Angger Sutawijaya: Peringatan Bagi Pengkritik Anies


Jum'at, 31 Januari 2020

Faktakini.net

*Peringatan bagi Pengkritik Anies*

@angger.sutawijaya

Kian hari, para pengkritik Mas Anies kian di luar nalar. Bagaimana tidak, kritik yang mereka lontarkan kepada Mas Anies bukan berdasarkan fakta yang ada di lapangan, tapi berdasarkan imajinasi mereka sendiri atas situasi Jakarta hari ini.

Sebutlah bagaimana Mas Anies dikritik karena imajinasi mereka yang mengambarkan Mas Anies sebagai gubernur yang intoleran. Padahal, jika kita lihat fakta di lapangan, tak ada satu pun produk kebijakan Mas Anies di Jakarta yang mendukung imajinasi mereka. Lihatlah bagaimana Christmas Carol yang digelar menjelang Natal. Lihatlah saat Pemprov DKI Jakarta menghibahkan alat kremasi satu-satunya bagi masyarakat Hindu di Jakarta. Lihatlah bagaimana Monas kembali dibuka untuk kegiatan tabligh akbar, dan sederet fakta lainnya yang justru bertolak belakang atas apa yang diimajinasikan para pengkritik terhadap Mas Anies.

Dua minggu lalu, di Kampung Tanah Merah, Mas Anies juga oleh para pengkritik diimajinasikan menyerobot acara bakti sosial bagi-bagi telur dari teman-teman Lions Club. Lagi-lagi lihatlah faktanya, pihak Lions Club justru yang mengklarifikasi kalau berita dan opini yang beredar hanya sebatas imajinasi, tak benar sedikit pun. Warga Kampung Tanah Merah yang kadung geram dengan hal tersebut juga ramai-ramai mengembalikan telur kepada pihak Lions Club. Di titik ini, lihatlah bagaimana imajinasi para pengkritik cukup berbahaya, karena apa yang mereka imajinasikan justru mengadu domba masyarakat dan merobek tenun persatuan.

Yang terkini, ramai di media kalau Hotman Paris juga ikut-ikutan berimajinasi dengan berujar kalau Pemprov DKI Jakarta akan melakukan pembangunan Mall di Monas. Entah dari mana imajinasi ini datang di kepalanya. Tapi, jika melihat gambar perencanaan revitalisasi Monas yang sudah beredar luas, tak ada Mall yang akan dibangun disana.

Saya jadi kasihan dengan para pengkritik model ini, mereka memproduksi imajinasi hanya untuk mengkritik Mas Anies. Mungkin, karena memang tak ada celah atas kinerja Mas Anies selama ini di Jakarta. Atau, karena memang kompetensi yang rendah serta hilangnya integritas di hati mereka. Hal ini menjadi peringatan bagi semua. Jika diteruskan, rasanya akan menggerus kualitas berdemokrasi di republik ini. Bagaimana tidak, kualitas percakapan dan perdebatan minim gagasan, minim data, dan yang paling berbahaya minim integritas. Perdebatan macam ini, takkan pernah membawa perbaikan, justru memantik perpecahan.

Jakarta hari ini sedang tumbuh bersama. Kritik amat dibutuhkan untuk memastikan apa yang dikerjakan oleh Mas Anies dan jajaran Pemprov DKI Jakarta tetap berada di jalur yang benar. Namun hal tersebut hanya akan hadir dengan kualitas kritik yang baik, bukan seperti sekarang ini yang cuma berdasarkan imajinasi gak jelas dari para pengkritik. Ingat, ujung dari semua proses yang terjadi hari ini adalah warga Jakarta. Jadi, jangan korbankan warga Jakarta dengan keriuhan atas khayal-khayal keliru dan mengadu domba.