(Video) Pidato Bung Karno Tentang Pentingnya Acara Maulid Nabi Muhammad SAW
Ahad, 10 November 2019
Faktakini.net, Jakarta - Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 2019 di Indonesia diperingati pada Sabtu 9 November 2019. Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW adalah momen kelahiran Nabi Muhammad SAW, peringatan ini dilakukan dengan berbagai cara oleh umat muslim di Indonesia.
Di desa-desa mengadakan pengajian, barzanji atau bacaan puji-pujian yang berisi riwayat Nabi Muhammad SAW, di kalangan Keraton, seperti Yogyakarta mengadakan Grebeg Maulud dan lain lain.
Grebeg Maulud adalah puncak peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan di Yogyakarta.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW itu sudah dilakukan sejak jauh sebelum zaman kemerdekaan di Indonesia, termasuk di pemerintahan.
Dikutip Tribunjogja.com dari Wartakota, Presiden Soekarno atau Bung Karno pernah berpidato pada peringatan Maulid Nabi 1963 di Jakarta.
Pada momen itu, Bung Karno mengingatkan, bagaimana hakikat merayakan maulid Nabi.
Menurut Bung Karno hakikat merayakan Maulid Nabi tidak hanya sekedar memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW saja.
Tetapi diperingati dengan cara meneladani ajaran, konsepsi, dan agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Berikut beberapa penggalan pidato berapi-api Bung Karno
"Diberi oleh Allah melalaui Malaikat Jibril kepada Rasul, Rasul meneruskan lagi kepada umat, yaitu kita saat ini. Itu yang kita rayakan saat ini."
"Oleh karena itu kita berkata: Jika benar-benar engkau mencintai Nabi Muhammad, jika benar-benar engkau merayakan Maulid Nabi Muhammad bin Abdullah,"
"Jika benar-benar engkau merayakan Rasulullah yang punya hari maulid, kerjakanlah apa yang beliau perintahkan,"
" Kerjakanlah apa perintah agama yang beliau bawa, kerjakan sama sekali, agar supaya benar-benar kita bisa berkata: kita telah menerima agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad,"kata Bung Karno.
Dikutip Tribunjogja.com dari nu.or.id, sholawat kepada nabi merupakan kewajiban bagi orang mukmin yang bisa dilakukan kapan saja, satu diantara ketika menjalankan ibadah salat lima waktu.
Oleh sebab itu membaca sholawat nabi bisa dilakukan kapan saja, sebagian ulama berpendapat sholawat nabi hukumnya sunnah.
Berikuti waktu yang disunahkan untuk membaca sholawat nabi menurut Sirajudin Al-Husaini di dalam kitabnya As-Shalâtu ‘alan Nabiyyi Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam (Damaskus: Maktabah Darul Falah, 1990).
1. Sunah membaca sholawat nabi setelah selesai dikumandangkannya azan.
Ada beberapa hadits yang menuturkan tentang hal ini di antaranya hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ، فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ، فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى الله عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا
Artinya: “Bila kalian mendengar orang yang mengumandangkan adzan maka ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan, lalu bershalawatlah kepada karena orang yang bershalawat kepadaku sekali maka dengan shalawat itu Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali.”
2. Disunahkan membaca sholawat nabi di awal, tengah dan akhir doa. Dengan membaca shalawat di ketiga tempat itu saat berdoa maka akan lebih kuat potensi dikabulkannya doa tersebut dan lebih banyak lipatan pahalanya.
3. Disunahkan membaca shalawat ketika memasuki masjid dan ketika keluar darinya.
Sebuah hadits riwayat Imam Turmudzi dari Sayyidatina Aisyah radliyallâhu ‘anhâ:
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ صَلَّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَسَلَّمَ وَقَالَ: رَبِّ اغْفِرْ لِي ذُنُوبِي وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ، وَإِذَا خَرَجَ صَلَّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَسَلَّمَ وَقَالَ: رَبِّ اغْفِرْ لِي ذُنُوبِي وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ فَضْلِكَ
Artinya: “Adalah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam ketika memasuki masjid beliau bershalawat dan bersalam untuk Muhammad dan berdoa Rabbi ighfir lî dzunûbî waftah lî abwâba rahmatika. Dan ketika keluar beliau bershalawat dan bersalam kepada Muhammad serta berdoa Rabbi ighfir lî dzunûbî waftah lî abwâba fadllika.”
