PDIP: Banjir Parah Di Kemang Tahun 2016 Bukti Ahok Gagal Atasi Masalah Banjir
Sabtu, 27 April 2019
Faktakini.com, Jakarta - Banjir seakan menjadi problem akut Kota Jakarta setelah sekian lama. Masalah pelik ini kerap gagal diatasi secara maksimal oleh beberapa gubernur yang pernah memimpin Ibu Kota.
Buruknya sistem drainase, tata ruang, minimnya daerah resapan air, dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pola hidup bersih menjadi salah satu faktor penyebab banjir seakan ogah menyingkir dari pusat pemerintahan negara.
Termasuk, saat banjir parah terjadi di kawasan Kemang, Jakarta Selatan tahun 2016 lalu saat Jakarta dikangkangi dan dipimpin oleh Ahok.
Puluhan rumah yang berada di kawasan elite Kemang Selatan VIII dan X, Jakarta Selatan terendam banjir setinggi 50 sentimeter bahkan hingga satu meter.
Deretan mobil mewah dan sepeda motor tak pelak ikut terendam. Bahkan, sebanyak empat gedung di Kemang, terendam banjir di bagian basement atau tempat parkir gedung. Empat gedung yang basement-nya terkena banjir, yakni Gedung Wisma Agung 7, Gedung Park View, Gedung Koloni, dan Gedung Kemang Square, Tamani Cafe.
Genangan banjir tersebut diduga kuat akibat tanggul pada Kali Krukut yang melintasi daerah tersebut jebol sejak Sabtu 27 Agustus 2016 sore. Banjir ini sontak membuat aktivitas warga di kawasan elite itu lumpuh total.
Banjir parah yang terjadi di Kemang dan sejumlah titik lainnya di Jakarta lantas ditanggapi oleh kalangan wakil rakyat. Anggota Komisi II DPR, Arteria Dahlan menilai, banjir Jakarta untuk ke sekian kalinya ini sebagai bukti konkret kegagalan Ahok dalam memimpin DKI Jakarta.
Kader PDIP ini menilai, curah hujan yang tidak terlalu tinggi saja bisa menimbulkan banjir parah, apalagi jika hujan turun dengan intensitas tinggi dengan durasi lama.
"Ya, kejadian banjir Kemang suatu bukti kegagalan Ahok dalam mengatasi banjir Jakarta. Apalagi kan ini terjadi dalam keadaan curah hujan yang tidak terlalu banyak, baru hujan sebentar saja banjirnya seperti itu, bagaimana dengan hujan beneran? Bisa tenggelam Jakarta," kata Arteria kepada wartawan di Jakarta Senin kemarin.
Menurut Arteria, Ahok seharusnya meminta maaf kepada masyarakat Jakarta terkait masalah banjir tersebut.
"Saya minta Ahok bertanggung jawab dan jadikan kejadian ini untuk lebih rendah hati dan tidak takabur. Katakan saja mohon maaf dan saya akan bekerja lebih keras lagi untuk atasi banjir Jakarta, ini lebih menyejukkan," kata Arteria.
Dia lantas menyindir mantan Bupati Belitung Timur itu yang sering sesumbar dengan kehebatannya mengatasi berbagai permasalahan Ibu Kota.
"Sekarang bukannya enggak terbukti malah makin parah. Kemang dari zaman dulu baru banjir kalau hujan besar dan terus-menerus, ini zamannya Ahok baru hujan bentar saja banjirnya seperti ini," tegasnya.
Arteria bahkan mendorong korban banjir untuk menggugat Ahok sekaligus menanyakan langkah yang sudah dilakukan Ahok untuk mengatasi banjir di Kemang. Anehnya, kata dia, Ahok selalu mengatakan akan menata ulang Bukit Duri dan Kampung Pulo, namun tidak melakukan apa pun di bantaran sungai di sekitar Kemang.
"Mana Ahok, enggak kelihatan tuh di Kemang kerjanya, apa enggak berani menata Kemang? Nanti pasti nih yang disalahin wali kota, camat, dan lurahnya lagi. Ahok enggak pernah ngaku salah," tukasnya.
