Iramawati Oemar: LSI Klaim UAS Netral Maka 01 Menang, Faktanya UAS Dukung Prabowo!
Jum'at, 12 April 2019
Faktakini.com
LSI DENNY JA : JIKA UAS NETRAL, JOKOWI MENANG.
TERNYATA, UAS DUKUNG PENUH PRABOWO!
=================
(Iramawati Oemar)
•••••••
Prabowo tak mampu menyembunyikan keharuannya. Beberapa kali dia terlihat jelas mengusap pipinya dekat mata.
Ya, jendral singa podium itu hatinya memang halus dan mudah tersentuh.
Tatapannya tak pernah lepas dari orang disebelahnya. Keduanya berbincang akrab bak 2 sahabat, kata-kata yang keluar dari mulut keduanya sama-sama pelan, tapi cukup untuk membuat keduanya saling memahami.
Ya, mereka berdua berbicara dalam BAHASA CINTA.
Ustadz Abdus Somad, pendakwah yang paling populer saat ini, yang setiap kali digelar taklimnya majelisnya meluber memenuhi masjid, lapangan hingga jalanan. Videonya yang diunggah ke laman you tube selalu mengundang puluhan bahkan ratusan ribu viewers.
Delapan bulan yang lalu, sang Ustadz pernah diuber-uber orang di lingkaran dekat Prabowo, untuk diminta jadi cawapres mendampingi Prabowo. Tak kurang Pak Amien Rais ikut melobby, tapi UAS menolak, dia bersikukuh hidupnya hanya untuk berdakwah, mengajarkan agama sampai mati. Banyak yang kecewa UAS menolak jadi cawapres, hingga akhirnya Prabowo memilih Sandiaga Salahuddin Uno, seorang pengusaha muda yang juga cukup relijius. Kekecewaan ummat terobati, meski tentu saja Sandiaga tidak bisa dibandingkan dengan Ustadz Abdus Somad, sebab keduanya berbeda latar belakang, beda "spesifikasi".
Sejak hiruk pikuk pencapresan, Ustadz Abdus Somad tak menunjukkan keberpihakannya secara nyata. Beliau tetap berdakwah, keliling Indonesia, meski sempat cooling down dengan menunda sejumlah jadwal ceramahnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur terkait penolakan yang dilakukan oleh sebuah ormas.
Ormas yang selalu menuduh UAS "anti NKRI", meski ke-NKRI-an yang menuduh belum terbukti bisa lebih besar dari bakti UAS kepada negeri ini dengan mendatangi masyarakat di pelosok, daerah terpencil, mengibarkan sang saka Merah Putih sembari mengajarkan agama.
Selama 8 bulan Ustadz Somad menjaga agar majelis taklimnya tak jadi ajang kampanye politik. Sebenarnya, ummat banyak berharap UAS mau menunjukkan dukungan bahkan bila perlu sedikit "berkampanye" dengan mengarahkan jamaahnya untuk memilih calon pemimpin tertentu. Namun Ustadz Somad bergeming, ia tetap berdakwah saja, tanpa tertarik ikut berkampanye.
Namun, tak berarti UAS membutakan mata dan menulikan telinga. Beliau tahu ribuan massa yang menyemut menghadiri ceramahnya kerap mengacungkan 2 jari, jari telunjuk dan jempol, salam khas pendukung capres 02.
Tak mau hanya melihat tendensi ummat, UAS pun mendatangi "guru-guru"nya, para ulama warosatul anbiya'. Dia datangi ulama-ulama yang jauh dari hiruk pikuk kekuasaan, yang wajahnya tak pernah disorot kamera televisi. Dia silaturahmi kepada ulama sepuh yang wara', yang menjauhkan diri dari hal-hal syubhat apalagi haram, yang memastikan nasi yang disuapkan ke mulutnya berasal dari beras yang ditanam sendiri, yang hanya mau minum dari air yang sumurnya digali sendiri, yang memastikan asupan yang masuk ke tubuhnya terhindar dari proses yang mengandung riba'. Masyaa Allah, masih ada ulama seperti itu di jaman sekarang. Ulama yang sangat berhati-hati memelihara dirinya, agar mata batinnya tetap tajam dan hatinya terpelihara. Ulama yang membangun "tembok pembatas" dengan kekuasaan, yang tidak mau wara wiri ke istana.
Kata Ustadz Abdus Somad : bukan ulama yang "terkenal", bahkan Pak Prabowo pun tak mengenalnya.
Akan tetapi, para ulama yang didatangi UAS itu semuanya berpesan sama, membisikkan satu kata : "PRABOWO" ke telinga Ustadz Somad.
