Ahokers Serang Anies Soal Banjir Padahal Yang Sesumbar Atasi Banjir Jokowi - Ahok Dan Mereka Gagal

Ahad, 28 April 2019

Faktakini.com

🇲🇨💦 Banjir DKI Dijadikan Alat Penyerang Anies: Mengapa Tak Menanyakan Solusinya Ke Jokowi Yang Dulu Sesumbar Akan Menyelesaikanya Jika Menjadi Presiden RI❓

Banjir besar di sebagian daerah DKI SUDAH ADA masif sejak 40-50 tahunan lalu. Telah berlalu banyak sekali gubernur DKI menanganinya. Sampai di masa mudanya, seniman Benyamin Sueb pun bernyanyi, "Jakarta ... kebanjiran ... "

Dan ada usaha perbaikan, termasuk di jaman pemerintahan gubernur DKI DR. Anies Rasyid Baswedan, sang cucu pahlawan nasional A. R. Baswedan, dan timnya, kini.

Dan para ahli sepakat, ini masalah nasional, lintas propinsi. Misalnya, soal banjir yang datang dari luar DKI, daerah resapan air di sekitar DKI yang malah menjadi pemukiman, naiknya permukaan air laut, hambatan saluran air, dll.

Perlu ada penanganan komprehensif, dan kerjasama antar propinsi, antar instansi, organisasi, kementerian, dsb.

Artinya juga, menteri dan presiden, perlu turun-tangan. Bekerjasama dengan benar.

Dan ini pernah dinyatakan oleh gubernur DKI yang bernama Joko Widodo, yang bukan cucu pahlawan nasional itu.

Tapi sementara pihak, macam memanglah pendengki murni. Tak paham agama. Tak takut Neraka.

Bahkan tak paham sopan-santun, adab sekuler saja, tak usahlah agama.

Mereka terus menghinai Anies. Jaringan media massanya ada yang keterlaluan melakukan pencitraan buruk, framing, tendensius. Walaupun sudah ada usaha perbaikan di banyak hal, termasuk soal kemacetan dan banjir DKI itu, dilakukan oleh tim Anies R. Baswedan.

Mereka praktis, biasanya juga adalah para pendukung Jokowi, A Hok, 01.

Biasanya, mereka kebanyakan adalah kafiruun (non muslim), juga muslim yang awam dan bahkan ashobiyyaah serta taqlid buta, lalu kaum oportunis, koruptor, Syi'ah, pro Neo Komunis RRC, Sekuleris, Liberalis, Pluralis, pro Yahudi Zionis-Kapitalis, Ahlul Bid'ah dan Mistik, Kejawen, dll.

Yang biasanya juga ada di PDIP, dan simpatisannya, serta koalisinya. Dan kaum yang dimanfaatkan mereka. Digiring opininya.

Mudah mengetahui, bahwa ada rencana besar di balik ini semua. Termasuk sentimen dan maksud agama-ideologis mereka terhadap RI yang kaya-raya, berletak strategis, dan yang berpenduduk mayoritas Muslimiin ini. Termasuk target besar mereka di (mulai sejak) tahun 2020. Yang akan merugikan kaum Muslimiin.

🔸Lupakah mereka, bahwa dulu Jokowi saat masih sebagai Walikota Solo, Jokowi pernah berkata besar, pernah sesumbar, bahwa tidak sulit-sulit amat mengatasi banjir dan kemacetan DKI?

➡ Berita: Walikota Solo, Joko Widodo alias Jokowi, 2011, sesumbar dapat menyelesaikan banjir dan kemacetan Jakarta.

https://rmol.co/amp/2011/06/28/31483/https-rmol-co-read-2011-06-28-31483

🔸Lalu Jokowi menjadi gubernur DKI, dan berkata besar, pernah sesumbar, bahwa banjir akan lebih mudah diatasinya kalau ia (Jokowi) menjadi presiden RI.

➡ Berita: Gubernur DKI, Joko Widodo alias Jokowi, 2014, berkata bahwa jika dirinya menjadi presiden RI, masalah banjir Jakarta akan lebih mudah dia selesaikan.

https://megapolitan.kompas.com/read/2014/03/24/1553111/Jokowi.Macet.dan.Banjir.Lebih.Mudah.Diatasi.jika.Jadi.Presiden

🔸Kini, Jokowi sudah hampir 5 tahunan menjadi presiden. Setelah Jokowi juga mengingkari janjinya di depan umum dan wartawan, akan menjadi gubernur DKI selama 5 tahun penuh, tidak 'loncat katak (kodok)' untuk menjadi presiden RI.

❗Dan BANJIR JAKARTA itu juga BELUM selesai❗

❗Padahal Jokowi sudah LAMA menjadi presiden❗

Masih ada pula 66 Janji Besar Jokowi saat Jokowi ingin menjadi presiden RI, yang belum dilaksanakannya.

➡ https://m.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/jangan-lupa-inilah-66-janji-jokowi-4-tahun-lalu.htm

Tapi toh, pendukungnya diam saja.

