Tegas! Dewan Pembina: Gerindra Harus Tetap Oposisi! Gabung Ke Jokowi Itu Gali Kuburan Sendiri
Kamis, 4 Juli 2019
Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Mulyadi, berharap agar partai yang dipimpin Prabowo Subianto tetap menjadi oposisi. Bergabung dengan pemerintah Joko Widodo sama saja mengubur masa depan Partai Gerindra.
Dengan bergabung ke pemerintah, maka akan membuat pendukung Prabowo-Sandi kecewa. Hilangnya kepercayaan para pendukung militan Prabowo dan Sandi, juga Partai Gerindra, tentu akan menjadi keuntungan bagi lawan politik pada 2024.
"Keinginan koalisi pendukung pemerintah untuk mengajak bergabung, buat saya adalah strategi untuk mengubur masa depan Partai Gerindra di tahun 2024, karena hilangnya kepercayaan pendukung militan Pak Prabowo, Pak Sandi dan Partai Gerindra," kata Mulyadi kepada VIVA, Kamis, 4 Juli 2019.
Mulyadi mengatakan, upaya rekonsiliasi untuk kepentingan bangsa adalah sesuatu yang sangat penting. Tetapi tidak dengan cara rekonsiliasi yang hanya menjadi bungkus untuk mendapatkan legitimasi 02 dan pendukungnya.
"Jadi jangan beralasan konyol dengan dalih untuk menyelamatkan pendukung 02 yang masih dianggap bermasalah dengan proses hukum, kemudian ada elite yang getol berupaya menggiring Gerindra masuk koalisi pendukung pemerintah. Tapi tidak sadar elite tersebut sedang menggali kuburan untuk masa depan partai dan aset kader yang punya potensi untuk memiliki peranan penting di negeri ini," kata Mulyadi. (ase)
Mulyadi, melihat situasi koalisi dan oposisi yang saat ini sedang dibangun dalam perpolitikan nasional harus diperankan oleh partainya. Dengan melihat perjuangan para pendukung, menurut dia, partai yang dinaungi Prabowo Subianto itu sangat penting dan strategis untuk tetap menjadi oposisi.
"Bagi saya sangat penting dan strategis. Partai Gerindra bukan saja untuk perjuangan elite dalam memberikan kontribusi untuk bangsa, tapi partai ini menjadi harapan dan tempat perjuangan menyampaikan aspirasi pendukung Pak Prabowo dan Pak Sandi," kata Mulyadi kepada VIVA, di Bogor 4 Juli 2019.
Mulyadi menilai, para pendukung sudah memberikan pengorbanan yang tidak kecil. Mereka berkorban dari mulai materi, tenaga bahkan nyawa. Dan elite Gerindra harus menjaga dan menghormati itu.
Proses bernegara harus berjalan dengan mekanisme yang sehat. Oposisi berperan dalam check and balance dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara agar sesuai konstitusi.
Oleh karenanya, kata Mulyadi, Partai Gerindra harus mengambil peranan itu sebagai bagian pengabdian dengan cara mengawal proses bernegara.
Sesuai konstitusi, periode penyelenggaraan bernegara berjalan dalam siklus lima tahunan. Lanjut Mulyadi, maka Gerindra, harus menyelamatkan masa depan partai dengan menghormati perjuangan pendukung militan Prabowo dan Sandi dengan istiqomah berjuang dalam formasi oposisi.
"Jangan pernah mau hanya dibarter dengan posisi jabatan, tapi menghancurkan masa depan," katanya.
Foto: Mulyadi
Sunber: viva.co.id
Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Mulyadi, berharap agar partai yang dipimpin Prabowo Subianto tetap menjadi oposisi. Bergabung dengan pemerintah Joko Widodo sama saja mengubur masa depan Partai Gerindra.
Dengan bergabung ke pemerintah, maka akan membuat pendukung Prabowo-Sandi kecewa. Hilangnya kepercayaan para pendukung militan Prabowo dan Sandi, juga Partai Gerindra, tentu akan menjadi keuntungan bagi lawan politik pada 2024.
"Keinginan koalisi pendukung pemerintah untuk mengajak bergabung, buat saya adalah strategi untuk mengubur masa depan Partai Gerindra di tahun 2024, karena hilangnya kepercayaan pendukung militan Pak Prabowo, Pak Sandi dan Partai Gerindra," kata Mulyadi kepada VIVA, Kamis, 4 Juli 2019.
Mulyadi mengatakan, upaya rekonsiliasi untuk kepentingan bangsa adalah sesuatu yang sangat penting. Tetapi tidak dengan cara rekonsiliasi yang hanya menjadi bungkus untuk mendapatkan legitimasi 02 dan pendukungnya.
"Jadi jangan beralasan konyol dengan dalih untuk menyelamatkan pendukung 02 yang masih dianggap bermasalah dengan proses hukum, kemudian ada elite yang getol berupaya menggiring Gerindra masuk koalisi pendukung pemerintah. Tapi tidak sadar elite tersebut sedang menggali kuburan untuk masa depan partai dan aset kader yang punya potensi untuk memiliki peranan penting di negeri ini," kata Mulyadi. (ase)
Mulyadi, melihat situasi koalisi dan oposisi yang saat ini sedang dibangun dalam perpolitikan nasional harus diperankan oleh partainya. Dengan melihat perjuangan para pendukung, menurut dia, partai yang dinaungi Prabowo Subianto itu sangat penting dan strategis untuk tetap menjadi oposisi.
"Bagi saya sangat penting dan strategis. Partai Gerindra bukan saja untuk perjuangan elite dalam memberikan kontribusi untuk bangsa, tapi partai ini menjadi harapan dan tempat perjuangan menyampaikan aspirasi pendukung Pak Prabowo dan Pak Sandi," kata Mulyadi kepada VIVA, di Bogor 4 Juli 2019.
Mulyadi menilai, para pendukung sudah memberikan pengorbanan yang tidak kecil. Mereka berkorban dari mulai materi, tenaga bahkan nyawa. Dan elite Gerindra harus menjaga dan menghormati itu.
Proses bernegara harus berjalan dengan mekanisme yang sehat. Oposisi berperan dalam check and balance dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara agar sesuai konstitusi.
Oleh karenanya, kata Mulyadi, Partai Gerindra harus mengambil peranan itu sebagai bagian pengabdian dengan cara mengawal proses bernegara.
Sesuai konstitusi, periode penyelenggaraan bernegara berjalan dalam siklus lima tahunan. Lanjut Mulyadi, maka Gerindra, harus menyelamatkan masa depan partai dengan menghormati perjuangan pendukung militan Prabowo dan Sandi dengan istiqomah berjuang dalam formasi oposisi.
"Jangan pernah mau hanya dibarter dengan posisi jabatan, tapi menghancurkan masa depan," katanya.
Foto: Mulyadi
Sunber: viva.co.id