Bahkan salah satu ulama itu sampai 5x, ya lima kali, bermimpi bertemu Prabowo. Jika hanya 1x mungkin mimpi dari setan. Namun ini sampai 5x, tak ada keraguan lagi.
Lama Ustadz Somad mengendapkan apa yang beliau dapatkan dari para ulama guru-gurunya. Dia berpikir : kenapa para ulama itu menitipkan kata "Prabowo" kepadanya?
Ooh..., berarti beliau-beliau itu ingin agar UAS menyampaikannya kepada ummat. Maka UAS pun berbulat tekad : ini harus ia sampaikan. Jika tidak, maka akan disesalinya seumur hidupnya.
Maknanya dalam sekali, artinya Ustadz Somad sudah berpikir panjang, jika dia tak menyampaikan dukungannya pada Prabowo pada Pilpres kali ini, maka sepanjang sisa hidupnya dia akan menyesali. Ustadz Somad sadar betul pengaruhnya atas jutaan ummat Islam di Indonesia. Dan beliau gunakan itu sebaik-baiknya di saat yang paling tepat!
*****
Bukan hanya UAS yang sadar seberapa besar pengaruh dirinya. Jawara "tukang survey" Denny JA pun pernah berkata : "JIKA Ustadz Abdus Somad NETRAL, maka Jokowi-Ma'ruf menang!"
Dalam logika matematika, kalimat "JIKA - MAKA" apabila syaratnya tak terpenuhi, maka sebaliknyalah yang terjadi.
Bahkan, saking inginnya Denny JA memenangkan Jokowi, dia pun membuat analisa 2 hal yang MERUGIKAN UAS jika dia tidak netral. Yaitu daya dukungnya kepada capres tidak akan signifikan, hanya 1% saja, dan setelah itu UAS akan ditinggalkan penggemarnya.
Dalam bahasa to the point-nya, Denny JA hendak mengatakan : hei ustadz Somad, kalau anda gak bersikap netral, anda rugi lho! Sudahlah dukungan anda itu tak akan berpengaruh banyak, anda akan ditinggalkan pendukung anda pula!
Markiwa..., mari kita ketawa untuk Denny JA. Sebab Ustadz Abdus Somad bukanlah ustadz yang sedang memelihara popularitasnya. Tidak!
Lihatlah apa yang beliau sampaikan kepada Prabowo kemarin sore : setelah menyampaikan ini (amanat para ulama, mendukung Prabowo) saya lega. Apapun yang terjadi setelah ini, akan saya hadapi!"
So, Ustadz Somad tak peduli apapun kata orang, yang jelas dia justru merasa akan menyesal kalau tidak menunjukkan dukungannya.
Silakan saja setelah ini Denny JA bikin survey, penggemar UAS hanya tinggal 5%.
Tepat 6 hari menjelang hari pemungutan suara, Ustadz Abdus Somad terang-terangan menyatakan dukungan bahkan mendoakan Prabowo. Dia meletakkan tangan kanannya di dada kiri Prabowo, tepat dimana jantung berada, sembari melafadzkan "laa ilaaha illaLlaah" berkali-kali.
Tasbih kesayangannya yang dibeli di tanah suci, dia serahkan kepada Prabowo. Pesannya : jangan ditenteng-tenteng nanti dikira pencitraan, cukup dipakai bertasbih di sepertiga malam ketika usai tahajjud.
Tangan Ustadz Somad pun mengoleskan minyak wangi ke tangan Prabowo, perlambang agar Prabowo menjadi harum di masyarakat dan membawa harum pula bangsa dan negeri ini.
Sungguh mengharukan. Prabowo tampak menyimak baik-baik setiap ucapan UAS, bahkan terus bertanya apa lagi yang harus ia lakukan, apa saran ustadz, apa nasehat untuknya.
UAS tak lupa berpesan, jika Prabowo nanti jadi Presiden, jangan undang dirinya ke istana dan jangan diberi jabatan apapun. Biarkan UAS melanglang negeri menjadi pendakwah.
Sungguh luar biasa pertemuan ulama besar dan insyaa Allah bakal umaro negeri ini. Ustadz Abdus Somad telah menjawab premis Denny JA, tepat 6 hari sebelum ummat berbondong-bondong ke TPS.
Sungguh waktu yang tepat!
Waktu dimana Denny JA tak sempat lagi membuat survey abal-abal pasca dukungan UAS kepada Prabowo.
Hayyaa 'alal falah!
Mari kita menjemput KEMENANGAN!
Insyaa Allah, jika kita bersatu padu, kita perangi KECURANGAN, maka kemenangan yang mulia dan bermartabat itu akan kita genggam.