Hal senada dilontarkan pengamat komunikasi politik nasional, Emrus Sihombing. Menurutnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta (;era Ahok) belum berhasil menangani masalah banjir. Ironisnya, Gubernur Ahok malah menyalahkan persoalan banjir kepada sejumlah pihak.
"Kalau saya amati kelemahan Ahok, kelemahan dia itu selalu memosisikan selalu benar, bekerja keras. Tapi fakta menunjukkan di sana-sini banyak yang belum beres. Kalau tidak menyalahkan, bukan Ahok namanya," ketus Emrus saat berbincang dengan Okezone.
Oleh karenanya, Emrus menyarankan Ahok untuk belajar masalah komunikasi. "Kuliah dululah satu semester. Mata kuliah komunikasi dan etika komunikasi persuasif," sindir Emrus.
Sebelumnya, Ahok berkelit lalu mengklaim bahwa banjir parah yang merendam kawasan Kemang pada Minggu 28 Agustus 2016 lantaran pengembang menyalahi aturan izin bangunan. Akibat banjir itu, kawasan tersebut lumpuh.
Sejumlah kendaraan terendam dan aktivitas warga terganggu. Jauh sebelum banjir melanda Kemang, Ahok pernah jemawa dengan 'menantang' Tuhan agar diturunkan hujan lebat selama dua jam sembari sesumbar dengan pede-nya bahwa Jakarta takkan lagi dilanda banjir.
Pernyataan itu dilontarkan Ahok pada Sabtu 19 Desember 2015 lalu. Hal itu disampaikan Ahok guna memastikan program penanggulangan banjir olehnya berjalan sukses.
Sayang, perilaku takabur Ahok itu malah dijawab Tuhan yang maha kuasa dengan menurunkan hujan lebat yang berimbas pada genangan banjir di sejumlah titik di wilayah Jakarta Selatan dan sebagian Jakarta Timur akhir pekan lalu.
Foto: Arteria Dahlan
Sumber: Okezone
Faktakini.com, Jakarta - Banjir seakan menjadi problem akut Kota Jakarta setelah sekian lama. Masalah pelik ini kerap gagal diatasi secara maksimal oleh beberapa gubernur yang pernah memimpin Ibu Kota.
Buruknya sistem drainase, tata ruang, minimnya daerah resapan air, dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pola hidup bersih menjadi salah satu faktor penyebab banjir seakan ogah menyingkir dari pusat pemerintahan negara.
Termasuk, saat banjir parah terjadi di kawasan Kemang, Jakarta Selatan tahun 2016 lalu saat Jakarta dikangkangi dan dipimpin oleh Ahok.
Puluhan rumah yang berada di kawasan elite Kemang Selatan VIII dan X, Jakarta Selatan terendam banjir setinggi 50 sentimeter bahkan hingga satu meter.
Deretan mobil mewah dan sepeda motor tak pelak ikut terendam. Bahkan, sebanyak empat gedung di Kemang, terendam banjir di bagian basement atau tempat parkir gedung. Empat gedung yang basement-nya terkena banjir, yakni Gedung Wisma Agung 7, Gedung Park View, Gedung Koloni, dan Gedung Kemang Square, Tamani Cafe.
Genangan banjir tersebut diduga kuat akibat tanggul pada Kali Krukut yang melintasi daerah tersebut jebol sejak Sabtu 27 Agustus 2016 sore. Banjir ini sontak membuat aktivitas warga di kawasan elite itu lumpuh total.
Banjir parah yang terjadi di Kemang dan sejumlah titik lainnya di Jakarta lantas ditanggapi oleh kalangan wakil rakyat. Anggota Komisi II DPR, Arteria Dahlan menilai, banjir Jakarta untuk ke sekian kalinya ini sebagai bukti konkret kegagalan Ahok dalam memimpin DKI Jakarta.
