Haji M Mursalin: Mengenang Pejuang Kemanusiaan Dokter Joserizal
Senin, 27 Januari 2020
Faktakini.net, Jakarta -
Dunia Islam kehilangan seorang sosok pejuang kemanusiaan. Pendiri Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) dr. Joserizal Jurnalis, Sp.OT wafat pada Senin (20/1) pukul 00.38 WIB di usia 56 tahun. Pejuang kemanusiaan yang lahir di Padang pada 11 Mei 1963 itu menghembuskan napas terakhirnya di RS Harapan Kita setelah hampir tiga tahun menderita penyakit jantung.
Para tokoh masyarakat, ulama, pejabat pemerintah, hingga aktivis kemanusiaan turut mengantarkan kepulangan Joserizal ke pangkuan Ilahi. Jenazahnya dimakamkan di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur.
Ada begitu banyak kisah inspiratif dokter Joserizal yang tersimpan dalam memori sahabat-sahabat seperjuangannya di MER-C. Salah satunya diungkapkan HM Mursalin, aktivis senior Forum Umat Islam (FUI) yang kini aktif di lembaga CSIL (Center of Study for Indonesian Leadership) dan KOMPI (Komando Ulama untuk Pemenangan Politik Islam).
Suara Islam Online berkesempatan menemui HM Mursalin untuk mengetahui lebih banyak perjuangan dokter Joserizal semasa hidupnya. Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana kisah awal persahabatan Anda dengan almarhum dokter Joserizal?
Persahabatan kita sudah lama, sejak kita para aktivis berkumpul karena kepedulian masalah umat yaitu adanya intervensi Amerika yang ingin alumni Afghanistan yang dituduh sebagai teroris agar ditangkapi. Ketika itu saya memotori gerakan bersama ulama, kemudian ada Munarman dari YLBHI dan sebagainya. Kita membuat tim gabungan untuk mengadvokasi masalah ini. Tim itu kita beri nama Tim KUAT, saat itu Jose menunjukkan sikap peduli terhadap orang-orang kecil yang tertindas.
HM Mursalin bersama dr Joserizal dan lainnya saat mengadvokasi kasus Amrozi cs.
Sejak saat itu saya melihat Jose punya jiwa menolong yang tinggi dan tidak peduli resikonya. Coba bayangkan, sejak awal MER-C membantu pengobatan Ustaz Abu Bakar Baasyir yang dituduh sebagai ikon terorisme, ia tidak khawatir sikap tersebut dapat berimbas kepada lembaganya, beliau tidak peduli jika ada tuduhan-tuduhan terhadap MER-C, ia tidak takut resiko itu demi kemanusiaan. Mental kuat dimilikinya karena secara fisik ia sudah banyak terlibat di daerah-daerah konflik yang itu resikonya lebih besar.
Joserizal seorang dokter spesialis bedah ortopedi dan traumatologi yang memiliki banyak pengalaman menolong korban konflik dan perang. Seperti konflik dan perang di Maluku, Mindanao, Afghanistan, Irak, Palestina, dan daerah-daerah lainnya. Medan yang berbahaya tidak menyurutkan niatnya memberikan pertolongan kepada umat dari berbagai macam latar belakang.
Sebagai sahabat, Anda menilai sosok dokter Joserizal itu seperti apa?
Dari sisi keperibadian, kalau boleh saya katakan dia punya kepribadian yang agung seperti idolanya yaitu Umar bin Khattab. Dia tidak suka terhadap kezaliman.
Contohnya, ketika kami transit di Dubai usai pulang dari Gaza, kami melihat ada tentara asing sedang memarahi Tenaga Kerja Wanita (TKW). Melihat kejadian itu Jose tidak terima dan mendatangi tentara itu. Dia mengatakan, “Anda tidak sopan dan tidak beradab terhadap orang kecil, seharusnya yang anda lawan itu tentara penjajah Amerika!”. Jose akhirnya marah dan berdebat, namun tentara itu akhirnya terdiam. Itulah Jose, dia tidak bisa membiarkan kezaliman.
Ketika sampai di Indonesia, kita dipanggil Kementrian Luar Negeri karena mendengar kami mau membangun Rumah Sakit dengan nama Indonesia (RSI). Awalnya Deplu mempertanyakan kenapa membuat RS dengan memakai nama Indonesia. Kami jawab, kami ini ada uang 80 miliar lebih dan itu semua uang rakyat Indonesia yang menyumbang dari program 20 ribu rupiah per orang, artinya itu mewakili banyak orang dari rakyat Indonesia. Jose mengatakan seharusnya pemerintah bangga dan mendukung kegiatan ini. Mendengar penjelasan itu, akhirnya Deplu kagum dengan gerakan rakyat Indonesia ini.
Seminggu kemudian, kami dipanggil oleh Mabes TNI untuk menanyakan apakah gerakan ini ada hubungannya dengan perang yang tengah berlangsung di Palestina. Kita jelaskan, ini tidak ada hubungannya dengan perang, ini gerakan kemanusiaan, membantu rakyat Palestina yang sedang dizalimi oleh Israel. Kita sampaikan visi misi gerakan ini, mereka setuju bahkan ada dua orang TNI menyatakan siap ikut ke Palestina jika diberi kesempatan. Jadi dari pengalaman itu, banyak orang yang berbalik mendukung gerakan kita, itulah salah satu kemampuan Jose dalam menyampaikan gagasannya.
Saya melihat Jose itu mempunyai keteguhan sikap yang luar biasa. Dia bersama tim membangun MER-C sampai kemudian menjadi lembaga yang besar, jiwa tanggungjawab dan kasih sayang dia terhadap MER-C akhirnya mengundang simpatik dan dipercaya orang. MER-C juga memiliki manajemennya baik, dan selalu aktif dalam berbagai momen kemanusiaan. Ketika terjadi musibah bencana, MER-C selalu hadir memberikan pertolongan. Dan dengan profesionalitas MER-C juga akhirnya banyak dokter-dokter yang bergabung.
Foto: HM Mursalin dan dr Joserizal Jurnalis
Sumber: suaraislam.id