Dahsyat! Ustadz Yahya Waloni Mantan Pendeta: Para Pendeta Jangan Tantang UAS, Tantang Saya!
Jum'at, 23 Agustus 2019
Faktakini.net, Jakarta - Usai Da'i kecintaan umat Islam Ustadz Abdul Somad (UAS) dipolisikan dan dikriminalisasi oleh Brigade Meo NTT dan beberapa pihak lainnya soal ceramah tentang patung dan salib, bagai membangunkan macan tidur para Ulama, Habaib dan Umat serentak membela UAS.
Padahal itu adalah ceramah UAS untuk internal umat Islam, yang dilakukan di dalam Masjid di tengah-tengah umat Islam, dan referensi pun dari Kitab Sucinya dan Hadits umat Islam, jadi bukan untuk konsumsi orang kafir.
Termasuk Ustadz Yahya Waloni yang merupakan mantan Pendeta. Beredar video berisi ucapan tegas beliau untuk membela UAS.
Dalam video yang beredar, Ustadz Yahya minta para Pendeta jangan menyerang UAS, tapi serang dirinya saja dan atau adakan debat Pendeta dan Ustadz oleh Dewan Gereja Indonesia dan MUI di tvOne, ia siap hadir.
Ustadz Yahya melontarkan tantangannya, "Jadi ini Pendeta-pendeta ini salah kalau serang Ustadz Abdul Somad, serang saya!".
Ustadz Yahya kemudian menunjukkan bukti dokumen saat ia masih Kristen dan mengangkat para Pendeta. Beliau menyebut kaum kafir mulai berani menyerang UAS, padahal mereka minoritas.
"Menyerang UAS sama saja dengan membangunkan harimau yang sedang tidur", tegas Ustadz Yahya Waloni.
"Jangan tantang UAS, tantang Yahya Waloni yang berkoar-koar di Youtube, kenapa antum tidak tantang? !", ujar mantan Pendeta yang banyak membongkar kekeliruan Bibel ini.
Dalam video itu terungkap Ustadz Yahya Waloni sudah mengislamkan 73 orang kafir di Jabodetabek, masya Allah..
Ustadz Yahya kemudian menunjukkan bukti buku-buku penghancuran agama Islam, bukan lagi penistaan, terhadap agama Islam yang dilakukan oleh oknum umat Kristen.
"Banyak orang Islam yang munafik yang suka menjilat kotoran kafir", ujar beliau.
Beliaun pun mencurigai kasus UAS ini politis.
Ustadz Yahya Waloni adalah seorang mantan pendeta dan pernah menjabat Rektor UKI Papua.
Yahya bersama istrinya memeluk Islam secara sah pada hari Rabu, 11 Oktober 2006 pukul 12.00 Wita melalui tuntunan sekretaris Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Tolitoli, Komarudin Sofa.
Setelah memeluk Islam, nama Yahya Yopie Waloni diganti dengan Muhammad Yahya dan nama istrinya Lusiana diganti dengan Mutmainnah.
Begitupun ketiga anaknya. Putri tertuanya Silvana diganti dengan nama Nur Hidayah, Sarah menjadi Siti Sarah, dan putra bungsunya Zakaria tetap menggunakan nama itu.
Seperti dikutip dari laman Izzatalislam, Yahya Waloni pernah menjabat Ketua Sekolah Tinggi Theologia Calvinis di Sorong tahun 2000-2004.
Saat itu juga ia sebagai pendeta dengan status sebagai pelayan umum dan terdaftar pada Badan Pengelola Am Sinode GKI di Tanah Papua, Wilayah VI Sorong-Kaimana.
Ia menetap di Sorong sejak tahun 1997 dan pindah ke Balikpapan pada tahun 2004 dan menjadi dosen di Universitas Balikpapan (Uniba) sampai tahun 2006.
Yahya menginjakkan kaki di kota Cengkeh, Tolitoli, tanggal 16 Agustus 2006.
Hari pertama Yahya pindah di Jalan Bangau itu, orang-orang berdatangan sambil membawa sumbangan. Ada yang menyumbang belanga, kompor, kasur, televisi, Alquran, gorden, dan kursi.
Mereka bersimpati karena Yahya Waloni sekeluarga saat pindah dari tempat tinggal pertamanya hanya pakaian di badan.
Rumah yang mereka tempati sebelumnya di Tanah Abang, Kelurahan Panasakan adalah fasilitas yang diperoleh atas bantuan gereja.
Sehingga, barang yang bukan miliknya ia tanggalkan semuanya.
Penataan interior rumah kos Yahya tampak apik. Di dinding ruang tamu tampak terpampang kaligrafi Ayat Kursi yang dibingkai dengan warna keemasan.
Di sisi lain, kaligrafi Allah-Muhammad juga terpampang. Di meja ruang tamu terdapat dua buah Alquran lengkap terjemahannya.
Di tengah meja itu, juga masih ada tiga toples kue lebaran.
“Rumah ini saya kontrak sementara. Saya sudah bayar Rp2,5 juta,” rinci Yahya Waloni.
Pria kelahiran Manado tahun 1970 ini mengaku sudah bisa melafalkan beberapa ayat setelah beberapa kali diajarkan mengaji oleh Komarudin Sofa.
Sumber: pojoksatu.id dll
Berikut ini cuplikan video Ustadz Yahya Waloni tersebut: