Tentang Sandiaga Uno, Cawapres Generasi Muda
Jum'at, 5 April 2019
Faktakini.com
Tentang SANDI
Banyak yg awalnya mungkin bertanya. Kenapa Prabowo memilih Sandi. Dulu untuk Jakarta, kini untuk Indonesia. Tidak tanggung2 menjadi calon wakil presiden.
Keraguan yg dapat dimengerti. Karena rendah hatinya sosok itu. Sosok anak muda yg tidak hanya alim & santun. Namun juga cerdas, sukses & kaya.
Pelan tapi pasti, Sandi menjawab semua keraguan. Ia tampil konsisten & apa adanya. Penuh energi, mengunjungi lebih dari 1250 lokasi, menemui semua lapisan masyarakat.
Ia tampil begitu mempesona. Sekaligus begitu mengkhawatirkan, bagi yg berada pada posisi berseberangan.
Berbagai fitnah, drama & rekayasa dimainkan untuk menjatuhkannya.
Namun ia menghadapinya dg tenang, tetap santun, sejuk. Berbaur dg semua. Merangkul semua, baik kawan maupun lawan.
Sandi begitu efektif mengkonsolidasi, merebut hati masyarakat. Langsung ke bawah, ke akar rumput.
Ia begitu cerdas. Tapi tidak pernah memanfaatkan gelar profesor yg dimilikinya untuk meraih simpati.
Begitu alim, didukung oleh para ulama. Namun tidak memanfaatkan isu agama untuk meraih suara.
AA Gym menyebutnya sebagai “santri kita yg menjadi cawapres”. Memuji sikap tawadhu Sandi yg mengajak pendukungnya untuk tenang. Karena “yang menentukan semua adalah Allah”.
Sandi memang tidak memperlihatkan ambisi kekuasaan. Kekuasan hanyalah salah satu cara untuk mengabdi.
Ia sama sekali tidak mempersoalkan ketika beberapa tahun yg lalu ditunjuk ‘hanya’ sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta. Meskipun sebelumnya ia adalah calon kuat untuk gubernur.
Ia legawa. Baginya Anies Baswedan memang lebih pantas menjadi orang nomor satu di ibu kota.
Sandi juga tahu diri & menghormati mentor politiknya, Prabowo. “Saya tidak akan head to head dg Pak Prabowo.. Saya sami’na Waatha’na..”, katanya.
Tutur santun itu mengulang dg kalimat yg jauh lebih halus, apa yg pernah ditegaskan Anies Baswedan. Bahwa seorang Anies tidak ingin menjadi bagian dari orang2 yg pernah menghianati Prabowo.
Disaat yg lain gaduh dg istilah radikal, ribut menuding garis keras, mempersoalkan istilah kafir. Namun justru memanfaatkan masjid & pesantren untuk berkampanye.
Sandi justru konsisten & fokus ke realita masalah bangsa ini: kemiskinan, kesejahteraan, keadilan, pemberdayaan masyarakat, membangun umat.
Konsistensi yg membuatnya kini tak terbendung lagi. Begitu melekat di hati. Begitu diharapkan.
Sandi & Prabowo menunjukkan bagaimana pemimpin seharusnya.
Ia ada untuk merangkul semua, baik kawan maupun lawan. Bahu membahu membangun Indonesia dalam guyub & harmoni.
Indonesia yg tidak hanya adil, makmur & sejahtera di dalam. Tapi juga Indonesia yg dihormati & berperan dalam perdamaian dunia.
Kini berbagai keraguan terhadap Sandi, berubah menjadi keyakinan. Bersama berjuta harapan untuk masa depan.
Sandi & Prabowo adalah sebuah kata sandi untuk Indonesia yg lebih baik.
Maka, pemilu April 2019 adalah bagian dari ikhtiar yg penuh doa. Di malam yg panjang. Menunggu ufuk di timur. Menanti matahari pagi. Menyinari bumi Indonesia.
