Tragis! Sudah Tak Diberi Hasil Otopsi, Keluarga Harun Diminta Tak Menuntut



Senin, 27 Mei 2019

Faktakini.net, Jakarta - Keluarga korban penembakan saat kerusuhan 22 Mei, Harun Al Rasyid (15), mengadukan masalah yang dihadapi kepada Wakil Ketua DPR Fadli Zon di DPR. Kepada politikus Gerindra itu, ayah Harun, Didin Wahyudin, menceritakan sejumlah kejanggalan.

Bermula saat sulitnya mengambil jenazah Harun untuk dibawa pulang. Saat itu, keluarga baru tahu Harun menjadi korban penembakan sehari setelah peristiwa pada Kamis (23/5). Harun memang tak izin keluarga akan melihat kerusuhan yang pecah antara polisi dan massa.

"Perih buat saya, perih sekali, ketika saya dikabarkan bahwa anak saya sudah dalam keadaan jadi jenazah di RS Polri Kramat Jati. Tadinya dikabarkan di RS Dharmais karena tidak ada identitas katanya," ucap Didi kepada Fadli Zon di gedung DPR, Jakarta, Senin (27/5).

Wakil Ketua DPR Fadli Zon menerima audiensi dari keluarga korban kerusuhan 21-22 Mei. Foto: Ricad Saka/kumparan
Di RS Polri, Didin bernegosiasi ingin mengambil jenazah anaknya pada Kamis (23/5).

Namun, ada prosedur yang harus ditempuh yaitu surat pengantar dari Polres Jakbar, yang tidak baru bisa didapat esoknya, Jumat (24/5).

"Untuk pengambilan jenazah, pagi orang tua saya ke sana. Kapolres belum datang, jadi baru bisa ditandatangani pukul 09.00 WIB, baru diantar ada dari Kapolres. Lalu sampai sana harus diautopsi dulu," terang Didi.

Namun kecurigaan muncul saat keluarga harus menandatangani berkas tidak boleh menutut atas kondisi Harun yang tewas dengan luka tembakan dan diduga dianiaya. Keluarga juga tak diberi hasil autopsi.

"Ada pernyataan keluarga korban tidak boleh menuntut siapapun, apapun. Dan keduanya untuk dilakukan autopsi, itu digabung."

Kepada adiknya yang mengambil jenazah, Didin berpesan jangan menandatangani satu berkas pun yang disodorkan RS Polri. Tapi ternyata risikonya jenazah tak bisa diambil. Didin pun menyerah.

"Dua hari dua malam anak saya di Polres Kramat Jati, sudah tanda tangan saja. Jadi memutuskan untuk tanda tangan. Tapi saat keluar dari situ, jenazah itu sudah rapi, sudah pakai kain kafan semua, jadi sudah diautopsi, tinggal disalatkan saja tinggal dimakamkan," beber Didin.

"Hasil autopsi tidak diberikan, di situ saya mempertanyakan kenapa hasil autopsi tidak diminta, apa memang tidak dikasih," Didin heran.

Sesampainya di rumah, Didin bersikeras ada yang janggal dengan kondisi jenazah anaknya. Namun, dia diminta tak melihat lagi jenazah dan langsung dimakamkan.

Jenazah harun tiba di rumah orangtuanya di Duri Kepa, Kebon Jeruk. Foto: Andesta Herli wijaya/kumparan
"Padahal saya pengin dimandikan lagi dan saya siap memandikan lagi. Tapi karena sudah terlalu sore sudah pukul 15.00 WIB sampai rumah, saya lihat wajahnya saja setelah itu dimakamkan," pungkasnya.

Cerita saksi yang juga teman seusia Harun, menceritakan Harun terkena tembakan di bahu saat kerusuhan pecah di Slipi, Jakarta Barat. Bocah kelas 2 SMP itu tumbang dan diduga dipukuli.

"Harun maju di depan, saya di belakang. Enggak terlalu mendekati Harun sih," ucap rekan Harun, Rijal kepada kumparan, usai pemakaman jenazah Harun, di TPU Kepa Duri, Jakbar, Jumat (24/5).

"Pas dia kena tembak dia sudah lemas, cuma mungkin pas jatuh itu dipukulin," imbuhnya.

Foto: Komisioner KPAI, Sitti Hikmawatti saat bertemu keluarga Harun di Duri Kepa, Kebon Jeruk.

Sumber: kumparan.com