor proyek dan taipan. Jokower grassroot cuma dapet kaos dengan gambar Kyai Maruf siluet biru, merah, hijau, kuning mirip diagram partai gay dan lesbian. Bonusnya nasi-bungkus dan duit goban.

Selagi Gubernur Ganjar gunakan APBD 18 Milyar gelar Konser Apel Kebangsaan Slank, ente dapet apa?!

Narasi "Fearmongering" itu seputar delusional story. Rekayasa konsultan politik. Outline-nya itu-itu aja. FPI, Khilafah, Negara Islam, Suriahnisasi Indonesia dan Syariah Laws. Hayalan tingkat tinggi seperti pasien over-dosis Sanax.

Jokower grassroot dan liberal elites memang kurang piknik. FPI sudah ada sejak 1998. HTI bebas-bebas saja di masa lalu. Sudah ada dari tahun 1983.

Baru dipermasalahkan sejak Jokowi-Ahok berkuasa. Menurut Bret Stephens, Institutionalized racism dan Jihadist merupakan Liberalism’s Imaginary Enemies.

PEW Research melakukan riset. Hasilnya, dari 1.6 milyar muslim hanya 0.006625% mendukung violence.

Tapi karena pemerintah butuh "imaginary enemy" to divert people attention, maka "blame it on Islam attitude" diimplementasi. Hasilnya, "A divided society". Investor males tanam duit. Solusinya ya ngutang lagi ke China.

Premis awal dari Grand Strategy Fitnah Khilafah sudah salah. "Fear" bukan "primum-movens". National Institutes of Health menyimpulkan motivasi utama manusia adalah "hunger, thirst, & fear".

Keruntuhan ekonomi sudah dirasakan middle class. Mereka sudah ngga tahan. Jangankan bangun pabrik, import saja susah sekarang. Tempat-tempat hiburan sepi. Masyarakat pilih simpan uang.

Aneka rupa kebohongan seperti Pembebasan Siti Aisyah dari Pengadilan Malaysia membuat publik makin meradang.

Di Zaman Pa Harto, sekali pun masih membangun, Indonesia punya regional prestige as "big brother". Sekarang Indonesia hanya periphery country. Negara Pinggiran. Thanks to national leaderships.

Karena itu, jangan heran bila April 2019, Paslon Ko-Ruf No 1 akan tumbang.

THE END