Pedas! Fahri Hamzah: Jujur Saja, Sejak 2014 Pemahaman Petahana Tentang Negara Segitu - Gitu Aja
Kamis, 4 April 2019
Faktakini.com
JUJUR SAJA, SEJAK 2014 PEMAHAMAN PETAHANA TENTANG NEGARA SEGITU-GITU AJA 😬
Seandainya mudah membaca hati orang, tentu seluruh rakyat negeri ini akan memilih Prabowo!
Musuh-musuh mantan prajurit ini menggunakan apa yang nampak luar sebagai fitnah:
Tegas ditulis kejam.
Spontan ditulis emosional.
Orator ditulis diktator. Dll.
Dan karena kita tak mampu membaca warna hati itulah kita salah pilih dan menyesal.
Tukang permak citra menjadi konsultan memutar balik fakta:
Bodoh dibilang sederhana.
Lemah dibilang rendah hati.
Bohong dibilang dinamika.
Semua Asal Bapak Senang..!
Masak kita gak boleh bicara jujur tentang presiden kita? Debat Ke-4 Capres 2019 telah secara telanjang menjelaskan kapasitas dan kemampuannya. Semua seperti belum dipahami atau baru dibaca jadi salah.
4,5 apa kurang lama untuk ambil kesimpulan?
Petahana selalu mengatakan kecepatan, “Kita harus cepat, kompetisi masa depan bukan antara negara besar dan kecil tapi antara negara cepat dan lambat....”. Faktanya kita lambat sehingga nyaris tak ada yang kita capai secara baik... Kita makin tertinggal.
Presiden kalau bicara kelihatan lambat. Bukan karena yang diucapkan yang mendalam. Tapi karena sulit memahami konsep-konsep yang sederhana; kesalahan paling mendasar adalah reduksi konsep negara menjadi konsep kota. Indonesia dibayangkan sebagai kota bukan negara.
Maka, waktu bertanya kepada Prabowo petahana ingin ambil untung dengan bertanya soal Mall Pelayanan Publik yang ia berharap Prabowo gak paham. Ini kelanjutan pertanyaan TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) yang ditanyakan dalam debat capres 2014. Padahal itu bukan isu presiden.
Kalau Prabowo jahat, ia bisa tanya istilah-istilah khusus dalam dunia militer. Tapi buat apa? Ini kan debat tentang isu-isu negara dan bagaimana seorang presiden menyelesaikan seluruh persoalan yang ada dalam skala negara. Apakah ia punya presidensial material?
Sejak debat 2014 saya sudah berkesimpulan bahwa petahana masih nampak bergaya walikota; ini tentang skala pengertian soal negara, pilihan kata, kebijakan bahkan bahasa tubuh. 5 tahun ini tak nampak ada perubahan. Pengertiannya tentang negara belum tumbuh.
Twitter @Fahrihamzah 1/4/2019
Faktakini.com
JUJUR SAJA, SEJAK 2014 PEMAHAMAN PETAHANA TENTANG NEGARA SEGITU-GITU AJA 😬
Seandainya mudah membaca hati orang, tentu seluruh rakyat negeri ini akan memilih Prabowo!
Musuh-musuh mantan prajurit ini menggunakan apa yang nampak luar sebagai fitnah:
Tegas ditulis kejam.
Spontan ditulis emosional.
Orator ditulis diktator. Dll.
Dan karena kita tak mampu membaca warna hati itulah kita salah pilih dan menyesal.
Tukang permak citra menjadi konsultan memutar balik fakta:
Bodoh dibilang sederhana.
Lemah dibilang rendah hati.
Bohong dibilang dinamika.
Semua Asal Bapak Senang..!
Masak kita gak boleh bicara jujur tentang presiden kita? Debat Ke-4 Capres 2019 telah secara telanjang menjelaskan kapasitas dan kemampuannya. Semua seperti belum dipahami atau baru dibaca jadi salah.
4,5 apa kurang lama untuk ambil kesimpulan?
Petahana selalu mengatakan kecepatan, “Kita harus cepat, kompetisi masa depan bukan antara negara besar dan kecil tapi antara negara cepat dan lambat....”. Faktanya kita lambat sehingga nyaris tak ada yang kita capai secara baik... Kita makin tertinggal.
Presiden kalau bicara kelihatan lambat. Bukan karena yang diucapkan yang mendalam. Tapi karena sulit memahami konsep-konsep yang sederhana; kesalahan paling mendasar adalah reduksi konsep negara menjadi konsep kota. Indonesia dibayangkan sebagai kota bukan negara.
Maka, waktu bertanya kepada Prabowo petahana ingin ambil untung dengan bertanya soal Mall Pelayanan Publik yang ia berharap Prabowo gak paham. Ini kelanjutan pertanyaan TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) yang ditanyakan dalam debat capres 2014. Padahal itu bukan isu presiden.
Kalau Prabowo jahat, ia bisa tanya istilah-istilah khusus dalam dunia militer. Tapi buat apa? Ini kan debat tentang isu-isu negara dan bagaimana seorang presiden menyelesaikan seluruh persoalan yang ada dalam skala negara. Apakah ia punya presidensial material?
Sejak debat 2014 saya sudah berkesimpulan bahwa petahana masih nampak bergaya walikota; ini tentang skala pengertian soal negara, pilihan kata, kebijakan bahkan bahasa tubuh. 5 tahun ini tak nampak ada perubahan. Pengertiannya tentang negara belum tumbuh.
Twitter @Fahrihamzah 1/4/2019