Viral Video Peserta Tes Sebut PKI Sekarang Bukan Musuh TNI, Dalang PKI Adalah Soeharto





Sabtu, 14 Desember 2019

Faktakini.net, Jakarta - Di sosial media viral wawancara atau tes dimana ditanyakan tentang PKI.

Peserta tes menjawab tentang PKI.

“PKI hanyalah kambing hitam, atau tangan kanan dari sebuah anggota militer, orde baru, Soeharto yang pada masanya itu sangat berjaya 32 tahun, jadi otomatis pikiran saya terhadap Soeharto itu haus akan kekuasaan. Jadi dalang dari PKI adalah Soeharto,” jawab peserta tes.

Lalu ditanya: Intinya sekarang PKI bukan musuh tentara, begitu ya?

“Bukan. Sama sekali bukan,” jawab peserta tes.

Video ini diposting akun Agus Susanto II (@Cobeh09) di twitter.

Hingga berita ini diposting video sudah dishare 598 retwit. portalislam

Agus Susanto II
@Cobeh09
Anak Ini Di Test
Untuk Masuk TNI
Ketika Ditanya Pendapatnya
Tentang PKI
Jawabannya Luar Biasa..
Dalang Dari PKI Adalah Soeharto
Dan
PKI Bukan Musuh TNI
.https://www.instagram.com/p/B6AiOdcHJCi/

Embedded video
2,253
6:45 PM - Dec 13, 2019
Twitter Ads info and privacy
2,754 people are talking about this

Zacky Maulana
@illuminajong
Parah banget. Dulu jaman saya ikutan Test Mental & Ideologi di BAKIN, jawaban kaya gini udah pasti digamparin bulak-balik... Prihatin dgn brainwashing anak2 PKI di era Jokowi.

41
7:23 PM - Dec 13, 2019
Twitter Ads info and privacy
See Zacky Maulana's other Tweets

Padahal seluruh rakyat Indonesia tau betapa kejamnya PKI.

PKI didirikan pada tahun 1920 dengan dukungan ISDV dan Sarekat Islam. Tujuan utama PKI adalah untuk menantang imperialisme dan kapitalisme pemerintah Belanda dengan membangun serikat pekerja dan untuk mempromosikan pentingnya kesadaran politik di antara para petani.

Meskipun demikian, selama enam setengah tahun berikutnya, PKI dan Sarekat Islam sering mengalami perselisihan ideologis. Sarekat Islam menjadi lebih religius daripada nasionalistik dan usaha PKI untuk memperluas basis keanggotaannya telah menyinggung beberapa anggota Sarekat Islam.

Karena penentangannya terhadap imperialisme Belanda, PKI sangat mendapat permusuhan dari pemerintah kolonial. PKI menciptakan revolusi di Jawa pada bulan November 1926 dan di Sumatra pada bulan Januari 1927. Segera setelah itu, pemerintah Indonesia melarang PKI dan mengasingkan beberapa pemimpinnya.

PKI dibangun kembali pada tanggal 21 Oktober 1945. Pada bulan November 1946, Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia atau Organisasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI), yang menganut ideologi komunis akhirnya didirikan.

Pada tanggal 11 Agustus 1948 Sardjono-Alimin Musso, salah satu pemimpin komunis yang diasingkan, kembali dari Uni Soviet. Dia mencoba memperbesar jaringan PKI dengan memasukkan partai sosialis lainnya di bawah bayang-bayangnya. Hal ini yang menyebabkan pemberontakan komunis di Madiun pada tahun 1948.

Dalam pemberontakan ini, Musso terbunuh. Pada bulan Juli 1950 Dipa Nusantara Aidit, seorang komunis lain yang diasingkan, kembali ke Indonesia dan pada tahun 1951 mengambil alih kepemimpinan organisasi tersebut. Merasakan ancaman dari PKI, Amerika Serikat mulai mendukung kediktatoran militer atas komunis Indonesia di awal 1960-an.

Pembunuhan enam jenderal oleh faksi Tentara Nasional Indonesia pada tanggal 30 Oktober 1965 menyebabkan PKI akhirnya dibubarkan. Tetapi PKI telah sangat bantai membantai secara keji para Ulama dan masyarakat.

