Menjadikan Anak Pecinta Ilmu
Ahad, 7 Juli 2019
Faktakini.net
*MENJADIKAN ANAK PECINTA ILMU*
Oleh: Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil
Tahun ajaran baru di Pondok Pesantren telah dimulai. Para santri, baik santri baru mau pun lama, telah memasuki ruang kelas masing-masing untuk menuntut ilmu. Bagi sebagian orang tua, memasukkan anak-anak ke pesantren merupakan saat-saat yang mengharukan. Mereka harus berpisah untuk sementara waktu dari anak-anak kesayangannya.
Sebagian kalangan mengatakan, lebih baik kita menangis karena berpisah dari anak-anak yang masuk pesantren daripada menangis 15 tahun ke depan karena tersangkut urusan narkoba dan tawuran. Itulah sebabnya maka mencari ilmu di pesantren merupkan pilihan tepat di tengah arus deras kehidupan modern yang menafikan etika dan adab.
Namun tidak semua anak rela dimasukkan ke pesantren. Memang ada yang masuk pesantren karena keinginan diri sendiri. Namun tak dapat dipungkiri ada banyak anak yang seolah ‘dipaksa’ oleh orang tua sehingga kesan kurang ikhlas untuk belajar. Mereka belajar karena keterpaksaan. Lalu membuat ulah seperti minta pulang, menangis berhari-hari, atau melakukan hal-hal yang melanggar aturan pesantren dengan harapan dikeluarkan dari pesantren.
Di sinilah pentingnya mengetahui cara yang tepat agar anak ridha dan sanggup bersabar dalam mencari ilmu, khususnya di pesantren. Semoga langkah-langkah berikut bisa menjadi ilmu untuk kita amalkan.
_*Pertama*_, menyampaikan keutamaan ilmu. Setiap kebaikan termasuk thalabul ilm (mencari ilmu) pasti mengandung segudang kebaikan. Ayah dan ibu harus pandai-pandai menyampaikan dengan bahasa yang mudah mereka pahami, bagaimana keutamaan dan kedudukan penuntut ilmu. Dengan pemahaman yang baik anak akan bisa menerima alasan mengapa ia harus belajar di pesantren.
Dari sela-sela al-Quran atau Hadits tersebar keutamaan seorang pencari ilmu. Al-Qur`an banyak menyebut kata ilmu dengan berbagai bentuknya hingga 854 kali. Salah satunya firman Allah SWT dalam surah al-Mujadilah ayat 11 :
يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ
_“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”_ Atau hadits Nabi SAW yang artinya, “Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan.”
_*Kedua*_, berikan penjelasan tentang manfaat beberapa materi ilmu yang akan dipelajari di pesantren. Contohnya, mempelajari bahasa Arab dan bahasa Inggris akan memudahkan mereka dalam berkomunikasi lintas batas. Bahkan di dalam mempelajari bahasa Arab akan memudahkan dalam memahami al-Quran yang merupakan sumber utama ajaran Islam. Jika suatu saat anak kita ditakdirkan berangkat ke Tanah Suci, tentu pelajaran bahasa Arab selama di pesantren sangat berdampak positif dalam membangun kominikasi dengan penduduk setempat.
_*Ketiga*_, jadilah teladan sebagai pecinta ilmu. Anak-anak kita sangat mudah terpengaruh oleh hal-hal yang mereka dengar dan saksikan. Beruntung jika mereka melihat teladan pada diri orang tuanya yang mencintai ilmu. Misalnya, orang tua senang mengadiri majlis ilmu dengan mengajak anak-anak. Pengalaman ini akan membekas dan menjadi kenangan yang selalu diingat sepanjang hayatnya.