Faktakini.com
Tentang SANDI
Banyak yg awalnya mungkin bertanya. Kenapa Prabowo memilih Sandi. Dulu untuk Jakarta, kini untuk Indonesia. Tidak tanggung2 menjadi calon wakil presiden.
Keraguan yg dapat dimengerti. Karena rendah hatinya sosok itu. Sosok anak muda yg tidak hanya alim & santun. Namun juga cerdas, sukses & kaya.
Pelan tapi pasti, Sandi menjawab semua keraguan. Ia tampil konsisten & apa adanya. Penuh energi, mengunjungi lebih dari 1250 lokasi, menemui semua lapisan masyarakat.
Ia tampil begitu mempesona. Sekaligus begitu mengkhawatirkan, bagi yg berada pada posisi berseberangan.
Berbagai fitnah, drama & rekayasa dimainkan untuk menjatuhkannya.
Namun ia menghadapinya dg tenang, tetap santun, sejuk. Berbaur dg semua. Merangkul semua, baik kawan maupun lawan.
Sandi begitu efektif mengkonsolidasi, merebut hati masyarakat. Langsung ke bawah, ke akar rumput.
Ia begitu cerdas. Tapi tidak pernah memanfaatkan gelar profesor yg dimilikinya untuk meraih simpati.
Begitu alim, didukung oleh para ulama. Namun tidak memanfaatkan isu agama untuk meraih suara.
AA Gym menyebutnya sebagai “santri kita yg menjadi cawapres”. Memuji sikap tawadhu Sandi yg mengajak pendukungnya untuk tenang. Karena “yang menentukan semua adalah Allah”.
Sandi memang tidak memperlihatkan ambisi kekuasaan. Kekuasan hanyalah salah satu cara untuk mengabdi.
Ia sama sekali tidak mempersoalkan ketika beberapa tahun yg lalu ditunjuk ‘hanya’ sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta. Meskipun sebelumnya ia adalah calon kuat untuk gubernur.
Ia legawa. Baginya Anies Baswedan memang lebih pantas menjadi orang nomor satu di ibu kota.
Sandi juga tahu diri & menghormati mentor politiknya, Prabowo. “Saya tidak akan head to head dg Pak Prabowo.. Saya sami’na Waatha’na..”, katanya.
Tutur santun itu mengulang dg kalimat yg jauh lebih halus, apa yg pernah ditegaskan Anies Baswedan. Bahwa seorang Anies tidak ingin menjadi bagian dari orang2 yg pernah menghianati Prabowo.
Disaat yg lain gaduh dg istilah radikal, ribut menuding garis keras, mempersoalkan istilah kafir. Namun justru memanfaatkan masjid & pesantren untuk berkampanye.
Sandi justru konsisten & fokus ke realita masalah bangsa ini: kemiskinan, kesejahteraan, keadilan, pemberdayaan masyarakat, membangun umat.
Konsistensi yg membuatnya kini tak terbendung lagi. Begitu melekat di hati. Begitu diharapkan.
Sandi & Prabowo menunjukkan bagaimana pemimpin seharusnya.
Ia ada untuk merangkul semua, baik kawan maupun lawan. Bahu membahu membangun Indonesia dalam guyub & harmoni.
Indonesia yg tidak hanya adil, makmur & sejahtera di dalam. Tapi juga Indonesia yg dihormati & berperan dalam perdamaian dunia.
Kini berbagai keraguan terhadap Sandi, berubah menjadi keyakinan. Bersama berjuta harapan untuk masa depan.
Sandi & Prabowo adalah sebuah kata sandi untuk Indonesia yg lebih baik.
Maka, pemilu April 2019 adalah bagian dari ikhtiar yg penuh doa. Di malam yg panjang. Menunggu ufuk di timur. Menanti matahari pagi. Menyinari bumi Indonesia.