Pastor Asal AS Akui Telah Lakukan Pelecehan Seksual Pada Anak-Anak Di Timor Leste


Rabu, 18 Desember 2019

Faktakini.net, Jakarta - Seorang pastor Katolik asal Amerika Serikat telah diihentikan dari ordonya setelah mengaku melakukan penganiayaan seksual terhadap anak-anak perempuan ketika bertugas di Timor Leste.

Pemecatan pastor di TimorLeste

Richard Daschbach sudah bertugas di Timor sejak tahun 1966
Dia dianggap berjasa menyelamatkan anak-anak selama masa konflik kemerdekaan Timor Timur dengan Indonesia

Pastor tersebut diminta meninggalkan Timor namun Daschbach kembali lagi ke sana tanpa ijin Gereja Katolik
Pastor tersebut Richard Daschbach sebelumnya dianggap pahlawan di Timor Leste karena mendirikan sebuah pusat penampungan anak-anak miskin yang sudah beroperasi selama 20 tahun.

Laporan media mengenai pemecatan pastor tersebut mengejutkan Timor Leste, salah satu dari dua negara yang bersama dengan Filipina di Asia memiliki penduduk mayoritas Katolik.

Uskup Dili Virgilio do Carmo da Silva mengatakan kepada wartawan bahwa Dascbach dikeluarkan dari gereja tahun lalu dan sekarang tidak lagi menjadi pastor.

Richard Daschbach lahir di Pennsylvania (Amerika Serikat) dan pertama kali tiba di Timor Timur di tahun 1966 ketika wilayah itu masih dikuasai oleh Portugal.

Dia mendirikan Rumah Topu Honis atau artinya Jalan Kehidupan bagi anak-anak terlantar di Oe-Kusi Ambeno, sebuah wilayah Timor Timur yang berada dalam wilayah Timor Barat yang ketika itu bagian dari Indonesia.

Pastor Dashbach juga banyak dihormati karena banyak menyelamatkan anak-anak dalam konflik Timor Leste untuk merdeka dari Indonesia.

Seorang anggota keluarga Dashbach di Amerika Seriakt, yang tidak mau namanya disebutkan karena sensitifnya masalah, mengatakan misionaris ini meninggalkan Oe-Kusi Ambeno namun kemudian kembali lagi.

Media Timor Leste mnengatakan bahwa mantan pastor ini masih memimpin misa di kawasan tersebut.

"Dia mengakui bahwa tuduhan terhadap dirinya memang benar." kata anggota keluarga tersebut.

"Para pastor lain telah membawa dia dari Ambeno karena tuduhan pelecehan seksual. Dia mengakui hal itu memang benar. Dia kembali lagi ke sana tanpa persetujuan para pastor lainnya."

Kantor kejaksaan di Oe-Kusi Ambeno mengatakan mereka mengetahui adanya skandal tersebut namun sampai saat ini tidak ada kasus kriminal resmi terhadap mantan pastor tersebut.

Jovito Rego de Jesus Araujo, seorang pastor di Keuskupan Dili mengatakan kasus Daschbach merupakan kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak pertama yang diketahui terjadi di Timor Leste.

"Kami tidak pernah menduga sebelumnya ini dilakukan oleh seseorang yang sudah mendedikasikan dirinya bagi banyak orang. Dia seperti seorang bapak bagi komunitas, yang dibangun, dibesarkan dan didukungnya." kata Pastor Araujo kepada media Catholic News Service.

"Ini adalah bencana, drama, situasi yang sangat dramatis. Seorang pria sepuh berusia 82 tahun dituduh sebagai pedofil."

Belum ada komentar apapun dari Daschbach yang sudah dihubungi.

Dua rumah penampungan yang dibangun Daschbach digunakan untuk menampung anak-anak dari keluarga miskin, para difabel dan perempuan yang melarikan diri dari tindak kekerasan dalam rumah tangga.

Beberapa dari ratusan anak-anak yang pernah tinggal di sana kemudian melanjutkan pendidikan di universitas di Australia, Amerika Serikat dan Indonesia.

“Saya lega mendengar dia akhirnya ditangkap,” kata seorang sumber yang sudah lama menjadi pendonor Topu Honis kepada ucanews.com pada 29 April.

“Keadilan telah muncul setelah lebih dari satu tahun skandal itu terbongkar,” kata sumber itu, yang tidak ingin namanya disebut.

Namun, banyak masyarakat setempat masih mendukung mantan imam itu, karena dianggap sebagai “pahlawan” atas kontribusinya dalam perang kemerdekaan pada tahun 1999 melawan Indonesia.

Selama perang, Dashbach memimpin milisi lokal dan memberikan dukungan kepada masyarakat dalam banyak hal, termasuk memberikan obat-obatan dan makanan kepada keluarga yang membutuhkan.

“Dia bahkan dianggap memiliki kemampuan magis, sehingga orang-orang memujanya dan takut padanya. Semua ini membuat masyarakat setempat tidak mau mempercayai tuduhan itu,” kata sumber itu.

Sebelum ditahan, polisi mengizinkan Daschbach untuk menyampaikan salam perpisahan kepada masyarakat, yang direkam dalam video yang diedarkan di Facebook.

Sumber itu menambahkan bahwa direktur panti asuhan baru, Liliana Tarung, juga ditangkap pada 28 April karena menyerang seorang mantan penghuni panti yang ia curigai melaporkan pelecehan tersebut.

Tidak jelas siapa yang menangani panti asuhan itu setelah penangkapannya.

Penangkapan Daschbach terjadi hanya sehari setelah Fokupers, sebuah kelompok advokasi hak-hak anak Timor-Leste menerbitkan sebuah wawancara dengan seorang korban yang mendeskripsikan pelecehana yang terjadi.

Korban itu, yang berusia 8 tahun ketika pertama kali masuk ke panti asuhan mengatakan bahwa dia dan teman-temannya diminta untuk tidur di ranjang yang sama dengan Daschbach, di mana kemudian mereka dilecehkan.



Dia mengatakan mereka takut dan menghormatinya sehingga mereka melakukan apapun yang diinginkannya.

“Daftar nama gadis-gadis ditempatkan di pintunya, sehingga kami tahu ketika giliran kami tiba,” katanya.

“Itu terjadi setiap hari saat tidur siang dan malam hari,” katanya, seraya menambahkan bahwa Daschbach sering mengincar pendatang baru dan gadis kecil di panti asuhan.

Petugas kepolisian tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

Dilahirkan di Pittsburg, Amerika Serikat, Daschbach diberhentikan oleh Vatikan pada November setelah ada penyelidikan gereja.

Ia mendirikan Topu Honis pada tahun 1993 untuk menangani anak-anak tunawisma, penyandang disabilitas dan perempuan yang melarikan diri karena kekerasan dalam rumah tangga.

Foto: Pastor Richard Daschbach

Sumber: detik.com, floresa.co