Waspada Framing Jahat "Muslim Arab Adakan Lomba Balap Anjing", Ternyata Mereka Nasrani
Kamis, 11 Juli 2019
Faktakini.net, Jakarta - Ini adalah anjing ras Saluki yang biasa dilombakan di UAE, terutama di Abu Dhabi.Di UAE itu ada Qatar, Oman, Mesir dan Kuwait. Di sana juga banyak Nasrani, Yahudi dan Koptik.
Jadi yang sering mengadakan perlombaan anjing itu kebanyakan adalah kaum Nasrani.
Lomba Anjing, Arab dan Islam
Tidak sedikit non-Muslim yang memendam stereotype keliru soal Islam. Mereka mempersepsikan bahwa Islam itu persis sama dengan Arab, atau Arab itu persis sama dengan Islam. Padahal ini 2 entitas yang tidak identik: Islam itu Islam, dan Arab itu Arab. Anda bisa Islam tapi bukan Arab. Penduduk muslim terbesar di dunia ini justeru bukan Arab, tetapi Indonesia dan India. Atau sebaliknya, anda boleh jadi Arab tapi belum tentu Islam, dan belum tentu ISLAMI. Di Libanon, Mesir dan Palestina misalnya, ada juga Arab Nasrani. Tidak sedikit juga orang Arab yang Islam tapi tidak Islami dan masih berperilaku jahiliyah.
Memang baginda Rasulullah SAW bersukubangsa Arab. Memang kitab suci Alquranul Karim dan hadist itu berbahasa Arab. Namun, beliau SAW diutus sama sekali bukan eksklusif untuk bangsa Arab saja, melainkan untuk seluruh umat manusia, menembus sekat-sekat identitas ras, suku bangsa, warna kulit, jenis kelamin, ruang dan waktu.
Lebih dari itu, dalam ajaran Islam tidak ada perbedaan status antara orang Arab Islam dengan orang non-Arab Islam. Orang Islam yang paling mulia di sisi Allah -menurut Alquran- adalah orang yang paling taqwa. Ini terlepas dari asal-usul kelompok sosial, status sosial, jabatan, harta, dan identitas sosial lainnya. Taqwa itu definisi sederhananya adalah melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Banyak orang yang tidak mengerti atau yang pura-pura tidak mengerti Islam secara tidak sengaja atau bahkan secara sengaja menghubung-hubungkan perilaku buruk segelintir orang Arab dengan Islam. Peristiwanya diblow-up, dishare lewat medsos nyaris setiap hari. Sedihnya, mereka mempraktikkan apa yang disebut 'selective attention'. Perhatian mereka hanya dicurahkan pada hal-hal negatif yang sedikit. Sementara hal-hal positif yang jumlahnya sebenarnya sangat melimpah yang dilakukan orang Arab luput dari perhatian mereka.
Mereka lupa bahwa hal yang persis sama juga terjadi pada diri mereka, pada kelompok mereka, pada kaum mereka. Lihatlah kelakuan negatif orang-orang Barat. Untuk menyebut beberapa misalnya, menjajah negara lain, menyerang negara lain semau-maunya, kawin sesama jenis dan disyahkan oleh negara, menkonsumsi miras, mempraktekkan samen leven, dan masih banyak lagi. Saya yakin perilaku itu pasti tidak Kristiani meskipun mereka itu mengaku-ngaku Kristen. Dan menurut saya, adalah keliru jika kita mengatribusi kelakuan mereka yang buruk itu pada agama mereka.
Fenomena yang sama juga terjadi pada agama-agama lain. Selalu ada penganut agama yang kelakuannya tidak sesuai dengan ajaran agamanya. Yang salah itu bukan agamanya, tapi orangnya. Ada das sollen (yang seharusnya), ada das sein (yang terjadi atau realitasnya). Ini 2 hal yang berbeda, dan ada jarak antara keduanya. Celakanya, ketika das sein berbeda dengan das sollen itu, kita seringkali cenderung menyalahkan dan menjelek-jelekkan das sollen.
Minggu ini di medsos ramai soal lomba anjing cantik di Abu Dhabi. Peristiwa sepele itu digunakan untuk menjelek-jelekkan Arab, menyerang MUI, dan lain-lain. Banyak konflik antar agama itu justeru dipicu oleh perilaku seperti ini. Perilaku orang yang mengaku-ngaku beragama tetapi sebenarnya mereka tidak mendalami atau menjalankan agama mereka dengan baik.
Jika ingin hidup berdampingan secara damai dan konstruktif, kita harus mulai coba memahami nilai-nilai orang lain, termasuk ajaran agamanya. Setelah kita memahaminya, kita harus berlapang dada untuk bertoleransi: lakum diinukum waliadiin. Cobalah untuk sekali-kali menggeser paradigma dari judgment dan stereotype menuju curiosity (rasa ingin tahu) tentang keyakinan orang lain yang berbeda. Lakukan tulus dengan tujuan semata-mata untuk belajar dan memahami orang lain. Cobalah, dan lihat apa yang terjadi!
Selamat berlibur panjang. Semoga kesalamatan, kedamaian dan kebahagiaan tercurahkan untuk kita semua.