Setiyardi Budiono: Memeluk Habib Rizieq Shihab Di Mekkah
Kamis, 20 Februari 2020
Faktakini.net
MEMELUK HABIB RIZIEQ DI MEKAH
(Bagian 3)
OLEH: SETIYARDI BUDIONO
KUMANDANG adzan Ashar terdengar. Habib menghentikan tausyiah. Semua orang diminta ikut menyimak adzan. Menjawab setiap kalimat muadzin.
***
Para santri Habib Rizieq menyiapkan tempat salat di ruang pertemuan. Kami memperbarui wudhu. Di halaman depan rumah ada enam keran untuk berwudhu para tamu. Sebagian tamu mengambil wudhu di dalam rumah, bersama para santri.
Setelah barisan siap, santri mengumandangkan iqamah. Lazimnya tuan rumah didapuk menjadi imam salat. Tapi untuk menghargai sang tamu, Habib Rizieq meminta KH. Ahmad Sidiq, Mutasyar Nahdhatul Ulama asal Jawa Timur, menjadi imam. Saya berdiri di shaf pertama, di sebelah kanan Habib Rizieq.
Setelah salam, Habib Rizieq langsung memimpin bacaan Qasidah Sa'duna Fiddunya, yang juga dikenal dengan nama lain Qasidah Khadijah Alkubro. Semua mengikuti. Melantunkan qasidah dengan bersemangat, kami ulangi tiga kali.
"Sa'duna Fiddunya, Fauzunaa Fil Ukhra
Bikhodijatal Kubro WafathimataL Zakhro
Sa'duna Fiddunya, Fauzunaa Fil Ukhra
Bikhodijatal Kubro WafathimataL Zakhro
Yaa Uhailal Ma'ruf Wal Atooil Mauhub
Gorotallil Malhuf Innakum bi Adraa
Yaa Uhailal Ma'ruf Wal Atooil Mauhub
Gorotallil Malhuf Innakum bi Adraa".
Artinya:
Kebahagiaan kami di dunia. Keberuntungan kami di akhirat
Dengan perantara Khodijah al Kubro
Dan Fathimah az Zahro
Kebahagiaan kami di dunia. Keberuntungan kami di akhirat
Dengan perantara Khodijah al Kubro
Dan Fathimah az Zahro
Wahai pemilik kebaikan
Dan pemberian yang disukai
Berikanlah kepada orang yang berduka. Sungguh kalian lebih mengerti dirinya
Wahai pemilik kebaikan
Dan pemberian yang disukai
Berikanlah kepada orang yang berduka. Sungguh kalian lebih mengerti dirinya.
Qasidah ini juga kerap dilantunkan Mbah Maimoen Zubair, ulama kharismatik NU pengasuh Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang. Ketua Tanfidz NU, KH. Said Aqil Siradj, mengungkap setiap pekan Mbah Maimoen membaca manaqib Khadijah Alkubro. Dan kenyataannya saat Mbah Maimoen wafat di Kota Suci Mekah pada 6 Agustus 2019, Beliau dimakamkan di Ma'la, tak jauh dari makam Khadijah Alkubro. Apakah itu berhubungan dengan qasidah yang kerap dilantunkan? Wallahua'lam.
***
Setelah salat kami mulai perbicangan. Saya menanyakan banyak hal pada Habib Rizieq. Soal pelariannya dari Tanah Air menjadi tema penting yang saya tanyakan. Banyak tudingan miring soal ini. Bahkan ada yang menyebutnya tak berani menghadapi persoalan hukum.
"Saya orang yang selalu gentle menghadapi persoalan hukum. Saya selalu hadapi. Dan saya pernah dipenjara. Tapi, kali ini lain. Soal rekayasa chat mesum dan penghinaan Pancasila, itu bukan persoalan hukum. Itu jelas persoalan politik. Dan untuk menghadapinya, harus dilakukan perlawanan. Konyol jika menyerahkan leher untuk ditangkap. Saya keluar dari Indonesia, hijrah, dalam rangka perlawanan. Dari Tanah Suci saya mengkoordinasikan semuanya," ujar Habib Rizieq.