4. Disunahkan membaca shalawat ketika bertemunya seorang muslim dengan sesama muslim.
5. Membaca shalawat disunahkan ketika berkumpul di suatu majelis.
Disunahkan bagi kaum muslimin ketika mereka berkumpul di suatu majelis untuk menghiasi majelis mereka dengan membaca shalawat.
Ibnu Umar meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:
زينوا مجالسكم بالصلاة علي فان صلاتكم علي نور لكم يوم القيامة
Artinya: “Hiasilah majelis-majelis kalian dengan bershalawat kepadaku. Karena shalawat kalian kepadaku adalah cahaya bagi kalian di hari kiamat.”
6.Disunahkan menuliskan shalawat ketika menulis nama Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
Di antara dalil yang menganjurkan hal ini adalah hadits riwayat Imam Thabrani dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah pernah bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي كِتَابٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تَسْتَغْفِرُ لَهُ مَا دَامَ اسْمِي فِي ذَلِكَ الْكِتَابِ
Artinya: “Barang siapa yang bershalawat kepadaku di dalam sebuah buku (tulisan) maka para malaikat tidah henti-hentinya memintakan ampun baginya selama namaku masih ada di dalam
buku itu.”
7. Membaca shalawat disunahkan ketika membuka setiap ucapan baik yang memiliki tujuan tertentu disamping juga disunahkan membukanya dengan hamdalah dan pujian kepada Allah.
Sebuah riwayat dari Ibnu Mandah menyatakan:
كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه بذكر الله ثم بالصلاة عليّ فهو أقطع أكتع ممحوق البركة
Artinya: “Setiap perkara yang memiliki tujuan yang tidak diawali dengan dzikir kepada Allah dan shalawat kepadaku maka perkara itu terputus terhapus keberkahannya.”
8. Disunahkan membaca shalawat dalam membuka nasehat, peringatan dan mengajarkan ilmu, terlebih ketika membaca sebuah hadits.
Imam Nawawi di dalam kitab Al-Adzkâr menuturkan bahwa disunahkan bagi orang yang membaca hadits dan selainnya ketika menyebut Rasulullah untuk mengeraskan suaranya dalam bershalawat, namun kerasnya suara itu jangan sampai berlebihan.
9.Sunah membaca shalawat di waktu pagi dan sore hari.
Sebuah riwayat dari Abu Darda bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam pernh bersabda:
من صلى علي حين يصبح عشرا وحين يمسي عشرا أدركته شفاعتي يوم القيامة
Artinya: “Barang siapa yang bershalawat kepadaku di waktu pagi sepuluh kali dan di waktu sore sepuluh kali maka syafaatku akan mendapatinya di hari kiamat.”
10. Membaca shalawat juga disunahkan ketika hendak tidur.
Sebagai seorang pemimpin negara beragama Islam, Presiden Sukarno, memberikan sambutannya pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Perhelatan ini telah menjadi pemikiran Bung Karno, yang selalu teringat dan terngiang, saat kunjungannya ke Kairo.
Baca Juga : Pidato Bung Karno Tentang Sumpah Pemuda, Semarang 29 Juli 1956
Bahkan, Bung karno sudah mewanti-wanti Menteri Agama ketika itu, Prof. KH. Saifuddin Zuhri, untuk mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan sebaik-baiknya. Berikut Isi Pidato Presiden Sukarno pada Peringatan Maulid Nabi SAW di Istana Negara pada Tahun 1963.
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saudara-saudara,
Tadi, Bapak Menko Prof. Kyai Saifuddin Zuhri mengatakan bahwa waktu di Paris, saya sedang sibuk-sibuknya memberi amanat dan pimpinan kepada duta besar kita. Pada waktu itu, saya tidak lupa memperingatkan kepada Bapak Saifuddin Zuhri untuk mengadakan perhelatan Maulud Nabi di Istana Negara.
