Telaga Ilmu Al Habib Husein bin Abdullah Assegaf (Habib Husein Potlot) Gresik
Selasa, 9 April 2019
Faktakini.com
Al Habib Husein bin Abdullah Asseqqaf[ Habib Husein potlot ]
Telaga Ilmu Kota Gresik Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad Asseqqaf adalah tokoh penting.
Ilmunya bak telaga yang tak pernah kering, membuatnya menjadi rujukan para habib.
Di kalangan para habib di Jawa Timur, nama Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad Asseqqaf memiliki tempat tersendiri. Dia dianggap wali dengan kedudukan dan kedekatan di hadapan Tuhan. Orang yang belum pernah ketemu dengannya tentu tak menyangka dia seorang ulama besar. Orangnya sangat terbuka dan tak pernah mengagungkan dirinya di hadapan orang lain.
Setiap orang yang datang, selalu diajaknya bicara dengan lemah lembut dan penuh keakraban. Hampir setiap orang yang menemuinya ingin segera mencium tangannya.Jarang keluar kota, ia lebih banyak mengajar dan sekaligus menjadi khadam (pelayan) Majelis Abubakar bin Muhammad Assegaf, di dekat rumahnya. Hampir setiap hari ia mengajar kitab Ihya Ulumuddin dan kitab-kitab klasik kepada jamaahnya.
Puncaknya pada pertengahan bulan Dzulhijjah pada saat haul Habib Abubakar bin Muhammad Asseqqaf.Di majelis ini, dia menemui banyak tamunya, yang tak pernah sepi. Rumah Habib Abubakar ini senantiasa terbuka untuk siapa saja. Ia kerap berbicara dalam bahasa Arab dengan tamu-tamunya, dengan bahasa Arab yang tinggi, yang menandakan keterpelajarannya serta kualitas pengetahuannya.
Wibawa Habib Husein akan terlihat jika ia tampil dalam kerumunan kalangan habaib. Misalnya, pada suatu acara rauhah (acara kekeluargaan di kalangan Alawiyyin – keturunan Alawiy). Tepat habis shalat Ashar, orang-orang dengan baju putih-putih mulai berdatangan ke tempat itu. Aroma wangi menonjol sekali dari asap dupa kayu gaharu khas Arab.
Para tamu duduk berimpitan menghadap Habib Husein, yang diapit beberapa habib sepuh. Acara rauhah dimulai dengan pembacaan kasidah oleh seorang sayid muda yang juga mengenakan pakaian serba putih. Ia melantunkan kasidah berbahasa Arab yang dikutip dari syair-syair lama tentang puja-puji kepada Rasulullah. Suaranya melengking tinggi dalam nada Syikah, lantas turun rendah mendayu-dayu dalam nada Nahawand.
Semua orang dibuat khusyuk mendengarkan kasidah sayid muda itu. Selanjutnya, beberapa habib muda membaca lembar demi lembar kitab Ihya Ulumuddin, karya Hujjatul Islam Al-Imam al-Ghazali, di hadapannya. Dengan kata-kata lembut, sang habib menggunakan bahasa Arab membetulkan satu per satu setiap kesalahan bacaan dari para habib yang datang di acara khataman kitab Ihya itu.
Habib Husein memang memiliki banyak kelebihan di luar habaib yang lain. Di samping sebagai sesepuh para habib di kota Gresik dansekitarnya, ia juga dikenal sebagai salah seorang yang cakap menggunakan bahasa asing – tak kurang tiga bahasa asing dikuasainya: Inggris, Prancis, dan tentu saja bahasa Arab. Tidak mengherankan, karena ia banyak bergaul dengan ulama-ulama yang ada di luar negeri.
Banyak hal yang dapat digali dari Habib Husein. Salah satunya adalah penguasaan khazanah kesejarahan wali-wali Allah asal Hadramaut. Yang luar biasa, keterangan yang diberikan dalam mengomentari para tokoh tersebut diucapkan di luar kepala. Lelaki kelahiran Surabaya tahun 1941 ini memang dikenal sebagai tokoh yang mumpuni.
