Nasrudin Joha: Ahok Putra Terbaik? Terbaik Dari Hongkong?!
Sabtu, 16 November 2019
Faktakini.net
AHOK PUTRA TERBAIK..? TERBAIK DARI HONGKONG..?
Oleh : Nasrudin Joha
Ada yang berdalih Ahok layak menduduki posisi Bos BUMN karena Ahok termasuk salah satu 'putera terbaik' bangsa ini. Ahok sendiri menyatakan bersedia jika itu demi negara.
Baiklah kita akan periksa, dimana letak 'terbaiknya' si Ahok.
Dalam urusan rumah tangga, Ahok 'Gagal' mendidik dan menjaga Veronica Tan. Ahok menyebut mantan istrinya itu selingkuh sejak tahun 2010, artinya 7 (tujuh) tahun hingga proses cerai Ahok bergulir di PN Jakarta Utara.
Sekarang, terbaik menurut parameter apa? Seorang suami sekaligus figur ayah, membiarkan istri dan ibu dari anak-anaknya selingkuh selama 7 (tujuh) tahun? Apakah ini makna sakinah, mawaddah warohmah versi pendukung Ahok?
Istri selingkuh 7 tahun itu bukan sekedar salah istri, tetapi juga kegagalan seorang suami untuk membina dan mendidik istri. Kalau dalam Islam, istri nusyuz (membangkang) saja harus dinasehati, dipukul untuk dididik (pukulan yang tidak menyakitkan), dipisah tidurnya, hingga di talak. Bukan kemudian didiamkan hingga 7 (tujuh) tahun.
Apa mungkin, proses pendiaman ini karena Ahok juga melakukan hal yang sama? Biasanya, badai rumah tangga itu bermula ketika ada yang bermain api. Pertanyaannya, siapa yang menyulut api perselingkuhan Veronika Tan?
Dalam urusan politik, Ahok gagal dalam Pilkada Bangka Belitung. Pilgub Babel tahun 2007 bisa dikatakan pengalaman pahit bagi Ahok dalam panggung politik. Saat itu ia mundur sebagai Bupati Belitung Timur untuk ikut dalam kontestasi pesta demokrasi Pilgub Bangka Belitung (Babel), namun ia akhirnya 'keok'.
Bukannya menginsyafi kekalahan, justru Ahok menyalahkan surat Al-Maidah yang dituding menjadi pemicu kekalahan Ahok. Dalam bukunya, Ahok menuding sentimen Islam melalui surat Al-Maidah yang membuat dirinya kalah di Pilkada Babel.
Di Pilkada DKI Jakarta, Ahok juga menang karena menumpang nama Jokowi. Kemudian, menjadi Gubernur karena limpahan (lepehan) Jokowi saat Jokowi naik menjadi Presiden. Ketika menjabat Gubernur, penggusuran di era Ahok luar biasa mengsengsarakan, menyesengsangrakan, menyengsarakan rakyat DKI Jakarta. Banyak rakyat yang telah hidup bertahun-tahun, memiliki alas hukum sebagai pemilik tanah, di gusur paksa oleh Ahok demi 'Sang Bohir' pengembang. Kampung Aquarium menjadi saksi kedzaliman Ahok.
Saat menjabat, Ahok terjerat kasus korupsi RS. Sumber Waras dan Rusunawa Cengkareng. Dua kasus ini adalah prasasti kasus korupsi Ahok. Sudah ada audit BPK, tapi lembaga penegak hukum menjadi tumpul pada kasus ini. Duit puluhan hingga ratusan miliar menjadi tak jelas pertanggung jawabannya.
Saat Pilkada DKI Ahok maju bersama Djarot PDIP. Karena khawatir kalah seperti di Babel, Ahok kembali mengumbar ujaran penistaan agama di Pulau Seribu. Surat Al-Maidah dituding Ahok menjadi sarana membodoh-bodohi. Akibatnya, Ahok di penjara karena terbukti secara sah dan meyakinkan menista agama Islam.
Lantas, apa prestasi Ahok yang katanya putra terbaik bangsa ini? Apakah ujaran isi jamban Ahok dianggap terbaik? Marah-marah dan melotot kepada warga yang komplain layanan Pemda DKI itu adalah prestasi? Menuding surat Al-Maidah sebagai alat membodohi umat itu terbaik?
Sudahlah, Ahok lebih baik fokus saja di sektor privat sambil membangun rumah tangga barunya. Ahok tak memiliki prestasi untuk mengelola sektor publik, baik jabatan publik maupun BUMN.
Tak perlu khawatir tentang bangsa dan negara ini tanpa Ahok, justru tanpa Ahok bangsa ini tenteram dan damai. Ahok tak perlu berkorban apapun untuk negara ini, cukup dengan tidak terlibat dalam urusan pemerintahan dan kekuasaan, tak ikut menduduki jabatan publik termasuk BUMN, itu adalah sumbangan yang sangat berharga bagi umat Islam dan negeri ini.