_*Keempat*_, memilihkan guru yang shalih. Tidak ada pesantren yang bertujuan mencelakakan para santrinya. Setiap pengasuh pesantren tentu mendirikan pesantren dengan tujuan yang mulia. Salah satu buktinya, memilih guru-guru terbaik untuk mentransfer ilmu kepada para santri. Sebab, guru adalah sumber ilmu sekaligus sosok yang akan menjadi panutan anak yang akan membekas dalam jiwa serta pikiran mereka. Ibnu Sina dalam kitabnya, _as-Siyaasah,_ mengatakan, _“Seyogyanya seorang anak itu dididik oleh seorang guru yang mempunyai kecerdasan dan agama, piawai dalam membina akhlak, cakap dalam mengatur anak, jauh dari sifat ringan tangan dan dengki, serta tidak kasar di hadapan muridnya.”_
_*Kelima*_, berhati-hati memilih sebuah lembaga pendidikan. Lihat dan cek baik-baik track record sebuah lembaga pendidikan, anak didiknya dan alumni yang telah belajar di dalamnya. Hindari memilih lembaga pendidikan yang peserta didiknya punya masa lalu kelam seperti terlibat narkoba, tawuran, minum minuman keras, pelecehan seksual dan sebagainya. Kita memerlukan sebuah lembaga pendidikan yang tidak sekadar memberikan ilmu sebagai bekal kecerdasan intelektual. Lebih dari itu, kita membutuhkan lembaga pendidkan yang mengajarkan akhlak, mengokohkan akidah, dan memperindah ibadah. Itulah lembaga pendidikan yang memberikan kebahagiaan dan keriangan, bukan sebagai tempat yang menyeramkan dan menakutkan.
_*Keenam*_, agar anak ridha dan sabar dalam mencari ilmu, tanamkan di dalam jiwa mereka sikap _ta`dzim_ (memuliakan) ulama. Di pesantren selalu diajarkan bagaimana bergaul dengan orang tua, guru dan sesamanya. Dalamm hal ini, ulama adalah pengasuh dan guru-guru di pesantren yang mutlak harus selalu disampaikan kepada para santri. Diriwayatkan bahwa Luqman berkata kepada putranya,
عليك بمجالسة العلماء، واسمع كلام الحكماء فإن الله لَيُحي القلب الميت بنور الحكمة كما يحيى الأرض الميتة بوابل المطر
_“Wahai anakku, engkau harus duduk dekat dengan ulama. Dengarkanlah perkataan ahli hikmah, karena sesungguhnya Allah menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah, sebagaimana Dia menghidupkan bumi yang mati dengan hujan deras.”_ (HR. at-Thabrani)
Seorang santri atau murid tentunya perlu menghiasi diri dengan adab yang baik, khususnya di hadapan gurunya. Imam Nawawi, _Rahimahullah_, punya kebiasan unik yang layak untuk ditiru dalam berakhlak kepada guru kita. Pengarang puluhan bahkan ratusan judul kitab ini, salah satunya kitab _Riyadhus Shalihin,_ setiap kali hendak menghadiri majelis ilmu, beliau menyiapkan uang untuk disedekahkan kepada orang-orang yang ditemuinya di jalan. Usai bersedekah, beliau berdoa dengan doa ini : _“Ya Allah, tutupilah keaiban guruku dari diriku sehingga mataku tidak sampai melihat kekurangannya dan tidak ada seorang pun yang mengabarkannya kepadaku.”_
Sikap Imam Nawawi perlu terus dipanggungkan dalam aktifitas belajar-mengajar yang kita laksanakan. Baik sebagai santri atau guru haruslah berperilaku yang santun dan sopan, memenuhi adab dan etika. Ilmu bukan sekadar teori di dalam buku. Tidak juga hanya dalam bentuk datang ke kelas lalu pulang. Dibutuhkan keberkahan agar menjadi ilmu yang bermanfaat, berguna bagi Islam dan Umat Islam.
*_Ketujuh_* , selalu memberi motivasi dan sabar dalam menjawab pertanyaan anak. Tak kalah penting adalah merespon setiap pertanyaan anak. Di mana pun juga, anak senang bertanya, bahkan seringkali tidak puas dengan jawaban yang diberikan. Jika orang tua serius dalam menjawab semua pertanyaan anak, maka anak akan makin cinta ilmu pengetahuan, serta ridha dan sabar dalam menuntut ilmu. Berikan jawaban atas pertanyaan terkait dunia pesantren sejujur-jujurnya. Jangan ada yang ditutupi demi melegakan anak. Berikan gambaran yang utuh seperti apa kehidupan di pesantren yang penuh kesahajaan dalam berbagai aspek, mulai dari makan, tempat tidur, dan lain-lain. Beri dorongan semangat dengan menunjukkan profil para tokoh nasional jebolan pesantren yang mewarnai kehidupan umat dan bangsa.
(Tulisan ini telah dimuat di Majalah Cahaya Nabawiy Edisi No. 183 Dzul Qa'dah 1440 H / Juli 2019 M, Rubrik Manhajul Islam, hal. 12-25)