Pendukung 01 Tak Paham Militer, Dewan Pakar Prabowo Jelaskan Lemahnya Sistem Pertahanan Indonesia

Senin, 1 April 2019

Faktakini.com, Jakarta - Badan Pemenangan Nasional (BPN), Prabowo-Sandi menyayangkan sikap para pendukung paslon pertahana yang meragukan pernyataan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto terkait lemahnya pertahanan militer Indonesia dalam menghadapi ancaman pihak luar.

Dewan Pakar BPN, Rizal Darma Putra menegaskan Prabowo tak asal bicara. Sebab, mengacu pada data Global Firepower (GFP) Index 2018, dimana Indonesia berada di peringkat 15 dari 137 negara di dunia.

"Apalagi GFP index ini merupakan data analysis menggunakan 55 indikator yang tidak hanya terkait dengan kekuatan persenjataan," ujar Rizal Darma Putra dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Senin (1/4).

"Data itu memberikan gambaran potensi kekuatan suatu negara yang memperhitungkan faktor sumber daya alam dan manusia, keuangan (PDB), dan kondisi geografi. Sementara, kepemimpinan politik atau angkatan perang tidak masuk dalam analysis," imbuhnya.

Rizal menjelaskan jumlah penduduk merupakan salah satu faktor utama dari perhitungan index tersebut dengan asumsi bahwa penduduk tersebut dapat dikerahkan dalam situasi perang. Untuk hal itu, Indonesia berada pada peringkat 4 di bawah China, India, dan Amerika Serikat (AS) secara berurutan.

"Dalam telah BPN terhadap data serta indikator GFP, kami membandingkan kekuatan Indonesia dengan negara-negara di kawasan ASEAN," terangnya.

Rizal yang dikenal sebagai Pakar Intelijen ini juga mengungkapkan, dalam hal jumlah personel militer aktif yang siap untuk perang, Indonesia memiliki personel militer aktif yang siap perang sejumlah 400.000 atau hanya 0,37 persen dari total angkatan kerja yang dapat berperang.

"Angka tersebut berada di bawah Vietnam dan Myanmar, yang masing-masing sebesar 482.000 (1,15 persen) dan 406.000 (1,86 persen). Indonesia berada sedikit di atas Thailand, yang memiliki personel militer aktif sebanyak 360.000, namun dari segi rasio, Thailand lebih baik, yaitu 1,31 persen," katanya.

Lebih lanjut kata Rizal, dalam hal kekuatan udara, secara umum Indonesia berada di atas rata-rata negara ASEAN, kecuali Thailand. Namun, Indonesia hanya kuat di jumlah pesawat pengangkut dan pesawat latih.

Sementara kekuatan pesawat tempur Indonesia yang hanya berjumlah 41 berada di bawah Vietnam dengan jumlah 108, Singapura 100, Thailand 75, dan Myanmar 59 pesawat.

"Indonesia berada sedikit di atas Malaysia yang hanya memiliki 39 pesawat tempur. Sementara, kekuatan pesawat pembom Indonesia pun berada di bawah Vietnam, Singapura, Thailand, dan Myanmar. Indonesia hanya memiliki 65 pesawat pembom, Vietnam memiliki 108, Singapura 100, Thailand 93, dan Myanmar 80," ungkapnya.

Untuk itu, lanjut Rizal, sudah seharusnya Indonesia memiliki kekuatan laut yang handal. Namun menurut data GFP, Indonesia yang memiliki jalur laut sepanjang 21.579 kilometer hanya memiliki 8 frigate (kapal perang), 24 corvettes, 5 kapal selam, 139 kapal patroli, dan 11 ranjau laut. Sementara Vietnam dengan jalur laut sepanjang 17.702 km memiliki 9 frigate, 14 corvettes, 6 kapal selam, 26 kapal patroli, dan 8 ranjau laut.

"Kekuatan alutsista darat Indonesia pun di bawah beberapa negara ASEAN lainnya. Kekuatan tank tempur, Indonesia yang memiliki 315 tank, berada jauh di bawah Vietnam yang memiliki 2.575. Sementara, Thailand berada memiliki 805, dan Myanmar dengan 434 tank. Jumlah kendaraan lapis baja, Indonesia yang hanya memiliki 1.300 kendaraan pun berada di bawah Singapura dengan 3.585, Vietnam dengan 2.530, Thailand sebanyak 1.551, dan Malaysia 1.460," urainya.

Pada kesempatan itu, Rizal juga mengkritik apa yang disampaikan Jokowi dalam debat capres keempat khususnya terkait cakupan radar udara Indonesia yang diklaim telah menjangkau 100 persen wilayah udara.

"Berdasarkan kajian BPN, kami menemukan bahwa kondisi radar udara Indonesia masih jauh dari 100 persen," tegasnya.

Rizal menambahkan, pertahanan yang lemah juga disebabkan masih bergantungnya Indonesia kepada bahan pangan dan sumber energi yang impor. Seperti beras, gula, garam, gandum, kedelai, minyak dan gas, dan bahan lainnya.

"Hal ini menyebabkan Indonesia sangat rentan terhadap tekanan negara lain seandainya Indonesia dihadapkan pada ancaman embargo. Visi utama Prabowo Sandi menekankan pada pentingnya membangun Indonesia yang berdaulat dalam pangan, energi dan air," katanya.

Sumber: Merdeka

Posting Komentar untuk "Pendukung 01 Tak Paham Militer, Dewan Pakar Prabowo Jelaskan Lemahnya Sistem Pertahanan Indonesia"