Kemenangan atas ridho ALLAH!
Faktakini.com
LSI DENNY JA : JIKA UAS NETRAL, JOKOWI MENANG.
TERNYATA, UAS DUKUNG PENUH PRABOWO!
=================
(Iramawati Oemar)
•••••••
Prabowo tak mampu menyembunyikan keharuannya. Beberapa kali dia terlihat jelas mengusap pipinya dekat mata.
Ya, jendral singa podium itu hatinya memang halus dan mudah tersentuh.
Tatapannya tak pernah lepas dari orang disebelahnya. Keduanya berbincang akrab bak 2 sahabat, kata-kata yang keluar dari mulut keduanya sama-sama pelan, tapi cukup untuk membuat keduanya saling memahami.
Ya, mereka berdua berbicara dalam BAHASA CINTA.
Ustadz Abdus Somad, pendakwah yang paling populer saat ini, yang setiap kali digelar taklimnya majelisnya meluber memenuhi masjid, lapangan hingga jalanan. Videonya yang diunggah ke laman you tube selalu mengundang puluhan bahkan ratusan ribu viewers.
Delapan bulan yang lalu, sang Ustadz pernah diuber-uber orang di lingkaran dekat Prabowo, untuk diminta jadi cawapres mendampingi Prabowo. Tak kurang Pak Amien Rais ikut melobby, tapi UAS menolak, dia bersikukuh hidupnya hanya untuk berdakwah, mengajarkan agama sampai mati. Banyak yang kecewa UAS menolak jadi cawapres, hingga akhirnya Prabowo memilih Sandiaga Salahuddin Uno, seorang pengusaha muda yang juga cukup relijius. Kekecewaan ummat terobati, meski tentu saja Sandiaga tidak bisa dibandingkan dengan Ustadz Abdus Somad, sebab keduanya berbeda latar belakang, beda "spesifikasi".
Sejak hiruk pikuk pencapresan, Ustadz Abdus Somad tak menunjukkan keberpihakannya secara nyata. Beliau tetap berdakwah, keliling Indonesia, meski sempat cooling down dengan menunda sejumlah jadwal ceramahnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur terkait penolakan yang dilakukan oleh sebuah ormas.
Ormas yang selalu menuduh UAS "anti NKRI", meski ke-NKRI-an yang menuduh belum terbukti bisa lebih besar dari bakti UAS kepada negeri ini dengan mendatangi masyarakat di pelosok, daerah terpencil, mengibarkan sang saka Merah Putih sembari mengajarkan agama.
Selama 8 bulan Ustadz Somad menjaga agar majelis taklimnya tak jadi ajang kampanye politik. Sebenarnya, ummat banyak berharap UAS mau menunjukkan dukungan bahkan bila perlu sedikit "berkampanye" dengan mengarahkan jamaahnya untuk memilih calon pemimpin tertentu. Namun Ustadz Somad bergeming, ia tetap berdakwah saja, tanpa tertarik ikut berkampanye.
Namun, tak berarti UAS membutakan mata dan menulikan telinga. Beliau tahu ribuan massa yang menyemut menghadiri ceramahnya kerap mengacungkan 2 jari, jari telunjuk dan jempol, salam khas pendukung capres 02.
Tak mau hanya melihat tendensi ummat, UAS pun mendatangi "guru-guru"nya, para ulama warosatul anbiya'. Dia datangi ulama-ulama yang jauh dari hiruk pikuk kekuasaan, yang wajahnya tak pernah disorot kamera televisi. Dia silaturahmi kepada ulama sepuh yang wara', yang menjauhkan diri dari hal-hal syubhat apalagi haram, yang memastikan nasi yang disuapkan ke mulutnya berasal dari beras yang ditanam sendiri, yang hanya mau minum dari air yang sumurnya digali sendiri, yang memastikan asupan yang masuk ke tubuhnya terhindar dari proses yang mengandung riba'. Masyaa Allah, masih ada ulama seperti itu di jaman sekarang. Ulama yang sangat berhati-hati memelihara dirinya, agar mata batinnya tetap tajam dan hatinya terpelihara. Ulama yang membangun "tembok pembatas" dengan kekuasaan, yang tidak mau wara wiri ke istana.
Kata Ustadz Abdus Somad : bukan ulama yang "terkenal", bahkan Pak Prabowo pun tak mengenalnya.
Akan tetapi, para ulama yang didatangi UAS itu semuanya berpesan sama, membisikkan satu kata : "PRABOWO" ke telinga Ustadz Somad.
