Pekikan Takbir 'Allahu Akbar' Bung Tomo Bangkitkan Semangat Jihad Rakyat Indonesia Melawan Penjajah





Sabtu, 17 Agustus 2019

Faktakini.net, Jakarta - Umat Islam lewat ulama dan tokoh-tokoh muslimnya memiliki andil yang besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Pekikan Takbir 'Allahu Akbar' Bung Tomo dalam setiap pidatonya benar-benar membakar semangat perjuangan arek-arek Surabaya.

Bung Tomo adalah salah satu aktor pengobar semangat Jihad para pejuang dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya kala itu.

Pemuda bernama asli Sutomo ini sukses membakar semangat rakyat Surabaya untuk melawan tentara Inggris dan NICA-Belanda, yang ingin kembali menduduki Tanah Air setelah kekalahan Jepang.

Bung Tomo yang lahir di Surabaya 3 Oktober 1920 ini memang dikenal jago orasi. Dan itu telah dia buktikan. Melalui kanal Radio Republik Indonesia (RRI) dia dorong gelora perlawanan pejuang di Surabaya. Allahu Akbar! Merdeka! Itulah pekik keramat yang disisipkan Bung Tomo dalam pidatonya.

Seruan Bung Tomo tersebut menjadi pengobar semangat jihad bagi kaum Muslimin di Surabaya dan sekitarnya untuk bahu-membahu menghadapi musuh bangsa.

Berikut pidato Bung Tomo yang legendaris itu dan tetap dikenang hingga kini :

Bismillahirrohmanirrohim..

Merdeka!!!

Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya.

Kita semuanya telah mengetahui.

Bahwa hari ini tentara Inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua.

Kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan,

menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara Jepang.

Mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan.

Mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera putih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka

Saudara-saudara.

Di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau kita sekalian telah menunjukkan bahwa rakyat Indonesia di Surabaya.

Pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku,

Pemuda-pemuda yang berawal dari Sulawesi,

Pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali,

Pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan,

Pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera,

Pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini.

Di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing.

Dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung.

Telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol.

Telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana.

Hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu saudara-saudara.

Dengan mendatangkan Presiden dan pemimpin-pemimpin lainnya ke Surabaya ini. Maka kita ini tunduk untuk memberhentikan pertempuran.

Tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri.

Dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya.

Saudara-saudara kita semuanya.

Kita bangsa indonesia yang ada di Surabaya ini akan menerima tantangan tentara Inggris itu,

dan kalau pimpinan tentara inggris yang ada di Surabaya.

Ingin mendengarkan jawaban rakyat Indonesia.

Ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini.

Dengarkanlah ini tentara Inggris.

Ini jawaban kita.

Ini jawaban rakyat Surabaya.

Ini jawaban pemuda Indonesia kepada kau sekalian.

Hai tentara Inggris!

Kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu.

Kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu.

Kau menyuruh kita membawa senjata2 yang telah kita rampas dari tentara Jepang untuk diserahkan kepadamu

Tuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada tetapi inilah jawaban kita:

Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah

Yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih

Maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga

Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah keadaan genting!

Tetapi saya peringatkan sekali lagi.

Jangan mulai menembak,

Baru kalau kita ditembak,

Maka kita akan ganti menyerang mereka itukita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka.

Dan untuk kita saudara-saudara.

Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka.

Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!

Dan kita yakin saudara-saudara.

Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita,

Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.

Percayalah saudara-saudara.

Tuhan akan melindungi kita sekalian.

Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!

Merdeka!!!

Takbir bung Tomo dalam pidato-pidatonya melalui siaran radio juga membuat hati non-Muslim bergetar dan turut berjuang.

Tulisannya dalam buku Menembus Kabut Gelap, Bung Tomo mengatakan pada pengumuman Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) pertama kali -setelah bisa mengudara pada 13 Oktober- menjadi moment pertama kali baginya mengumandangkan takbir.

“Sebab kekuatan siapa lagi yang akan kita andalkan, sedangkan senjata tidak lengkap. Lawan kita pasukan Inggris sudah siap siaga memusatkan panser-panser dan kapal-kapal perangnya. Kecuali semangat patriotism, saya kira tidak lain kekuatan kita hanya perlindungan Allah. Perlindungan Allah itu hanya bisa terjadi kalau kita menyadari bahwa Allah itu Mahakuasa. Untuk menunjukan Allah itu Mahakuasa saya kira perlu diresapkan makna ucapan yang selalu menggetarkan jiwa manusia, baik pada waktu perang maupun waktu mendengar seruan azan, Allahu Akbar,” tulis Bung Tomo.

Siapa sangka, pidato-pidato Bung Tomo yang selalu dipungkas dengan pekikan takbir itu menarik perhatian seorang pemuda Maluku yang juga berprofesi sebagai dokter. Siwabessy namanya. Dalam sebuah acara, Siwbessy secara terang menyampaikan kepada Bung Tomo bahwa pekikan takbir tersebut telah menggerakan jiwanya.

Siwabessy pun heran, terlebih ia seorang non-Muslim. Hal itu pun disampaikan Siwabessy kepada Bung Tomo. Siwabessy mengaku takbir yang dikumandangkan Bung Tomo seolah membuatnya melupakan segalanya dan mendorongnya untuk ikut dalam perjuangan bersama Bung Tomo.

“Saya katakan kepada Pak Siwabessy, karena Anda mengetahui apa artinya Allahu Akbar (Allah Mahabesar) itu, maka Anda telah meninggalkan segalanya pergi berjuang,” tulis Bung Tomo.

Sumber: Republika Dll