Dan strategi perlawanan Habib Rizieq membuahkan hasil. Kini status dua perkara yang membelitnya, 'chat mesum' dan dugaan penghinaan Pancasila, memasuki babak baru. Polisi mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3). Menurut undang-undang, setidaknya ada dua alasan terbitnya SP3: tidak cukup bukti dan ternyata bukan tindak pidana.
Yang menarik, SP3 itu terbit setelah dua pejabat tinggi Indonesia berturut-turut mendatangi Habib Rizieq di Mekah. Mereka datang dengan misi khusus. Dan Habib Rizieq hanya mau menemui keduanya jika menerima SP3 atas kasusnya. Habib menyebut dua nama yang menemuinya.
"Tapi tak usah ditulis namanya. Nanti suatu saat, jika waktunya sudah tepat. Sekarang masih off the record," ujar Habib Rizieq.
Soal lain yang saya diskusikan dengan Habib Rizieq tentang Prabowo Subianto yang kini menjadi Menteri Pertahanan, pembantu Presiden Joko Wiodo. Habib Rizieq mengatakan dia tak mendukung pemerintahan Jokowi. Dan juga menegaskan bahwa Prabowo tidak pernah berkonsultasi untuk bergabung menjadi menteri.
"Hingga sekarang pun tak pernah menelepon," ujar Habib Rizieq.
Tapi Habib menyadari itu sepenuhnya hak politik Prabowo. Ulama tidak punya kewenangan untuk mengatur. Hanya saja Habib lantas membandingkan dengan saat Habibie menjadi Presiden pada 1998.
Saat menggantikan Soeharto, ujar Habib Rizieq, Habibie merasa butuh dukungan dari para tokoh Islam. Dan saat diundang Habibie, para tokoh Islam bersedia mendukung Habibie, dengan dua syarat: tidak boleh mengeluarkan peraturan dan bertentangan dengan Islam, dan membebaskan semua tahanan politik tanpa kecuali. Semua dipenuhi Habibie. Bahkan, Habib AlHabsy, terpidana mati kasus peledakan Candi Borobudur pun bebas. Tanpa syarat.
"Lihat sekarang. Apa manfaat bergabungnya Prabowo di pemerintahan Jokowi? Bahkan Kivlan Zein, tokoh yang mati-matian membela Prabowo, kini diseret ke pengadilan," ujar Habib. Matanya menatap ke langit-langit rumah. Terlihat jelas kekecewaan di wajahnya.
***
Waktu begitu cepat berlalu. Para tamu pamit pulang. Habib Rizieq menyatakan terima kasih atas kedatangan para tamu. Tiba-tiba Habib berkata, "Pak Setiyardi jangan pulang dulu. Banyak hal ingin saya bicarakan." Saya kembali duduk. Ditemani Zarkoni, sahabat saya yang juga adik KH. Didin Hafizdudin. Para santri menyiapkan minuman baru. Teh rasa mint khas Arab. Juga beberapa toples kurma.
Kami melanjutkan perbincangan. Saya tanyakan kapan bisa kembali ke Indonesia. Habib bilang dia berharap bisa pulang secepatnya. Saat ini, katanya, Pemerintah Indonesia masih belum menghendaki kepulangannya.
"Pak Setiyardi sedang umrah. Mohon doakan saya di depan Multazam," ujarnya.
Banyak hal yang kami diskusikan. Tapi Habib meminta itu off the record, tak ditulis. Saya kemudian meminta izin Habib Rizieq menerima saya sebagai muridnya. Kami saling berpegangan tangan. Kulit bertemu kulit. Habib Rizieq mengangkat kedua tangannya, berdoa khusus untuk saya. Suasana begitu haru. Saya mengaminkan setiap lantunan doa.
Sejurus kemudian, saya mohon diri. Habib memeluk saya dengan erat. Saya bergegas ke Masjidil Haram menumpang taksi yang dipesankan santri Habib Rizieq. Di perjalanan menuju Masjidil Haram, saya kembali tergiang syair Qasidah Sa'aduna Fiddunya:
"Sa’duna Fiddunya, Fauzunaa Fil Ukhra
Bikhodijatal Kubro WafathimataL Zakhro".
Kebahagiaan kami di dunia, keberuntungan kami di akhirat
Dengan perantara Khodijah al Kubro, dan Fathimah az Zahro...
Penulis adalah wartawan Kantor Berita Politik RMOL.
Sumber: rmol.id