Bahkan salah satu ulama itu sampai 5x, ya lima kali, bermimpi bertemu Prabowo. Jika hanya 1x mungkin mimpi dari setan. Namun ini sampai 5x, tak ada keraguan lagi.
Lama Ustadz Somad mengendapkan apa yang beliau dapatkan dari para ulama guru-gurunya. Dia berpikir : kenapa para ulama itu menitipkan kata "Prabowo" kepadanya?
Ooh..., berarti beliau-beliau itu ingin agar UAS menyampaikannya kepada ummat. Maka UAS pun berbulat tekad : ini harus ia sampaikan. Jika tidak, maka akan disesalinya seumur hidupnya.
Maknanya dalam sekali, artinya Ustadz Somad sudah berpikir panjang, jika dia tak menyampaikan dukungannya pada Prabowo pada Pilpres kali ini, maka sepanjang sisa hidupnya dia akan menyesali. Ustadz Somad sadar betul pengaruhnya atas jutaan ummat Islam di Indonesia. Dan beliau gunakan itu sebaik-baiknya di saat yang paling tepat!
*****
Bukan hanya UAS yang sadar seberapa besar pengaruh dirinya. Jawara "tukang survey" Denny JA pun pernah berkata : "JIKA Ustadz Abdus Somad NETRAL, maka Jokowi-Ma'ruf menang!"
Dalam logika matematika, kalimat "JIKA - MAKA" apabila syaratnya tak terpenuhi, maka sebaliknyalah yang terjadi.
Bahkan, saking inginnya Denny JA memenangkan Jokowi, dia pun membuat analisa 2 hal yang MERUGIKAN UAS jika dia tidak netral. Yaitu daya dukungnya kepada capres tidak akan signifikan, hanya 1% saja, dan setelah itu UAS akan ditinggalkan penggemarnya.
Dalam bahasa to the point-nya, Denny JA hendak mengatakan : hei ustadz Somad, kalau anda gak bersikap netral, anda rugi lho! Sudahlah dukungan anda itu tak akan berpengaruh banyak, anda akan ditinggalkan pendukung anda pula!
Markiwa..., mari kita ketawa untuk Denny JA. Sebab Ustadz Abdus Somad bukanlah ustadz yang sedang memelihara popularitasnya. Tidak!
Lihatlah apa yang beliau sampaikan kepada Prabowo kemarin sore : setelah menyampaikan ini (amanat para ulama, mendukung Prabowo) saya lega. Apapun yang terjadi setelah ini, akan saya hadapi!"
So, Ustadz Somad tak peduli apapun kata orang, yang jelas dia justru merasa akan menyesal kalau tidak menunjukkan dukungannya.
Silakan saja setelah ini Denny JA bikin survey, penggemar UAS hanya tinggal 5%.
Tepat 6 hari menjelang hari pemungutan suara, Ustadz Abdus Somad terang-terangan menyatakan dukungan bahkan mendoakan Prabowo. Dia meletakkan tangan kanannya di dada kiri Prabowo, tepat dimana jantung berada, sembari melafadzkan "laa ilaaha illaLlaah" berkali-kali.
Tasbih kesayangannya yang dibeli di tanah suci, dia serahkan kepada Prabowo. Pesannya : jangan ditenteng-tenteng nanti dikira pencitraan, cukup dipakai bertasbih di sepertiga malam ketika usai tahajjud.
Tangan Ustadz Somad pun mengoleskan minyak wangi ke tangan Prabowo, perlambang agar Prabowo menjadi harum di masyarakat dan membawa harum pula bangsa dan negeri ini.
Sungguh mengharukan. Prabowo tampak menyimak baik-baik setiap ucapan UAS, bahkan terus bertanya apa lagi yang harus ia lakukan, apa saran ustadz, apa nasehat untuknya.
UAS tak lupa berpesan, jika Prabowo nanti jadi Presiden, jangan undang dirinya ke istana dan jangan diberi jabatan apapun. Biarkan UAS melanglang negeri menjadi pendakwah.
Sungguh luar biasa pertemuan ulama besar dan insyaa Allah bakal umaro negeri ini. Ustadz Abdus Somad telah menjawab premis Denny JA, tepat 6 hari sebelum ummat berbondong-bondong ke TPS.
Sungguh waktu yang tepat!
Waktu dimana Denny JA tak sempat lagi membuat survey abal-abal pasca dukungan UAS kepada Prabowo.
Hayyaa 'alal falah!
Mari kita menjemput KEMENANGAN!
Insyaa Allah, jika kita bersatu padu, kita perangi KECURANGAN, maka kemenangan yang mulia dan bermartabat itu akan kita genggam.
Kemenangan atas ridho ALLAH!