Terungkap! Terkait Banjir, Pengamat: Proyek Kereta Cepat Jorok, Tutup Drainase Jalan
Sabtu, 4 Januari 2020
Faktakini.net, Jakarta - Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio menyinggung buruknya tata kelola pembangunan sejumlah proyek infrastruktur yang ikut menyumbang dampak banjir di wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek). Ia menyebut salah satunya ialah proyek kereta cepat PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC).
Ia mengungkapkan material proyek tak ditata rapi sehingga mengganggu drainase atau jalan air menuju ke sungai.
"Yang [banjir] Jabodetabek, pembangunan infrastruktur yang terjadi itu ngawur semua. Saya sudah peringatkan sejak awal Desember. Kepada seluruh pengelola Jalan Tol, Kepala BPJT (Badan Pengatur Jalan Tol) dan semuanya saya bilang, ini ngawur, pasti menutup drainase. Nah, kalau menutup drainase, ini [banjir] akan parah," ujarnya kepada CNNIndonesiacom melalui sambungan telepon, Kamis (2/1).
"Yang paling parah, yang paling jorok itu pekerjaan KCIC, yang kereta cepat. Coba lihat, waktu saya meninjau sebelum diresmikan, saya lihat itu, aduh ampun. Ini kalau hujan, bahaya. Benar kan," sambung dia.
Agus melanjutkan, akibatnya sejumlah daerah yang biasanya tak terdampak banjir kini kena imbas pula.
"Jadi Bekasi dan lain sebagainya itu terkena imbas, bahkan Halim. Karena drainase jalan tidak ada, dan Halim itu ada seperti situ kecil itu, air sudah tidak bisa masuk ke situ karena tertutup oleh galian KCIC dan juga dari LRT yang belum selesai," sambung dia lagi.
Perkara tersebut menurut Agus juga harus dipikirkan mengingat bulan ini baru memasuki musim hujan. Ia khawatir kondisi ini kian parah jika melihat program penanggulangan banjir seperti normalisasi sungai di Jakarta tak berjalan.
Mestinya, kata dia, pemerintah daerah dan pusat mampu lebih matang menyusun program dengan lebih baik, terlebih ada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang memasok data.
Pemerintah, kata Agus, harus lebih giat mengurangi sebaran banjir, di antaranya dengan mempercepat normalisasi sungai, melakukan pengerukan sungai secara berkala, memastikan pompa air bekerja, dan menyiapkan tanggul-tanggul.
Meski mengakui banjir tak akan sepenuhnya punah dari Jakarta, ia menyebut setidaknya dampak bah bisa ditekan.
"Untuk itu harus dilakukan pencegahan-pencegahannya, mengurangi, tidak menghilangkan. Banjir tidak mungkin hilang dari Jakarta. Karena land subsidence-nya [penurunan tanahnya] sudah sangat parah dan persoalan tata ruang sudah sangat ngaco. Tapi itu bisa dikurangi," ujar Agus.
CNNIndonesia.com telah berusaha mengonfirmasi pihak KCIC terkait hal ini melalui sambungan telepon maupun WhatsApp, namun belum ada tanggapan dari yang bersangkutan.
Pada 2017, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut genangan air di Jl. HR. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, adalah akibat tersumbatnya dua dari tiga saluran air oleh Proyek Light Rail Transit (LRT) dan proyek kabel fiber optik.
Ia juga mengungkapkan air di Jalan MT Haryono, di terowongan atau underpass Cawang arah Universitas Kristen Indonesia (UKI), Jakarta Timur, terhambat oleh beton proyek LRT.
Untuk banjir awal tahun 2020, Anies sendiri enggan menyalahkan proyek infrastruktur.
"Kalau curah hujan tidak ada kaitannya dengan bangunan, karena curah hujan datang dari atas toh?" kata dia di Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (2/1).
Presiden Joko Widodo yang saat menjadi Gubernur DKI mengalami sendiri banjir terparah tahun 2013 bahkan saat itu area Bundaran HI jadi lautan coklat, menuding alah satu penyebab banjir di awal tahun baru 2020 ini karena kerusakan ekosistem dan ekologi, serta masih banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan.
"Karena ada yang disebabkan kerusakan ekosistem, kerusakan ekologi yang ada. Tapi juga ada yang memang karena kesalahan kita yang membuang sampah di mana-mana. Banyak hal," kata Jokowi di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (2/1/2020).
Foto: Ilustrasi proyek infrastruktur kereta cepat. (CNN Indonesia/ Feri Agus Setyawan)
Sumber: cnnindonesia.com