Lanjutkan Tugas Dari Gus Sholah, KK-26 NU Langsung Gelar Rapat Di Gedung KH M Yusuf Hasyim
Selasa, 4 Februari 2020
Faktakini.net, Jakarta - Ketua Komite Khitthah-26 Nahdlatul Ulama (KK-26 NU), KH Salahuddin Wahid (Gus Solah) sudah meninggal dunia, menghadap Allah SWT, hari Ahad (2/2/2020).
Sementara masih banyak tugas yang diamanatkan beliau kepada KK-26 NU, khususnya dalam menghadapi Muktamar ke-34 NU di Lampung, akhir Oktober 2020 yang akan datang, belum terselesaikan.
“Salah satunya menerbitkan buku ‘KESEIMPULAN TEBUIRENG’. Prosesnya tinggal finishing. Jadwalnya, awal Februari 2020 ini, beliau yang mentashih (mengoreksi). Karena tidak ada beliau, maka, tim akan duduk bersama untuk melanjutkan tugas-tugas ini,” demikian disampaikan H Agus Solachul A’am Wahib, Sekretaris KK-26 NU kepada duta.co, di Gedung KHM Yusuf Hasyim, usai pemakanan jenazah almaghfurlah Gus Solah.
Hadir dalam rapat khusus itu, Prof Dr Ahmad Zahro, Prof Dr Rohmat Wahab (Yogjakarta), KH Suyuthi Toha (Banyuwangi) , H Agus Solachul A’am Wahib (Gus A’am), Drs Choirul Anam, KH Hamim Badrus Zaman, KH Ghozi Wahib Wahab (Jawa Tengah), serta sejumlah kiai dari berbagai daerah.
Drs Choirul Anam (Cak Anam) menyampaikan, bahwa, KK-26 NU tetap perpusat di Tebuireng, Tambakberas, Situbondo dan Bangkalan yang, semua itu merupakan basis dzurriyah muassis NU.
“Tadi saya sudah matur keluarga dalem (Gus Solah), bahwa, setelah ini akan terus dilanjutkan upaya meluruskan NU sebagaimana amanah beliau,” demikian disampaikan Cak Anam dalam pertemuan tersebut.
Menurut Cak Anam, pesan penting Gus Solah sudah sangat jelas. Pertama, selamatkan NU dari politik uang. Berilah manfaat ke NU, jangan memanfaatkan NU. Kedua, masuknya paham-paham liberal sudah sangat meresahkan umat. Ketiga, NU jangan sampai menjadi alat parpol tertentu. “Hari ini, NU seakan menjadi badan otonom PKB. Ini meresahkan kiai-kiai, termasuk Gus Solah,” tegas Cak Anam.
Harus Lebih Kuat
Hal yang sama disampaikan Prof Rohmat Wahab. Menurutnya, upaya untuk menegakkan khitthah-26 NU, ini tidak boleh berhenti. Justru harus semakin kuat sepeninggal Gus Solah. Karena, faktanya, belakangan ini langkah-langkah NU justru banyak yang bertentangan dengan tujuan awal didirikannya NU.
“Amanah beliau sudah lebih dari cukup. Selamatkan NU dari politik uang, selamatkan NU dari paham-paham liberal, muktazilah. Bersihkan NU dari politik uang. Bebaskan NU dari cengkeraman politik praktis,” tegasnya.
Prof Ahmad Zahro, berharap, setelah buku ‘KESIMPULAN TEBUIRENG’ terbit, segera dibagikan kepada seluruh PCNU dan PWNU sesuai amanah Gus Solah. “Setelah itu, tugas-tugas para kiai sebagaimana yang sudah dibagi bersama beliau, segera dijalankan. Selebihnya kita serahkan kepada Allah swt,” jelas Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya ini.
Rapat juga menyepakati, Bulan Februari 2020 akan digelar halaqah dengan melibatkan pesantren-pesantren. Agar sesegera mungkin bisa mensosialisasi hasil ‘KESIMPULAN TEBUIRENG’. (mky)
Foto: Dari kiri, Prof Rohmat Wahab, Prof Ahmad Zahro, KH Suyuthi Toha, Drs Choirul Anam dan Gus A'am Wahib. (FT/MKY)
Sumber: duta.co