Tamparan Maut Muslimah Jawa Untuk Propaganda Aliran "Islam Nusantara" Soal Pakaian

Jum'at, 14 Juni 2019

Faktakini.net

Dilahirkan sebagai orang Jawa dan berkecimpung dalam dunia tari Jawa, kehidupan saya lekat dengan penampilan seperti foto ini. Kebaya dan sanggul Jawa klasik. Teman-teman bahkan memiliki komentar khusus tentang saya saat berkostum seperti ini. Dan saya memang cinta penampilan seperti ini.

Kehidupan mengalir, dan saya hijrah setahun lalu.  Penampilan berkebaya dan sanggul tidak bisa saya lakukan persis seperti itu lagi. Kecintaan pada kebaya dan sanggul tidak pernah hilang. Tapi saya juga cinta penampilan yang sekarang. Cinta karena Allah. Lalu terbaca tulisan ini, yang bagi saya hanya berarti satu. Bahwa seolah berhijab itu salah dan tidak cinta budaya dan pakaian tradisional.

Teringat satu kali, seorang teman mengajak saya bicara tentang hijab. Nadanya kurang lebih sama seperti tulisan ini, berhijab berarti meninggalkan pakaian tradisional dan menjadi kearab-araban.

Saya hanya menjawab bahwa saya lebih memilih untuk menyerahkan jalan kehidupan ini mengalir apa adanya. Bahwa manusia selalu berubah. Dulunya tidak mengenal benang hingga akhirnya berpakaian. Lalu peradaban modern mengenal jeans dari dunia barat dan diterima mulus di negeri ini tanpa penolakan.

Saya menganggap jeans dan hijab adalah sama. Diterima sebagai perubahan cara berpakaian dengan motivasi masing-masing. Yang satu karena kepraktisan, satu lagi keimanan. Sama-sama menggeser pakaian adat  tradisional dalam keseharian. Lalu mengapa sikap yang ditunjukkan menjadi berbeda?

Ketika sekarang orang bicara tentang melestarikan pakaian tradisional disandingkan hijab, kemana pertanyaan ini saat sedang mengenakan kaos, kemeja dan jeans?

Ketika orang bicara tentang Islam Nusantara, lalu apa kabarnya dengan Kristen Nusantara, misalnya? Mengapa tidak ada istilah itu, sedangkan asalnya juga bukan dari Nusantara? Lalu pakaiannya harus seperti apa?

Nusantara adalah negeri yang penuh toleransi. Tepa selira. Dan toleransi ada dalam Pancasila yang digaungkan terus menerus tahun-tahun terakhir ini. Pahamkah bahwa maknanya adalah menghargai perbedaan pilihan? Jika kamu tidak ingin berhijab, itu pilihanmu. Tapi berhijab adalah pilihanku. Saya tidak mengusikmu, jangan usik aku.

Saya jadi mengeluh sendiri.
Sulit sekali sekarang ini menjadi manusia Indonesia yang ingin menjalani agamanya dengan lebih baik, tanpa harus dibicarakan cara berpakaiannya. Tanpa dipertanyakan nasionalismenya.

Posting Komentar untuk "Tamparan Maut Muslimah Jawa Untuk Propaganda Aliran "Islam Nusantara" Soal Pakaian"