Kader PDIP ini menilai, curah hujan yang tidak terlalu tinggi saja bisa menimbulkan banjir parah, apalagi jika hujan turun dengan intensitas tinggi dengan durasi lama.
"Ya, kejadian banjir Kemang suatu bukti kegagalan Ahok dalam mengatasi banjir Jakarta. Apalagi kan ini terjadi dalam keadaan curah hujan yang tidak terlalu banyak, baru hujan sebentar saja banjirnya seperti itu, bagaimana dengan hujan beneran? Bisa tenggelam Jakarta," kata Arteria kepada wartawan di Jakarta Senin kemarin.
Menurut Arteria, Ahok seharusnya meminta maaf kepada masyarakat Jakarta terkait masalah banjir tersebut.
"Saya minta Ahok bertanggung jawab dan jadikan kejadian ini untuk lebih rendah hati dan tidak takabur. Katakan saja mohon maaf dan saya akan bekerja lebih keras lagi untuk atasi banjir Jakarta, ini lebih menyejukkan," kata Arteria.
Dia lantas menyindir mantan Bupati Belitung Timur itu yang sering sesumbar dengan kehebatannya mengatasi berbagai permasalahan Ibu Kota.
"Sekarang bukannya enggak terbukti malah makin parah. Kemang dari zaman dulu baru banjir kalau hujan besar dan terus-menerus, ini zamannya Ahok baru hujan bentar saja banjirnya seperti ini," tegasnya.
Arteria bahkan mendorong korban banjir untuk menggugat Ahok sekaligus menanyakan langkah yang sudah dilakukan Ahok untuk mengatasi banjir di Kemang. Anehnya, kata dia, Ahok selalu mengatakan akan menata ulang Bukit Duri dan Kampung Pulo, namun tidak melakukan apa pun di bantaran sungai di sekitar Kemang.
"Mana Ahok, enggak kelihatan tuh di Kemang kerjanya, apa enggak berani menata Kemang? Nanti pasti nih yang disalahin wali kota, camat, dan lurahnya lagi. Ahok enggak pernah ngaku salah," tukasnya.
Hal senada dilontarkan pengamat komunikasi politik nasional, Emrus Sihombing. Menurutnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta (;era Ahok) belum berhasil menangani masalah banjir. Ironisnya, Gubernur Ahok malah menyalahkan persoalan banjir kepada sejumlah pihak.
"Kalau saya amati kelemahan Ahok, kelemahan dia itu selalu memosisikan selalu benar, bekerja keras. Tapi fakta menunjukkan di sana-sini banyak yang belum beres. Kalau tidak menyalahkan, bukan Ahok namanya," ketus Emrus saat berbincang dengan Okezone.
Oleh karenanya, Emrus menyarankan Ahok untuk belajar masalah komunikasi. "Kuliah dululah satu semester. Mata kuliah komunikasi dan etika komunikasi persuasif," sindir Emrus.
Sebelumnya, Ahok berkelit lalu mengklaim bahwa banjir parah yang merendam kawasan Kemang pada Minggu 28 Agustus 2016 lantaran pengembang menyalahi aturan izin bangunan. Akibat banjir itu, kawasan tersebut lumpuh.
Sejumlah kendaraan terendam dan aktivitas warga terganggu. Jauh sebelum banjir melanda Kemang, Ahok pernah jemawa dengan 'menantang' Tuhan agar diturunkan hujan lebat selama dua jam sembari sesumbar dengan pede-nya bahwa Jakarta takkan lagi dilanda banjir.
Pernyataan itu dilontarkan Ahok pada Sabtu 19 Desember 2015 lalu. Hal itu disampaikan Ahok guna memastikan program penanggulangan banjir olehnya berjalan sukses.
Sayang, perilaku takabur Ahok itu malah dijawab Tuhan yang maha kuasa dengan menurunkan hujan lebat yang berimbas pada genangan banjir di sejumlah titik di wilayah Jakarta Selatan dan sebagian Jakarta Timur akhir pekan lalu.
Foto: Arteria Dahlan
Sumber: Okezone