Prabowo - Sandi Diambang Kemenangan, Asy'ari Usman: Pak Jokowi, Kekalahan Itu Bukanlah Aib
Sabtu, 6 April 2019
Faktakini.com
Pak Jokowi, Kekalahan Itu Bukanlah Aib
By Asyari Usman
Yang mungkin membuat Pak Jokowi mati-matian ingin melanjutkan kekuasannya lima tahun lagi adalah persepsi bahwa kekalahan itu merupakan aib besar. Padahal, di dalam sistem demokrasi, kekalahan atau kemenangan hanya mengindikasikan perbedaan pendapat saja. Bukan karena kelemahan atau kejagoan para calon yang berkompetisi.
Ini yang menjadi masalah. Persepsi yang keliru. Kita menganggap pilpres seolah-olah sebagai pertarungan fisik. Ini salah total. Yang benar adalah kontestasi intelektual. Sesuatu yang sebetulnya sangat mulia.
Memang betul Prabowo Subianto (PS) berhasil meyakinkan publik bahwa beliau memiliki keunggulan intelektualitas dibandingkan Pak Jokowi. Sehingga, masyarakat selalu merasa antusias dan nyaman untuk menghadiri tabligh akbar atau kampanye terbuka Pak PS dengan penuh sesak. Di mana-mana.
Pak PS mampu menjelaskan pandangannya tentang Indonesia di masa depan. Tentang cara memimpin negeri besar yang kaya-raya ini agar kekayaannya dinikmati oleh seluruh rakyat dalam bingkai keadilan dan kemakmuran bersama. Bukan keadilan dan kemakmuran bagi segelintir.
Dengan kadar intelektualitas yang jauh di atas petahana, Pak Prabowo membuat rakyat merasa aman di bawah pimpinan beliau, kelak. Rakyat merasa yakin memberikan mandat kepada beliau untuk menyiapkan “terms and conditons” bagi masa depan anak-cucu mereka.
Itulah keunggulan Pak Prabowo yang dilihat nyata oleh rakyat. Yaitu, kecakapan beliau dalam memikirkan dan menyampaikan ide-ide besar untuk kemaslahatan rakyat dan keutuhan NKRI. Untuk menjaga keberagaman dalam keseimbangan ekonomi dan sosial.
Jadi, kompetisi pilpres ini semata soal intelektualitas (sofware). Bukan soal pengerahan kekuatan fisik (hardware). Bukan adu kuat pengerahan aparatur negara atau ormas peliharaan. Dan bukan pula adu kuat sumber finansial.
Dengan demikian, kita tidak perlu tegang. Tidak perlu menggunakan segala cara untuk meraih kemenangan.
Sehingga, sekali lagi, kekalahan hanya akan dilihat sebagai perbedaan pilihan saja. Tidak perlu dibawa ke wilayah personal.
Kalau kontestasi pilpres ini diletakkan di dalam ruangan pribadi, mau tak mau ia akan diurus secara pribadi juga. Berbahaya. Sebab, secara pribadi kita akan merasa berat menerima kekalahan. Kekalahan akan diterima sebagai hal yang memalukan.
Kita harapkan agak Pak Jokowi tidak seperti itu. Kekalahan di pilpres bukanlah aib.
(Penulis adalah wartawan senior)
Foto: Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno saat bersama Atta Halilintar
Faktakini.com
Pak Jokowi, Kekalahan Itu Bukanlah Aib
By Asyari Usman
Yang mungkin membuat Pak Jokowi mati-matian ingin melanjutkan kekuasannya lima tahun lagi adalah persepsi bahwa kekalahan itu merupakan aib besar. Padahal, di dalam sistem demokrasi, kekalahan atau kemenangan hanya mengindikasikan perbedaan pendapat saja. Bukan karena kelemahan atau kejagoan para calon yang berkompetisi.
Ini yang menjadi masalah. Persepsi yang keliru. Kita menganggap pilpres seolah-olah sebagai pertarungan fisik. Ini salah total. Yang benar adalah kontestasi intelektual. Sesuatu yang sebetulnya sangat mulia.
Memang betul Prabowo Subianto (PS) berhasil meyakinkan publik bahwa beliau memiliki keunggulan intelektualitas dibandingkan Pak Jokowi. Sehingga, masyarakat selalu merasa antusias dan nyaman untuk menghadiri tabligh akbar atau kampanye terbuka Pak PS dengan penuh sesak. Di mana-mana.
Pak PS mampu menjelaskan pandangannya tentang Indonesia di masa depan. Tentang cara memimpin negeri besar yang kaya-raya ini agar kekayaannya dinikmati oleh seluruh rakyat dalam bingkai keadilan dan kemakmuran bersama. Bukan keadilan dan kemakmuran bagi segelintir.
Dengan kadar intelektualitas yang jauh di atas petahana, Pak Prabowo membuat rakyat merasa aman di bawah pimpinan beliau, kelak. Rakyat merasa yakin memberikan mandat kepada beliau untuk menyiapkan “terms and conditons” bagi masa depan anak-cucu mereka.
Itulah keunggulan Pak Prabowo yang dilihat nyata oleh rakyat. Yaitu, kecakapan beliau dalam memikirkan dan menyampaikan ide-ide besar untuk kemaslahatan rakyat dan keutuhan NKRI. Untuk menjaga keberagaman dalam keseimbangan ekonomi dan sosial.
Jadi, kompetisi pilpres ini semata soal intelektualitas (sofware). Bukan soal pengerahan kekuatan fisik (hardware). Bukan adu kuat pengerahan aparatur negara atau ormas peliharaan. Dan bukan pula adu kuat sumber finansial.
Dengan demikian, kita tidak perlu tegang. Tidak perlu menggunakan segala cara untuk meraih kemenangan.
Sehingga, sekali lagi, kekalahan hanya akan dilihat sebagai perbedaan pilihan saja. Tidak perlu dibawa ke wilayah personal.
Kalau kontestasi pilpres ini diletakkan di dalam ruangan pribadi, mau tak mau ia akan diurus secara pribadi juga. Berbahaya. Sebab, secara pribadi kita akan merasa berat menerima kekalahan. Kekalahan akan diterima sebagai hal yang memalukan.
Kita harapkan agak Pak Jokowi tidak seperti itu. Kekalahan di pilpres bukanlah aib.
(Penulis adalah wartawan senior)
Foto: Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno saat bersama Atta Halilintar