Kronologi Kekejaman PKI


8 Oktober 1945: Gerakan Bawah Tanah PKI membentuk API (Angkatan Pemuda Indonesia) dan AMRI (Angkatan Muda Republik Indonesia). Setelah itu gerakan PKI wilayah Tegal, Jawa Tengah menculik dan membunuh pejabat pemerintahan.
17 Oktober 1945: Tokoh Komunis Banten Ce’ Mamat yang terpilih sebagai Ketua KNI (Komite Nasional Indonesia) membentuk DPRS (Dewan Pemerintahan Rakyat Serang) dan merebut pemerintahan Keresidenan Banten melalui teror dengan kekuatan massanya.
13 September 1948: Bentrok antara TNI pro pemerintah dengan unsur TNI pro PKI di Solo.
18 Oktober 1945 : Badan Direktorium Dewan Pusat yang dipimpin Tokoh Komunis Tangerang, Ahmad Khoirun, membentuk laskar yang diberi nama Ubel-Ubel dan mengambil alih kekuasaan pemerintahan Tangerang dari Bupati Agus Padmanegara.
Tanggal 21 Oktober 1945 : PKI dibangun kembali secara terbuka.
19 September 1948: PKI merebut Madiun lalu, lalu menguwasai Magetan, Ponorogo, Pacitan, Trenggalek, Ngawi, Purwantoro, Sukoharjo, Wonogiri, Purwodadi, Kudus, Pati, Blora, Rembang, dan Cepu serta kota-kota lainnya.
21 September 1948: PKI Blitar menculik dan menyembelih Bupati Blora Mr.Iskandar dan Camat Margorojo- Pati Oetero, bersama tiga orang lainnya yaitu Dr.Susanto, Abu Umar dan Gunandar, jenaah lalu dibuang ke dala, sumur di Dukuh Pohrendeng Desa Kedungringin Kecamatan Tujungan Kabupaten Blora.
18 – 21 September 1948: PKI menciptakan 2 (Dua) Ladang Pembantaian / Killing Fields dan 7 (Tujuh) Sumur Neraka di Magetan untuk membuang semua jenazah korban yang mereka siksa dan bantai.
Awal Januari 1950: Pemerintah RI dengan disaksikan puluhan ribu masyarakat yang datang dari berbagai daerah seperti Magetan, Madiun, Ngawi, Ponorogo dan Trenggalek, melakukan pembongkaran 7 (Tujuh) Sumur Neraka PKI dan mengidentifikasi para korban. Di Sumur Neraka Soco I ditemukan 108 kerangka mayat yang 68 dikenali dan 40 tidak dikenali, sedang di Sumur Neraka Soco II ditemukan 21 kerangka mayat yang semuanya berhasil diidentifikasi. Para korban berasal dari berbagai kalangan Ulama dan Umara serta Tokoh Masyarakat
1960: Departemen Luar Negeri AS melaporkan bahwa PKI semakin kuat dengan keanggotaan mencapai 2 (dua) juta orang.
Maret 1962: PKI resmi masuk dalam pemerintahan Soekarno, DN Aidit dan Nyoto diangkat oleh Soekarno sebagai Menteri Penasehat.
1963 : Atas desakan dan tekanan PKI terjadi Penangkapan Tokoh-Tokoh Masyumi dan GPII serta Ulama Anti PKI, antara lain KH. Buya Hamka, KH.Yunan Helmi Nasution, KH. Isa Anshari, KH. Mukhtar Ghazali, KH. EZ. Muttaqien, KH. Soleh Iskandar, KH. Ghazali Sahlan dan KH. Dalari Umar.
30 September 1965: Ormas PKI Pemuda Rakjat dan Gerwani menggelar Demo Besar di Jakarta. Dan malam harinya disusul oleh Gerakan G30S / PKI atau disebut juga GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh). Gerakan ini bertujuan untuk menculik dan membunuh para Jenderal senior TNI AD yang diantaranya adalah Jenderal Ahmad Yani, Letjen R.Suprapto, Letjen MT Haryono, Letjen S. Parman, Mayjen Panjaitan, Mayjen Sutoyo Siswomiharjo serta Kapten Pierre Tendean karena PKI mengira ia adalah Jenderal Abdul Haris Nasution. Semua Jenderal di atas tewas terbunuh di Lubang Buaya kecuali Jenderal A.H. Nasution.
19 Oktober 1965: Anshor NU dan PKI mulai bentrok di berbagai daerah di Jawa.
11 November 1965: PNI dan PKI bentrok di Bali.
22 November 1965: DN Aidit ditangkap dan dijatuhi hukman mati oleh pengadilan.
1 Maret 1965: Terbit Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno yang berisi wewenang penuh kepada Soeharto untuk mengambil langkah pengamanan Negara RI.
12 Maret 1965: Soeharto melarang secara resmi ormas yang berkaitan dengan PKI.
5 Juli 1966: Terbit TAP MPRS No.XXV Tahun 1966 yang ditanda-tangani Ketua MPRS – RI Jenderal TNI A.H. Nasution tentang Pembubaran PKI dan Pelarangan penyebaran paham Komunisme, Marxisme dan Leninisme. Namun, pada bulan Desember ditahun yang sama Sudisman mencoba membangunkan kembali PKI taoi dia ditangkap dan dihukum mati pada tahun 1967.
1968-1998 : Sepanjang Orde Baru secara resmi PKI dan seluruh mantel organisasinya dilarang di seluruh Indonesia dengan dasar TAP MPRS No.XXV Tahun 1966.

Sumber: repelitacom