Farhan Tewas Tertembak Aparat Usai Aksi 22 Mei, Keluarga Korban: Tak Seharusnya Polisi Seperti Itu
Rabu, 22 Mei 2019
Faktakini.net, Jakarta - Keluarga almarhum Farhan Savero Alatas (35) sangat menyesalkan pihak aparat polisi bertindak represif dalam menghadapi massa pendemo kecurangan Pemilu di Bawaslu yang berujung rusuh sejak Selasa (21/5/2019) malam hingga Rabu (22/5/2019) dini hari
Farhan tewas diduga terkena peluru tajam oknum aparat keamanan yang bentrok dengan para perusuh.
"Saya harap polisi tidak represif hadapi massa tak seperti itu, kan kalau aman-aman saja seperti aksi 212 lalu," kata sepupuh almarhum Mahfud kepada Suara.com, di rumah duka RT 3, RW 7, Kelurahan Grogol, Kecamatan Limo, Depok, Jawa Barat.
Menurutnya, aparat keamanan tak harus menggunakan peluru tajam untuk bisa membubarkan massa aksi.
Petugas menembakkan gas air mata saat membubarkan massa yang masih bertahan di depan kantor Bawaslu di kawasan Thamrin, Jakarta, Selasa (21/5).
"Tak seharusnya polisi seperti itu, kan ada cara lain polisi hadapi massa," ucapnya sedih.
Diketahui, Farhan tewas setelah terkena tembakan peluru yang menembus bagian dada hingga ke belakang.
Diduga, aksi penembakan oleh aparat Brimob itu terjadi saat aparat keamanan memukul mundur massa aksi 22 Mei hingga ke kawasan Pasar Blok A, Tanah Abang, dini hari tadi.
Farhan sempat dilarikan ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan. Namun, nyawa korban tak tertolong dan menghembuskan napas terakhir di rumah sakit.
"Korban waktu datang belum meninggal, jadi sempat diresusitasi kemudian tidak tertolong dan kita menghubungi keluarga dan kita kirim ke [rumah sakit] Cipto sekarang," ujar Direktur Rumah Sakit Budi Kemuliaan, dr. Fahrul W Arbi.
Saat ini, kata Fahrul, jenazah Farhan berada di RS Cipto Mangunkusumo untuk keperluan autopsi guna mengetahui penyebab kematian lebih detail.
Diketahui, Fahrul menerangkan penyebab dari tewasnya Farhan karena peluru tembus hingga ke bagian paru-paru sehingga menyebabkan selaput paru robek.
Foto: Almarhum Farhan Savero korban aksi demo 22 Mei 2019 semasa hidup
Sumber: suara.com
Faktakini.net, Jakarta - Keluarga almarhum Farhan Savero Alatas (35) sangat menyesalkan pihak aparat polisi bertindak represif dalam menghadapi massa pendemo kecurangan Pemilu di Bawaslu yang berujung rusuh sejak Selasa (21/5/2019) malam hingga Rabu (22/5/2019) dini hari
Farhan tewas diduga terkena peluru tajam oknum aparat keamanan yang bentrok dengan para perusuh.
"Saya harap polisi tidak represif hadapi massa tak seperti itu, kan kalau aman-aman saja seperti aksi 212 lalu," kata sepupuh almarhum Mahfud kepada Suara.com, di rumah duka RT 3, RW 7, Kelurahan Grogol, Kecamatan Limo, Depok, Jawa Barat.
Menurutnya, aparat keamanan tak harus menggunakan peluru tajam untuk bisa membubarkan massa aksi.
Petugas menembakkan gas air mata saat membubarkan massa yang masih bertahan di depan kantor Bawaslu di kawasan Thamrin, Jakarta, Selasa (21/5).
"Tak seharusnya polisi seperti itu, kan ada cara lain polisi hadapi massa," ucapnya sedih.
Diketahui, Farhan tewas setelah terkena tembakan peluru yang menembus bagian dada hingga ke belakang.
Diduga, aksi penembakan oleh aparat Brimob itu terjadi saat aparat keamanan memukul mundur massa aksi 22 Mei hingga ke kawasan Pasar Blok A, Tanah Abang, dini hari tadi.
Farhan sempat dilarikan ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan. Namun, nyawa korban tak tertolong dan menghembuskan napas terakhir di rumah sakit.
"Korban waktu datang belum meninggal, jadi sempat diresusitasi kemudian tidak tertolong dan kita menghubungi keluarga dan kita kirim ke [rumah sakit] Cipto sekarang," ujar Direktur Rumah Sakit Budi Kemuliaan, dr. Fahrul W Arbi.
Saat ini, kata Fahrul, jenazah Farhan berada di RS Cipto Mangunkusumo untuk keperluan autopsi guna mengetahui penyebab kematian lebih detail.
Diketahui, Fahrul menerangkan penyebab dari tewasnya Farhan karena peluru tembus hingga ke bagian paru-paru sehingga menyebabkan selaput paru robek.
Foto: Almarhum Farhan Savero korban aksi demo 22 Mei 2019 semasa hidup
Sumber: suara.com