Tanggapi Survei Ngawur: Surat Cinta Untuk Indo Barometer, Politik Survei Untuk Anies?


Rabu, 19 Februari 2020

Faktakini.net

SURAT CINTA UNTUK INDO BAROMETER, POLITIK SURVEI UNTUK ANIES?

Survei Indo Barometer tentang persepsi publik atas perbandingan kinerja 3 Gubernur DKI Jakarta (Jokowi, Ahok, Anies Baswedan) sungguh menggelitik akal sehat, kenapa? Ini alasannya.

1. Responden

Survei ini dikategorikan sebagai survei nasional melibatkan 1.200 responden. Bagaimana mungkin Indobarometer menanyakan tentang pendapat publik terkait kinerja Gubernur DKI Jakarta kepada masyarakat Indonesia.

Ini mungkin semakin menegaskan bahwa Gubernur DKI memang Gubernurnya Indonesia, begitu kah? Kalau anda ditanya tentang bagaimana kasih sayang ayah terhadap anak-anaknya, apakah akan bertanya kepada tetangga? Kepada penjual bakso yang lewat depan rumah? Atau kepada rumput yang bergoyang?

Jika survei ini tentang kinerja Pemerintah DKI maka tanyakanlah kepada Warga DKI yang merasakan langsung kinerja Gubernurnya sehingga penilaiannya akan lebih objektif.

2. Periode Survei

Survei sengaja dilaksanakan pada 9-15 Januari 2020 saat musim penghujan datang, dan banjir memang sedang melanda sebagian wilayah Jakarta dan wilayah Indonesia lainnya.

Bagi siapa pun orang yang terkena musibah atau mengalami sebuah perasaan tertentu yang menyakitkan, maka akan mudah memberikan rating yang rendah.

Persepsi responden akan sangat Subjektif mengingat survei ini dilakukan saat musim-musim sensitif.

Seperti misalnya survei persepsi publik beberapa tahun silam tentang kinerja pemerintah. Survei ini dilaksanakan setelah musim panen yang menanyakan tentang kinerja pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan.

Angka kemiskinan menunjukkan penurunan drastis dan angka masyarakat miskin jumlahnya pun menurun. Wajar saja, surveinya dilaksanakan setelah panen dimana masyarakat kemudian memiliki bahan makanan dan uang setelah menjual hasil panen.

3. Metode pengambilan sampel

Pemilihan Multi-stage sampling dalam penelitian berskala nasional dimana ukuran geografis menjadi kendala maka teknik ini akan tepat.

Namun, bila survei ini harusnya ditujukan kepada warga DKI Jakarta saja maka sebaiknya multi-stage sampling sebaiknya dihindari. Apalagi teknik sampling ini sarat subjektivitas.

4. Kelabilan Jawaban VS Kelabilan Analisis.

Seperti pemberitaan yang beredar, terdapat pernyataan, 60% responden menjawab bahwa Banjir merupakan tanggung jawab Pemprov DKI Jakarta hanya 20% menilai ini kewajiban pemerintah pusat.

Pernyataan selanjutnya, 60% responden sepakat bahwa banjir di Jakarta dapat ditangani karena tiga alasan: banjir di Jakarta disebabkan oleh kesalahan manusia, tergantung kepemimpinan Gubernur, dan KEBIJAKAN PEMERINTAH PUSAT.

Disitulah letak kelabilan, entah kelabilan responden dalam menjawab atau kelabilan tim survei dalam menganalisis.

Kelabilan itu adalah, sudah ada 60% responden yang percaya bahwa banjir adalah kewajiban pemerintah DKI kenapa pula ada 60% orang yang kembali percaya bahwa banjir ini bisa ditangani pemerintah pusat?

Seperti makan gado-gado semua harus dicampur aduk. Kalau ini adalah kelabilan responden, wajar saja karena survei diadakan saat banjir, macet, dan penyakit-penyakit pembanguan di Jakarta sengaja di eskpose habis-habisan.

Namun bila ini kelabilan analisis, mungkin patut dipertanyakan, sejauh mana analytical thinking tim survei Indobarometer berjalan, sungguh patut dipertanyakan.

Semoga publik tidak menilai ini sebagai politik survei yang sedang dimainkan oleh perusahan survei politik terhadap Anies Baswedan.

Oleh

Ahmad Daus

Pemerhati Politik