Tegas! KH Awit Mashuri: FPI Itu Punya Standar Operasi, Bukan Preman!


Kamis, 4 Juli 2019

Faktakini.net, Jakarta - Sebuah papan pemberitahuan bergambar segitiga hijau dengan tulisan Front Pembela Islam yang terpampang menegaskan
bahwa gang itu merupakan jalan menuju kediaman seorang anggota ormas
yang terkenal keras dalam aksinya. Tawa riang anak-anak bermain

mewarnai sempitnya gang itu. Beberapa lelaki bergamis putih berwajah sangar berbincang di sebuah sudut mushalla kecil di pemukiman padat itu.
Di depan sebuah rumah yang berukuran kecil itu, terucaplah salam dari
lisan yang gemetar di siang itu. Waalaikumsalam warahmatullahi

wabarakatuh, seorang lelaki membalas salam dari dalam rumah sambil
membuka pintu. Sosok pria kekar berkaos oblong dan bersarung hijau
kotak-kotak kemudian muncul dari balik pintu. Wajahnya angker, namun jabat tangan penuh persahabatan melunturkan kesan angker Bapak tiga anak ini.

Susah ya cari tempat ane? kata pria kekar yang bernama lengkap Awit Mashuri.
Dia adalah salah satu tokoh berpengaruh di FPI. Sepak terjang lelaki jebolan Pondok Pesantren Salafiyah Nurul Huda Pemalang ini

dimulai sejak tahun 2002 dan langsung menjadi Ketua DPC ( Dewan Perwakilan Cabang) FPI dari wilayah Pademangan. Satu tahun kemudan diangkat menjadi Juru Bicara Laskar FPI (2003-2006).

Di akhir tahun 2006 hingga 2007 karirnya menanjak menjadi Sekretaris Daerah di DPD( Dewan Perwakilan Daerah ) FPI Jakarta. Musyawarah Nasional FPI di tahun 2008 mengukuhkan beliau sebagai wakil sekretaris Jendral DPP (Dewan Perwakilan Pusat) FPI hingga sekarang. (Ini adalah wawancara beberapa tahun lalu yaitu 2013, saat ini Ustadz Awit adalah salah satu Ketua Bidang di DPP FPI)

Suara lantang penuh semangat ustad Awit Mashuri bergema di rumah
sederhana itu. Percakapan serius yang diselingi guyonan menjadi semakin
hangat dan akrab ketika sang ustadz bicara dengan dialeg betawi yang kental.

Beliau semakin tertawa ketika dimintai keterangan mengenai
kekerasan yang terkait langsung dengan organisasi yang telah digandrunginya selama kurang lebih 15 tahun. Ana rasa ini tidak akan terjadi.

Permasalahanya adalah ketika pelaku maksiat ini kadang memancing kita,misalnya malah menggunakan jasa preman untuk mencegat
kami,nah ini yang tidak diliput oleh Media ungkap ustad Awit.

Peran media yang kurang proporsional dalam menyajikan berita menjadi sorotan utama beliau.

Banyaknya hambatan dalam menegakkan amar maruf nahi munkar di Indonesia ini diakui oleh beliau. Diperlukan langkah tegas
dan konkrit dalam mengupayakan hal
tersebut.

Ada ikan dalam sebuah baskom, kita mau ambil ini ikan,nah kita menghindari air di dalam baskom ini keruh agar kita bisa ambil ikan tersebut, namun ikan ini susah ditangkap dan gesit. Malahan menggigit atau bahasa betawinya
nyatok mau ga mau ya kita tumpahin
sama baskom-baskomnya.

Analogi ustadz Awit dalam memaknai sebuah
ketegasan dalam upaya mengembalikan Indonesia yang bersih dari kemaksiatan dan
kemungkaran.

Beliau mengerutkan kening dan menaikkan nada bicara ketika disinggung
mengenai premanisme di tubuh FPI. Masa kita ahli ibadah dibilang preman,
ngasal itu orang ngomong. Ungkap Ustadz Awit berapi-
api. Namun beliau mengakui bahwa kebanyakan anggota dan simpatisan adalah orang orang kalangan menengah ke bawah.

Orang yang ikut dalam organisasi ini adalah orang orang yang
mempunyai ruh yang ingin membrantas kazhaliman, dan yang biasa merasakan hal tersebut adalah orang orang yang kalangan bawah dengan pendidikan yang (kurang),j/  jelas ustadz yang sangat ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan yang sempat terputus.

Walaupun dengan komposisi anggota seperti itu, bukan berarti FPI menjadi
suatu organisasi yang tidak jelas. Dijelaskan bahwa organisasi yang diketuai oleh H.Habib Rizieq ini memiliki AD/ART bahkan mempunyai SOP dalam pelaksanaan aksi.

Dalam melakukan aksi kita akan melayangkan surat
terlebih dahulu kee RT,RW,Pejabat Kelurahan,
Kepolisian,bahkan sampai ke presiden Kata ustadz Awith. Beliau juga menambahkan bahwa ada beberapa aksi yang prosedurnya
sampai tiga tahun.

Lelaki asli Pademangan ini juga menjelaskan keterkaitan langsung dirinya dalam upaya pemboikotan FPI di Kalimantan Tengah. Kami tidak pernah memasksakan FPI di wilayah itu, tapi ada beberapa kalangan yang malahan meminta kami. Beber Ustads Awit ketika
disinggung tentang kerusuhan di Tjilik Riwut Palangkaraya.

Dengan penuh bijak beliau menambahkan Mungkin mereka disana belum mengetahui arti
pentingnya dakwahd alam Islam, ya tidak bisa kita paksakan.

Sekali lagi beliau menyayangkan peran media yang terkesan membuat FPI terpojok dalam kasus ini.

Dari percakapan yang panjang itu ustad awit menegaskan agar umat Islam semua bisa berpikir bijak sehingga tidak mudah menjudge sesuatu. Perlunya memperluas cara pandang dalam menyikapi permasalahan
yang terjadi sangat membantu kita untuk berpikir bijak. Kita mesti
luaskan dulu pandangan kita terhadap kekerasan ini.tegas ustad Awit.

Mengajak orang menuju kebaikan dan
kebajikan dengan kekerasan tentunya salah. Namun pembiaran kemungkaran dan kemaksiatan jauh lebih salah.

Foto: KH Awit Mashuri

Sumber: Mujahidekonom