Tri Susanti Siap Penuhi Panggilan Polisi Sebagai Tersangka Terkait Aksi Ke Wisma Papua Di Surabaya
Senin, 2 September 2019
Faktakini.net, Jakarta - Kondisi korlap aksi yang mendatangi Asrama Mahasiswa Papua (AMP), Tri Susanti atau Mak Susi disebut sudah sehat.
Mak Susi pun siap memenuhi panggilan polisi untuk diperiksa sebagai tersangka kasus ujaran kebencian dan penyebaran hoaks.
Sebelumnya, Mak Susi telah dipanggil sejak Jumat (30/8). Namun karena kondisinya yang tidak fit, pengacara Mak Susi, Sahid terpaksa meminta jadwal pemanggilan mundur.
Sementara saat ditanya kondisi Mak Susi hari ini, Sahid mengatakan kliennya sudah sehat. "Sekarang sudah sehat," kata Sahid kepada detikcom di Surabaya, Senin (2/9/2019).
Tak hanya itu, Sahid menambahkan Mak Susi juga siap untuk diperiksa. Rencananya, Mak Susi akan mendatangi Mapolda Jatim sekitar pukul 10.00 WIB.
"Iya Mak Susi siap memenuhi panggilan polda hari ini jam 10.00 WIB," pungkas Sahid.
Polisi telah menetapkan Susi sebagai tersangka kasus hoaks dan ujaran kebencian. Ada beberapa pasal yang menjerat Mak Susi.
Di antaranya Pasal 45A ayat 2 juncto Pasal 28 ayat 2 UU 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas UU 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dan/atau Pasal 4 UU 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Rasis dan Etnis dan/atau Pasal 160 KUHP dan/atau Pasal 14 ayat 1 dan/atau ayat 2 dan/atau Pasal 15 KUHP.
Sebelum ditetapkan sebagai tersangka, Koordinator Ormas FKPPI Tri Susanti memang mengakui bahwa ia dan pasukannya (FKPPI) mendatangi Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya pasca insiden pembuangan bendera merah putih di selokan. Namun tujuannya demi untuk membela bendera merah putih yang diduga dilecehkan dan dibuang oleh mahasiswa Papua.
Pembuangan bendera merah putih di selokan pada hari Jum'at (16/8/2019) itu menyebabkan kemarahan warga masyarakat sehingga Surabaya, sehingga akibatnya 43 Mahasiswa Papua yang dituding terlibat insiden pembuangan bendera merah putih sempat diamankan oleh kepolisian.
Koordinator Ormas Tri Susanti alias Susi yang berasal dari FKPPI alias Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI/Polri Indonesia menjelaskan situasi yang sebenarnya.
Tri kemudian mengungkap fakta bahwa selama ini Asrama Mahasiswa Papua memang menolak untuk memasang bendera merah putih.
Tri Susanti mengaku membawa pasukannnya (FKPPI) untuk menegakkan bendera merah putih di Asrama Mahasiswa Papua.
Susi menyatakan selama ini para penghuni Asrama Mahasiswa Papua enggan menjalankan tradisi memasang bendera merah putih menjelang peringatan kemerdekaan RI 17 Agustus.
"Kami ini hanya ingin menegakkan bendera merah putih di sebuah asrama. Selama ini mereka menolak untuk memasang," tegas Susi koordinator Ormas FKPPI saat ditemui awakmedia di Polda Jatim, Selasa (20/8/2019).
Perempuan yang tergabung di Ormas Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI/Polri Indonesia (FKPPI) itu menolak aksi mereka ditafsirkan sebagai aksi pengusiran mahasiswa Papua.
"Jadi kami tidak berkeinginan untuk menolak mengusir ataupun kasih kepada mereka. kami hanya ingin di asrama tersebut ada bendera merah putih," tegasnya.
Ia juga membantah ada teriakan bernada rasial yang ditujukan pada mahasiswa Papua di dalam Gedung Asrama Mahasiswa Papua.
"Kalau dibilang bahwa masyarakat Surabaya terjadi bentrok atau ada teriakan rasis, itu sama sekali tidak ada," tegasnya.
Perempuan berambut panjang itu menegaskan, aksi yang pihaknya lakukan di asrama tersebut hanya ingin memastikan bendera merah putih dipasang tegak jelang perayaan HUT Kemerdekaan RI ke 74
"tujuan utama kita kita hanya fokus untuk memasang bendera merah putih aja," pungkasnya.
Susi mengatakan, kelompoknya berada di asrama mahasiswa Papua tidak untuk memicu konflik.
Dia menganggap, apa yang terjadi saat ini adalah imbas dari distorsi informasi di media sosial.
"Untuk dampak yang di sana (kondisi Papua Barat) kan mungkin ada juga yang memelintir di media sosial. Nah ini karena media sosial yang ramai," pungkasnya.
Di dalam forum yang berlangsung di ruang pertemuan Gedung Dirintelkam Mapolda Jatim itu, Susi mengaku sempat memberikan beberapa usualan agar potensi bentrok tak lagi terjadi dan keharmonisan antar masyarakat yang majemuk di Surabaya tetap terawat.
Foto: Tri Susanti (Mak Susi)
Sumber: detik.com dan tribunnews.com