Menang Pilpres Hasil Kecurangan, Presiden Evo Morales Akhirnya Mundur, Rakyat Bolivia Gembira



Selasa, 12 November 2019

Faktakini.net, Jakarta - Akibat menang Pilpres hasil kecurangan, Presiden Bolivia Evo Morales akhirnya mengundurkan diri.

Pengunduran diri itu ia lakukan di tengah kekacauan menyusul terpilihnya kembali dirinya dalam pemilu yang disengketakan bulan lalu.

Pada Minggu (10/11/2019), pengawas internasional menyerukan agar hasil pemilu dibatalkan, dengan menyatakan mereka menemukan manipulasi dari hasil pemilu 20 Oktober lalu.

Morales sepakat dengan temuan itu dan mengumumkan niatnya untuk menggelar pemilu yang baru -setelah merombak komisi pemilihan umum negara tersebut.

Akan tetapi para politisi -serta panglima militer dan kepala kepolisian- mendesaknya untuk mundur.

Dalam pernyataannya di televisi, Morales mengatakan dia akan mundur dari posisinya sebagai presiden. Dia mendesak para pengunjuk rasa berhenti melakukan aksi protes, membakar, dan menyerang.

Beberapa sekutunya diserang awal pekan lalu, dan mengatakan bahwa rumah mereka dibakar.

Sang wakil presiden, Alvaro Garcia Linera, serta Senat Presiden Adriana Salvatierra juga mengundurkan diri.

Para demonstran turun ke jalan untuk merayakan pengumuman tersebut sambil meneriakkan "Ya, kita bisa" dan menyalakan petasan.

Apa yang melatari pengunduran Morales?

Bolivia dilanda aksi unjuk rasa anti-pemerintah selama beminggu-minggu, menyusul laporan tuduhan kecurangan pemilu dalam pemilihan presiden.

Ketegangan pertama kali berkobar pada malam pemilihan presiden setelah hasil penghitungan suara dihentikan sementara selama 24 jam. Hasil akhir menunjukkan bahwa Morales unggul 10 persen suara lebih -angka yang dibutuhkannya untuk langsung menang di putaran pertama pemilu.

Setidaknya tiga orang tewas dalam bentrokan yang terjadi kemudian. Beberapa petugas polisi berseragam juga bergabung dengan para demonstran.

Seorang wali kota di Bolivia bernama Patricia Arce bahkan diseret di jalanan tanpa alas kaki, disiram dengan cat merah, dan rambutnya dicukur paksa oleh para demonstran anti-pemerintah, setelah dituduh mengerahkan pasukan pendukung presiden untuk membubarkan unjuk rasa dan berperan dalam kematian dua pengunjuk rasa.

Pada Minggu (10/11/2019), Organisasi Negara-negara Bagian Amerika, yang mengawasi jalannya pemilu, menyatakan menemukan bukti manipulasi data skala besar, dan tidak dapat mengesahkan hasil penghitungan suara sebelumnya.

Tekanan terus bertambah terhadap Morales sepanjang hari, seiring mulai mundurnya sejumlah sekutu politiknya. Beberapa di antara mereka khawatir akan keselamatan keluarga masing-masing.

Panglima militer, Jenderal Williams Kaliman, juga mendesak Morales agar mundur untuk memungkinkan proses pengamanan dan menjaga stabilitas.

Pihak militer juga mengatakan bahwa mereka akan melakukan operasi untuk menetralisir setiap kelompok bersenjata yang menyerang para demonstran.

Morales, presiden Bolivia pertama yang berasal dari masyarakat adat setempat, menjabat sebagai presiden sejak 2006.

Dia kembali berlaga dalam pemilu presiden keempatnya pada Oktober lalu setelah Mahkamah Konstitusi membuat keputusan kontroversial yang menghapus peraturan tentang batas masa jabatan presiden.

Dalam referendum 2016, mayoritas memilih "tidak" alias menolak amandemen konstitusi mengenai perpanjangan masa jabatan presiden.

Meski demikian, partai Morales membawa masalah itu ke Mahkamah Konstitusi, yang pada akhirnya menghapus sama sekali aturan tentang masa jabatan presiden.

Foto: Mantan Presiden Evo Morales

Sumber: inews.id