Memang demikian saudara-saudara. Bahkan lebih dulu dari pada itu, di Kairo, kemudian dari Kairo ke Paris. Bahkan di Kairo, tatkala saya nyantol di situ, karena tidak bisa langsung pergi ke Aljazair, tetapi kemudian mengadakan pertemuan yang amat penting dengan Presiden Nasser, Presiden Ayyub Khan, Perdana Menteri Chou En Lai. Di Kairo itu saya tidak berhenti-berhenti ingat. Wah, ini bulan Maulud, ini Bulan Maulid. Kita nanti di Jakarta harus mengadakan Peringatan Maulid yang sebaik-baiknya.
Maka di Kairo itu saya ingat bahwa Hari Maulid atau Perayaan Hari Maulud sebenarnya bukan suatu hal yang wajib. Kita ini hanya mempunyai dua hari besar islam yaitu hari idul fitri dan idul kurban. Cuma dua itu, hari besar kita. Tetapi sebagai saudara-saudara mengetahui, jaman sekarang, salah satu hari yang kita mulyakan, salah satu hari yang kita mulyakan, di dalam perikehidupan kita sebagai umat Islam ialah hari maulid nabi kita yang kita cintai.
Dulu beberapa tahun yang lalu telah saya beritahukan pada khalayak ramai bahwa yang mula-mula mengadakan perayaan maulud nabi ialah Shalahudin, panglima perang Islam yang amat termasyhur, Panglima perang di dalam perang salib bahasa belandanya, bahasa inggrisnya “Crussade”. Dari pihak Kristen yang termasyhur panglima perangnya ialah Richard Lion Heart, Ricard Lion Heart, yang spesial dari Inggris datang ke timur untuk memimpin laskar-laskar kristen merebut kembali al Quds.
Dari pihak Islam, panglima perangnya Shalahudin. Ya, ini, satu bukti kehebatan shalahudin dalam psikologi massa untuk membangkitkan semangat Islam sehingga berkobar-kobar kembali. Membangkitkan semangat Islam sebagai semangat perjoangan . Shalahudin memerintahkan kepada laskarnya, kepada kawan-kawan seagama untuk mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. Jadi sebelum Shalahudin perayaan maulud nabi sebagai yang kita kenal sekarang ini, tidak ada. Hanya sesudah diperintahkan, dibiasakan oleh shalahudin maka tiap2 tahun di seluruh umat islam diadakan Peringatan Maulud Nabi.
Nah, pada waktu saya di Kairo, sedang sibuk-sibuknya mengadakan pembicaraan dengan presiden Nasser, dengan Perdana Menteri Chou En Lai, dengan–nantinya—Presiden Ayyub Khan dari Pakistan. Sedang sibuk-sibuknya itu, saya tidak lupa ini bulan maulud, ini bulan maulud, ini bulan maulud. Kita harus mengadakan perayaan maulud nabi nanti sebaik-baiknya. Dan saya ingat, yang mula-mula memerintahkan mengadakan maulud nabi, perayaannya adalah Shalahudin.
Kebetulan saudara-saudara, Mesir atau republik persatuan arab, mempunyai satu industri film, kalau sini ya entah Perfai atau Perfi, mempunyai perindustrian film yang membuat film cerita Shalahudin itu. Hampir-hampir seperti film Metro Goldwyn Mayer *** atau hampir-hampir film Metro Goldwyn Mayer The Story of *** . Saya segera memerintahkan kepada kedutaan besar kita di Kairo untuk mempertunjukkan film Shalahudin itu di hadapan rombongan yang saya bawa dari Jakarta. Dan salah satu ruangan daripada Hotel Hilton pada satu malam dipertunjukkan film Shalahudin ini. Yang di film itu kita melihat perjuangan yang hebat daripada umat islam di bawah pimpinan shalahudin. Perjuangan umat Islam yang mengambil suri tauladan dari perjuangan Nabi kita Muhammad saw.
Memang saudara-saudara, kita sebagai umat islam harus (harus!) menganggap Muhammad itu sebagai pemimpin besar yang terbesar. Bahkan harus kita mengatakan: TIDAK ADA PEMIMPIN YANG LEBIH BESAR DARIPADA MUHAMMAD SAW!!!”
Sumber: jogja.tribunnews.com , strategi.id
Klik video: