Puluhan Ribu Warga Hong Kong Kembali Demo Anti Cina, Pertokoan Tutup Pemiliknya Ikut Demo

Jum'at, 13 Juni 2019

Faktakini.net, Jakarta - Puluhan ribu warga Hong Kong kembali melakukan aksi demo memprotes RUU ekstradisi pada Rabu (12/6) kemarin. Bahkan, untuk mendukung aksi ini, pemilik toko di Hong Kong juga rela menutup tokonya.

Salah satu pemilik Toko, Alan Li mengatakan aksi demo yang dilakukan lebih penting dibandingkan membuka usahanya di hari itu. Sebab, bila tak dilakukan dikhawatirkan pemerintah bisa merusak kebebasan dan kepercayaan pada komersial.

"Meskipun kita tidak dapat melakukan bisnis selama sehari, bagi saya tidak ada yang lebih penting daripada mempertahankan kebebasan berbicara dan kebebasan berpikir," ucap pemilik toko Alca & Co di Tsim Sha Tsui, dikutip dari Reuters, Kamis (13/6/2019).

Dari puluhan ribu demonstran, hampir 100 pemilik toko ikut turun ke jalanan. Mereka berpakaian hitam, dan mengepung badan legislatif Hong Kong.

Selain itu, di media sosial lebih dari 100 toko mengumumkan pemogokan. Adapun, bisnis yang dimaksud adalah toko ritel Gethemall, start up transportasu Call4Van, kedai kopi, toko buku, toko elektronik dan pakaian, restoran dan toko bunga.

"Ah, roh Hong Kong yang sial sedang menaikkan kepala yang jelek lagi. Menolak untuk mundur dalam menghadapi kesulitan," kata Bleak House Books dalam posting di laman Facebook yang mengumumkan aksi pemogokannya.

Tindakan yang dilakukan oleh para pengusaha dan pekerja karena RUU ekstradisi telah menyerang banyak orang. Masyarakat menjadi semakin waspada terhadap campur tangan Beijing.

Tak hanya pengusaha, pengacara, mahasiswa pun telah prihatin terhadap terkikisnya hak asasi manusia dan otonomi sistem hukumnya yang merupakan salah satu keunggulan kompetitif terpenting Hong Kong.

Li yang menjual gaun pernikahan dan pakaian resmi sejak tahun 2015 sendiri mengatakan tak pernah menutup tokonya kecuali saat Tahun Baru Imlek. Ia juga mengaku tak nyaman melibatkan bisnisnya dalam politik.

Namun, tindakan protes tetap harus dilakukan sesuai pendirian. Pasalnya hal ini juga bisa memengaruhi perekonomian di dalam negeri.

"Jika undang-undang ekstradisi disahkan, ketakutan yang kita perlu hadapi akan semakin mengerikan. Alasan mengapa begitu banyak orang berinvestasi di Hong Kong adalah karena kita diatur oleh aturan hukum dan memiliki catatan hak asasi manusia yang baik. Jika undang-undang ekstradisi berlalu, saya yakin para investor akan pergi," ungkapnya.

Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam sendiri mengatakan, pemerintahannya mengubah RUU tersebut untuk memasukkan perlindungan bagi hak asasi manusia.

Sekretaris pendidikan Konfederasi Serikat Buruh Hong Kong Stanley Ho, mengatakan serikatnya telah mendorong anggotanya yang berjumlah 190 ribu orang untuk mogok pada hari Rabu.

"RUU ekstradisi sangat berbahaya bagi orang-orang Hong Kong, terutama pekerja Hong Kong," kata Ho.

Sementara itu, Ketua Serikat Pekerja Organisasi Sosial dan Politik Hong Kong, Quentin Cheng Hin-kei mengatakan kepada Reuters beberapa anggota mereka juga mogok kerja dan serikat pekerja sedang membahas tindakan apa yang selanjutnya dilakukan.

"Bahkan jika kita menghentikan pemogokan, kita tidak bisa menghentikan amarah," kata Chen.

HSBC, Standard Chartered dan Bank of East Asia menutup beberapa cabang pusat. Beberapa bank dan perusahaan akuntansi Big Four telah sepakat untuk pengaturan kerja yang fleksibel untuk staf, media melaporkan.

Hong Kong Jockey Club, salah satu merek paling terkenal di Hong Kong juga menutup tiga cabang utamanya. Alasan untuk keselamatan karyawan.

Kekhawatiran tentang kepercayaan investor dan aktivitas perdagangan yang lambat berdampak pada pasar. Saham Hong Kong berguguran dan permintaan uang tunai melonjak, mengirim suku bunga pinjaman antar bank ke tertinggi multi-tahun.

Foto: Puluhan Ribu Massa Tumpah Ruah di Hong Kong

Sumber: detik.com

Posting Komentar untuk "Puluhan Ribu Warga Hong Kong Kembali Demo Anti Cina, Pertokoan Tutup Pemiliknya Ikut Demo"