Mengenal tokoh ini seperti mengenal biografi berjalanan. Hal itu ditunjukkan dengan kepiawaian Habib Husein dalam meriwayatkan berbagai tokoh di balik sejarah Islam dan ulama-ulama Hadramaut. Kepiawaiannya dalam hal ini bisa dilihat ketika ia menjelaskan dengan cermat para tokoh ulama Hadramaut. Misalnya, tentang kehidupan Al-Faqihul Muqaddam, Habib Abdullah Al-Hadad (Shahiburratib), dan seluruh nama besar dari kalangan keturunan Rasulullah dari Sayyidina Husein bin Ali. Dengan tutur kata yang halus, ia bercerita tentang sisi lain para pendahulu itu. Habib menyebut tahun atau usia seorang tokoh secara akurat.Jangan heran, kepandaiannya ini, baik dari segi bahasa maupun sejarah para auliya’ Hadramaut, mengantarkannyamenjadi pemandubagi 55 kiai terkemua di Jawa Timur, untuk tur ziarah dan umrah pada pada biro perjalanan umrah dan haji Al-Mastur, pimpinan H. Bargowi, di Surabaya sejak tahun 2005.Mengaji sejak KecilSejak kecil mengaji pada Madrasah Al-Khairiyah sampai tahun 1955.
Pendidikannya kemudian berlanjut dengan belajar kepada Habib Abdul qadir Bilfagih di Pondok Pesantren Darul Hadist Malang sampai 1958.Pada 1958, dia kembali ke Surabaya dan menetap di Jln. Ketapang Adiguno. Di lingkungan Ampel ini, ia belajar fiqih dan nahwu sharaf kepada Habib Muhammad bin Ahmad Assegaf, salah seorang ulamaterkemuka Surabaya yang tinggal di kawasan Kapasan. Menurutnya, Habib Muhammad bin Ahmad Assegaf adalah ulama yang alim, ahli fiqih setaraf dengan mufti, pemberi fatwa.“Orang-orang tertentu yang mengenal dia mengetahui kebesaran dan keilmuan Habib Muhammad bin Ahmad Asseqqaf.
Banyak ulama yang menanyakan masalah-masalahfiqih kepadanya. Kalau ada masalah yang tidak dapat dipecahkan, larinya ke Habib Muhammad,” kata Habib Husein mengomentari gurunya itu.Menurut Habi
Faktakini.com
Al Habib Husein bin Abdullah Asseqqaf[ Habib Husein potlot ]
Telaga Ilmu Kota Gresik Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad Asseqqaf adalah tokoh penting.
Ilmunya bak telaga yang tak pernah kering, membuatnya menjadi rujukan para habib.
Di kalangan para habib di Jawa Timur, nama Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad Asseqqaf memiliki tempat tersendiri. Dia dianggap wali dengan kedudukan dan kedekatan di hadapan Tuhan. Orang yang belum pernah ketemu dengannya tentu tak menyangka dia seorang ulama besar. Orangnya sangat terbuka dan tak pernah mengagungkan dirinya di hadapan orang lain.
Setiap orang yang datang, selalu diajaknya bicara dengan lemah lembut dan penuh keakraban. Hampir setiap orang yang menemuinya ingin segera mencium tangannya.Jarang keluar kota, ia lebih banyak mengajar dan sekaligus menjadi khadam (pelayan) Majelis Abubakar bin Muhammad Assegaf, di dekat rumahnya. Hampir setiap hari ia mengajar kitab Ihya Ulumuddin dan kitab-kitab klasik kepada jamaahnya.
Puncaknya pada pertengahan bulan Dzulhijjah pada saat haul Habib Abubakar bin Muhammad Asseqqaf.Di majelis ini, dia menemui banyak tamunya, yang tak pernah sepi. Rumah Habib Abubakar ini senantiasa terbuka untuk siapa saja. Ia kerap berbicara dalam bahasa Arab dengan tamu-tamunya, dengan bahasa Arab yang tinggi, yang menandakan keterpelajarannya serta kualitas pengetahuannya.
Wibawa Habib Husein akan terlihat jika ia tampil dalam kerumunan kalangan habaib. Misalnya, pada suatu acara rauhah (acara kekeluargaan di kalangan Alawiyyin – keturunan Alawiy). Tepat habis shalat Ashar, orang-orang dengan baju putih-putih mulai berdatangan ke tempat itu. Aroma wangi menonjol sekali dari asap dupa kayu gaharu khas Arab.
