Ungkap Mark-Up, Prabowo: Jembatan Rp 100 M Dibilang Rp 200 M!
Jum'at, 12 April 2019
Faktakini.com, Jakarta - Capres Prabowo Subianto mengungkapkan entang markup atau penggelembungan nilai proyek. Dia memberi contoh soal pembangunan jembatan.
Prabowo awalnya berbicara tentang Pancasila sebagai landasan negara. Baginya, Pancasila, jika ditegakkan secara penuh, akan menjamin keberhasilan negara ini.
"Kita mau hidup damai, tapi kita mau hidup secara Pancasila, kita mau hidup dengan kehormatan, kita mau hidup dengan demokrasi, kita mau hidup dengan keadilan sosial. Hanya keadilan, demokrasi, persatuan dan tentunya ketuhanan," ujar Prabowo di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (11/4/2019).
"Hanya itu yang bisa menjamin negara kita berhasil. Kita mau menjamin dan berhasil. Kita harus hidup sebagai bangsa yang berhasil, bukan bangsa yang gagal," ujar Prabowo.
Prabowo mengatakan melihat kecenderungan demokrasi saat ini bisa diatur-atur. Dia mengatakan bangsa ini sebaiknya mengoreksi diri.
"Jadi, Saudara-saudara, kalau ada anggapan bahwa demokrasi bisa diatur-atur dan ini saya lihat ada kecenderungan di bangsa kita. Kita harus koreksi diri. Ada budaya curang di bangsa kita ini. Harus jujur. Benar tidak?" ucapnya.
Ketum Partai Gerindra itu lantas memberi contoh budaya curang tersebut. Dia berbicara tentang ujian sekolah yang kadang, menurutnya, sudah bocor soalnya.
"Bagaimana, coba kita lihat sepakbola nasional. Kita tahu sama tahu, banyak pertandingan belum mulai, kita sudah tahu golnya berapa. Betul?" sebut Prabowo.
Eks Danjen Kopassus itu meminta budaya itu dikurangi karena mendorong suasana korupsi. Di sinilah dia memberi contoh soal markup anggaran pembangunan jembatan.
"Proyek dibuat-buat, proyek di-markup, digelembungkan. Jembatan Rp 100 miliar dibilang Rp 200 miliar. Ini yang namanya perampokan. Jadi kalau saya bicara begini, terus ada yang tanya mana buktinya, buktinya ada di KPK, di BPK, di mana-mana," sebut Prabowo.
Foto: Capres Prabowo Subianto menghadiri deklarasi Aliansi Advokat Indonesia
Sumber: Detik
Faktakini.com, Jakarta - Capres Prabowo Subianto mengungkapkan entang markup atau penggelembungan nilai proyek. Dia memberi contoh soal pembangunan jembatan.
Prabowo awalnya berbicara tentang Pancasila sebagai landasan negara. Baginya, Pancasila, jika ditegakkan secara penuh, akan menjamin keberhasilan negara ini.
"Kita mau hidup damai, tapi kita mau hidup secara Pancasila, kita mau hidup dengan kehormatan, kita mau hidup dengan demokrasi, kita mau hidup dengan keadilan sosial. Hanya keadilan, demokrasi, persatuan dan tentunya ketuhanan," ujar Prabowo di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (11/4/2019).
"Hanya itu yang bisa menjamin negara kita berhasil. Kita mau menjamin dan berhasil. Kita harus hidup sebagai bangsa yang berhasil, bukan bangsa yang gagal," ujar Prabowo.
Prabowo mengatakan melihat kecenderungan demokrasi saat ini bisa diatur-atur. Dia mengatakan bangsa ini sebaiknya mengoreksi diri.
"Jadi, Saudara-saudara, kalau ada anggapan bahwa demokrasi bisa diatur-atur dan ini saya lihat ada kecenderungan di bangsa kita. Kita harus koreksi diri. Ada budaya curang di bangsa kita ini. Harus jujur. Benar tidak?" ucapnya.
Ketum Partai Gerindra itu lantas memberi contoh budaya curang tersebut. Dia berbicara tentang ujian sekolah yang kadang, menurutnya, sudah bocor soalnya.
"Bagaimana, coba kita lihat sepakbola nasional. Kita tahu sama tahu, banyak pertandingan belum mulai, kita sudah tahu golnya berapa. Betul?" sebut Prabowo.
Eks Danjen Kopassus itu meminta budaya itu dikurangi karena mendorong suasana korupsi. Di sinilah dia memberi contoh soal markup anggaran pembangunan jembatan.
"Proyek dibuat-buat, proyek di-markup, digelembungkan. Jembatan Rp 100 miliar dibilang Rp 200 miliar. Ini yang namanya perampokan. Jadi kalau saya bicara begini, terus ada yang tanya mana buktinya, buktinya ada di KPK, di BPK, di mana-mana," sebut Prabowo.
Foto: Capres Prabowo Subianto menghadiri deklarasi Aliansi Advokat Indonesia
Sumber: Detik