Maka:

Inilah, watak khas hasad dari kafiruun dan munafiquun pembenci Tuhan Yang Maha Esa, Maha Tunggal, Al Ilaah, Allaah, yang dijadikan dasar negara RI di pasal 29 ayat 1 UUD 1945 dan namaNya, "Allah", dicantumkan di Pembukaan UUD 1945.

Dan mereka dipastikan - jika tak mau bertaubat sebelum matinya - akan ditempatkan di Neraka. Bahkan Neraka yang terbawah. Tanpa ada penolong.

Ini semua disebutkan di banyak ayat Al Qur'aan dan di As Sunnah (Al Hadits). Petunjuk terakhir kaum manusia dan jin agar selamat di dunia dan akhirot. Telah berlalu 124.000 nabi dan rosul Tuhan, memperingatkan ini.

Taubatlah. Karena datangnya kematian, tak ada yang tahu.

- PAGI FB (Perkumpulan Administrator Grup Islam FB) -

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Copied-pasted dari WAG

Msh ada dendam 01 yg blm legowo thd Anis Baswedan

BANJIR SALAH INPUT

Wajarlah kalau kubu 02 menanggapi dingin tawaran rekonsiliasi. Lha yang nawarin itu kan cuma manis di bibir  lain di hati. Buktinya, sampai sekarang kemenangan Anies-Sandi masih menyisakan dendam di hati Ahokers.

Mereka menunggu tanpa berkedip siapa tahu Anies salah bicara, atau ada kebijakan yang rada aneh gitu. Soal PBB, belum tahu ujung pangkalnya Ahokers langsung membully Anies, membandingkan dengan era Ahok. Anies memang cerdas. Dibiarkan dirinya dibully di media. Setelah sumpah serapah berserakan di media, baru Anies menjelaskan duduk persoalan sebenarnya. Kontan Ahokers nyilem nggak timbul lagi.

Lagi musim banjir ini, Ahokers muncul lagi. Mengejek Anies yang mereka tuduh nggak mampu mengatasi masalah banjir. Seperti biasa, mereka bandingkan dengan Ahok yang menurut mereka lebih jago mengatasi banjir. Benarkah?

Bedanya Anies dengan Ahok, Anies nggak mau salah input soal kata banjir. Dulu Ahok sengaja salah input. Di kamus tertulis banjir, tapi yang tertulis di pemprov DKI  kata genangan air. Itu cara paling effektif, murah, dan baik untuk pencitraan. Kata banjir seolah sudah dihapus dari perbendaharaan kata pemprov DKI. Tidak ada banjir di era Ahok, yang ada adalah genangan air.

Pak Sutopo kepala BNPB waktu itu, berusaha menengahi polemik soal, banjir atau genangan air? Di tengah polemik banjir versus genangan, bapak Sutopo berkicau, "Tidak usah berpolemik istilah banjir atau genangan. Sebenarnya sama saja. Intinya itu merugikan masyarakat. Harus kita atasi bersama," cuit  Pak Sutopo di akun Twitter @Sutopo_BNPB, Selasa (21/2/2017).

Masih mending sih banjir versus genangan, daripada bawa-bawa SIngapur. Kan sewaktu ditanya soal penenganan banjir, ada gubernur yang punya jawaban salah input, " SIngapur saja bisa banjir...."

Soal berikutnya, Anies nggak berani sesumbar seolah “menantang” sang maha pemilik air hujan. Kalau Ahok mah nggak ada urusan. Setelah melakukan upaya agar Jakarta tidak banjir lagi, Tanggal 17 Pebruari 2017 dengan sombongnya Ahok berkoar, “ Saya jamin tak kurang dari 12 jam air akan surut. “ Maksudnya, kalau turun hujan lebat tidak aka ada banjir, hanya genangan air saja. Tak kurang dari 12 jam air hujan akan kabur entah kemana.

Karena yang ditantang sang maha pencipta hujan, tentu saja Ahok nggak bisa berkutik setelah lebih dari 24 jam air nggak mau kabur juga, nampaknya air hujan betah berlama-lama menikmati pemandangan kota Jakarta.  Dua  hari kemudian, tepatnya tanggal 20 Pebruari 2017 Ahok menyerah kalah. Dengan nada lesu dia bilang, “ Soal banjir ini, eh, genangan air ini tidak ada jalan lain,  harus normalisasi.“

Jadi, hebatnya di mana? ....
 
PINTER DIKIT NAPA YA .... 🤣

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Walikota Solo, Jokowi, 2011, sesumbar dapat menyelesaikan banjir dan kemacetan Jakarta.

https://rmol.co/amp/2011/06/28/31483/https-rmol-co-read-2011-06-28-31483

Gubernur DKI, Jokowi, 2014 berkata bahwa jika dirinya menjadi presiden RI, masalah banjir Jakarta akan lebih mudah dia selesaikan.

https://megapolitan.kompas.com/read/2014/03/24/1553111/Jokowi.Macet.dan.Banjir.Lebih.Mudah.Diatasi.jika.Jadi.Presiden

Foto: Banjir di Bundaran HI era Jokowi - Ahok (2013)