Para tamu duduk berimpitan menghadap Habib Husein, yang diapit beberapa habib sepuh. Acara rauhah dimulai dengan pembacaan kasidah oleh seorang sayid muda yang juga mengenakan pakaian serba putih. Ia melantunkan kasidah berbahasa Arab yang dikutip dari syair-syair lama tentang puja-puji kepada Rasulullah. Suaranya melengking tinggi dalam nada Syikah, lantas turun rendah mendayu-dayu dalam nada Nahawand.
Semua orang dibuat khusyuk mendengarkan kasidah sayid muda itu. Selanjutnya, beberapa habib muda membaca lembar demi lembar kitab Ihya Ulumuddin, karya Hujjatul Islam Al-Imam al-Ghazali, di hadapannya. Dengan kata-kata lembut, sang habib menggunakan bahasa Arab membetulkan satu per satu setiap kesalahan bacaan dari para habib yang datang di acara khataman kitab Ihya itu.
Habib Husein memang memiliki banyak kelebihan di luar habaib yang lain. Di samping sebagai sesepuh para habib di kota Gresik dansekitarnya, ia juga dikenal sebagai salah seorang yang cakap menggunakan bahasa asing – tak kurang tiga bahasa asing dikuasainya: Inggris, Prancis, dan tentu saja bahasa Arab. Tidak mengherankan, karena ia banyak bergaul dengan ulama-ulama yang ada di luar negeri.
Banyak hal yang dapat digali dari Habib Husein. Salah satunya adalah penguasaan khazanah kesejarahan wali-wali Allah asal Hadramaut. Yang luar biasa, keterangan yang diberikan dalam mengomentari para tokoh tersebut diucapkan di luar kepala. Lelaki kelahiran Surabaya tahun 1941 ini memang dikenal sebagai tokoh yang mumpuni.
Mengenal tokoh ini seperti mengenal biografi berjalanan. Hal itu ditunjukkan dengan kepiawaian Habib Husein dalam meriwayatkan berbagai tokoh di balik sejarah Islam dan ulama-ulama Hadramaut. Kepiawaiannya dalam hal ini bisa dilihat ketika ia menjelaskan dengan cermat para tokoh ulama Hadramaut. Misalnya, tentang kehidupan Al-Faqihul Muqaddam, Habib Abdullah Al-Hadad (Shahiburratib), dan seluruh nama besar dari kalangan keturunan Rasulullah dari Sayyidina Husein bin Ali. Dengan tutur kata yang halus, ia bercerita tentang sisi lain para pendahulu itu. Habib menyebut tahun atau usia seorang tokoh secara akurat.Jangan heran, kepandaiannya ini, baik dari segi bahasa maupun sejarah para auliya’ Hadramaut, mengantarkannyamenjadi pemandubagi 55 kiai terkemua di Jawa Timur, untuk tur ziarah dan umrah pada pada biro perjalanan umrah dan haji Al-Mastur, pimpinan H. Bargowi, di Surabaya sejak tahun 2005.Mengaji sejak KecilSejak kecil mengaji pada Madrasah Al-Khairiyah sampai tahun 1955.
Pendidikannya kemudian berlanjut dengan belajar kepada Habib Abdul qadir Bilfagih di Pondok Pesantren Darul Hadist Malang sampai 1958.Pada 1958, dia kembali ke Surabaya dan menetap di Jln. Ketapang Adiguno. Di lingkungan Ampel ini, ia belajar fiqih dan nahwu sharaf kepada Habib Muhammad bin Ahmad Assegaf, salah seorang ulamaterkemuka Surabaya yang tinggal di kawasan Kapasan. Menurutnya, Habib Muhammad bin Ahmad Assegaf adalah ulama yang alim, ahli fiqih setaraf dengan mufti, pemberi fatwa.“Orang-orang tertentu yang mengenal dia mengetahui kebesaran dan keilmuan Habib Muhammad bin Ahmad Asseqqaf.
Banyak ulama yang menanyakan masalah-masalahfiqih kepadanya. Kalau ada masalah yang tidak dapat dipecahkan, larinya ke Habib Muhammad,” kata Habib Husein mengomentari gurunya itu.Menurut Habi