KH TB Abd Anwar: Imam Besar Alhabib Rizieq Syihab VS Prabowo Subianto.
Imam Besar Alhabib Rizieq Syihab VS Prabowo Subianto.
Oleh :
KH. Tb. Abdurrahman Anwar Al Bantany.
(Majelis Syuro DPP FPI)
Awal Pencapresan dan Pertarungan Prabowo Subianto (PS) melawan Joko Widodo, saat itu PS bersilaturrahim rutin minta doa, restu dan dukungan kepada Al Habib Rizieq Syihab.
Kemudian Habib Rizieq Syihab (HRS) mendukung sepenuhnya tanpa reserve, karena mengusung PS dalam pilpres adalah bagian dari alat dan sarana perjuangan.
HRS menyerukan kepada seluruh Ulama dan Segenap Elemen umat untuk mendukung PS sebagai Calon Presiden.
Ijtima Ulama digelar berturut turut menghasilkan Komitmen moral mendukung sepenuhnya terhadap keberadaan PS sebagai Capres.
Hasil dari Pilpres ternyata PS kalah karena berbagai alasan termasuk di dalamnya penuh kecurangan.
Saat Itu HRS mengamanatkan kepada PS dan Para Pendukungnya agar jangan mengakui Kekuasaan siapa pun yang menang atas dasar kecurangan dan kedzoliman.
Para Ulama dan Umat Sami`na wa atho`na kepada HRS apapun resiko dan konsekwensinya.
Tiba tiba akhir dari permainan Politik ini berujung dengan masuknya PS kedalam Pemerintahan Jokowi, sungguh di luar dugaan dan di luar nalar.
Dengan demikian PS tidak lagi mengindahkan suara HRS dan Ijtima Ulama.
HRS dan Ulama serta Umat dianggap pendorong mobil mogok semata mata.
Inilah hikmah dan pelajaran yang sangat berharga dalam Percaturan Perpolitikan dan Pergolakan Perjuangan.
Kekecewaan sangat mendalam ibarat kemarau satu tahun habis oleh hujan satu hari. Luar biasa.
Perjuangan dan pengorbana Ulama dan Umat ternyata di mata PS tidak ada apa apanya dan tidak bernilai sama sekali.
Dengan mudahnya PS meninggalkan Ulama dan mengecewakan Umat.
PS sudah mengakui Pemerintahan yang dibangun atas dasar kecurangan dan kedzoliman.
Dengan masuknya PS kedalam lingkaran kekuasaan, artinya PS sudah mengakui pemerintahan yang dibangun atas dasar curang dan Dzolim, jadi seruan dan amanat HRS sudah dianggap angin lalu.
Oleh :
KH. Tb. Abdurrahman Anwar Al Bantany.
(Majelis Syuro DPP FPI)
Awal Pencapresan dan Pertarungan Prabowo Subianto (PS) melawan Joko Widodo, saat itu PS bersilaturrahim rutin minta doa, restu dan dukungan kepada Al Habib Rizieq Syihab.
Kemudian Habib Rizieq Syihab (HRS) mendukung sepenuhnya tanpa reserve, karena mengusung PS dalam pilpres adalah bagian dari alat dan sarana perjuangan.
HRS menyerukan kepada seluruh Ulama dan Segenap Elemen umat untuk mendukung PS sebagai Calon Presiden.
Ijtima Ulama digelar berturut turut menghasilkan Komitmen moral mendukung sepenuhnya terhadap keberadaan PS sebagai Capres.
Hasil dari Pilpres ternyata PS kalah karena berbagai alasan termasuk di dalamnya penuh kecurangan.
Saat Itu HRS mengamanatkan kepada PS dan Para Pendukungnya agar jangan mengakui Kekuasaan siapa pun yang menang atas dasar kecurangan dan kedzoliman.
Para Ulama dan Umat Sami`na wa atho`na kepada HRS apapun resiko dan konsekwensinya.
Tiba tiba akhir dari permainan Politik ini berujung dengan masuknya PS kedalam Pemerintahan Jokowi, sungguh di luar dugaan dan di luar nalar.
Dengan demikian PS tidak lagi mengindahkan suara HRS dan Ijtima Ulama.
HRS dan Ulama serta Umat dianggap pendorong mobil mogok semata mata.
Inilah hikmah dan pelajaran yang sangat berharga dalam Percaturan Perpolitikan dan Pergolakan Perjuangan.
Kekecewaan sangat mendalam ibarat kemarau satu tahun habis oleh hujan satu hari. Luar biasa.
Perjuangan dan pengorbana Ulama dan Umat ternyata di mata PS tidak ada apa apanya dan tidak bernilai sama sekali.
Dengan mudahnya PS meninggalkan Ulama dan mengecewakan Umat.
PS sudah mengakui Pemerintahan yang dibangun atas dasar kecurangan dan kedzoliman.
Dengan masuknya PS kedalam lingkaran kekuasaan, artinya PS sudah mengakui pemerintahan yang dibangun atas dasar curang dan Dzolim, jadi seruan dan amanat HRS sudah dianggap angin lalu.