Inilah Dakwah Ustadz Abdul Latief Yelipele, Dai Enam Kampung Di Lembah Baliem Papua, Masya Allah


Senin, 16 September 2019

Faktakini.net, Jakarta - Waktu dhuhur sudah menjelang, namun Ustadz Abdul Latief Yelipele (39) masih terjebak dalam angkutan desa yang ditumpanginya. Padahal, ia musti segera tiba di tujuan untuk memimpin sholat Jumát.

Mobil tua itu termehek-mehek mendaki jalanan terjal menuju Kampung Air Garam, hingga akhirnya kehabisan nafas. Macet di tengah jalan.

Ustadz Latief memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan ojek, melalui jalan pintas menerobos kebun. ”Tiba di Air Garam sudah pukul satu siang lewat. Alhamdulillah, jamaah masih mau menunggu kedatangan saya untuk Jumatan. Semoga Allah memaafkan kondisi kami,” tutur da’i Dewan Dakwah itu saat bersilaturahim ke Kantor LAZIS Dewan Da’wah Rabu (8/7) siang.

Medan dakwah Abdul Latief adalah Desa Walessi yang terhampar di Pegunungan Tengah Papua, di Distrik Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Walessi dikenal sebagai “Perkampungan Muslim Tertinggi di Dunia” berada pada ketinggian 3.000 di atas permukaan air laut dengan suhu rata-rata 14 – 26 Derajat Celcius.

Desa ini menjadi pusat pengembangan dan dakwah Islam. Di sini terdapat Islamic Center, Madrasah Merasugun Asso, Masjid Al-Aqsa, dan pondok untuk anak-anak muslim Papua, khususnya yang berasal dari Lembah Baliem.

”Saat ini ummat Islam di Lembah Baliem Jayawijaya sekitar 8.000-an orang dengan jumlah rumah ibadah 13 buah,” papar Abdul Latief yang muslim sejak lahir dari ibu muslimah dan bapak paganis. Kini ayahnya sudah memeluk Islam.

Sejarah Islam di Walessi dimulai ketika pada 1974 Kepala Suku Perang Aipon Asso memeluk Islam. Aipon yang waktu itu sudah berusia 70 tahun menjadi kepala suku yang sangat disegani di seluruh Lembah Baliem. Wilayah kekuasaannya membentang hampir 2/3 cekungan mangkuk Lembah Baliem. Tak heran bila keislaman Aipon Asso diikuti oleh 600 orang warganya di Walesi.

Saat baru pulang dari menunaikan ibadah haji tahun 1985, dengan mengenakan surban dan baju gamis panjang, secara demonstratif Asso turun ke jalan dan melakukan pawai di pusat Kota Wamena sambil mengerahkan ratusan warganya yang masih mengenakan koteka dan bertelanjang dada.

Dari Walessi, Islam terus menyebar ke 12 kampung lain di sekitarnya: Hitigima, Air Garam, Okilik, Apenas, Jagara, Ibele, Araboda,Megapura, Pasema, Mapenduma, Kurulu, dan Pugima.

Ustadz Abdul Latief menjadi dai di Walessi sejak 1996, sesuai belajar di YPI Al Azhar Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. ”Saat itu saya hanya bermodal hadits sampaikan dariku walau satu ayat,” kenangnya sambil tersenyum.

Waktu itu di Walessi sudah ada dai pendatang. Namun, karena sang dai masih belum dapat berbahasa lokal, warga ogah masuk ke masjid. Setelah Abdul Latief tampil, barulah mereka mau memakmurkan masjid.

Abdul Latief yang berputra 4 anak, kini dakwahnya meliputi 6 kampung. Jarak antar-kampung sekitar 9 km. ”Kalau ada angkutan desa atau ojek, ya numpang jalan. Tapi kalau tidak ada, terpaksa jalan kaki selama sekitar 2 jam,” katanya sambil tersenyum.

LAZIS Dewan Dakwah mengundang para dermawan untuk mendukung dakwah Ustadz Abdul Latief. Selain membutuhkan motor trail untuk kendaraan dakwah, beliau juga berharap agar dua musholla di dua kampung yang dibinanya dapat direnovasi menjadi masjid.

Infak dakwah silakan melalui rekening Bank Mandiri Syariah 7001327733 atau BCA Syariah 0011003004 atas nama LAZIIS Dewan Da’wah.

 Sumber: kiblat.net