Habib Asadullah Alaydrus: Merajut Kembali Tenun Ukhuwah Yang Terkoyak
Sabtu, 21 Maret 2020
Faktakini.net
Merajut Kembali Tenun Ukhuwah Yang Terkoyak
Oleh: Habib Asadullah Bin Alwy Alaydrus
Merespon kejadian persekusi dan upaya pembubaran kegiatan pengajian di salah satu hotel di kota Malang pada Tanggal 9 Maret 2020 yang lalu, --oleh segelintir orang-- maka kami menginisiasi pertemuan yang melibatkan berbagai elemen di Kota Malang.
Kami mengundang tokoh Habaib Malang, NU, Muhammadiyah, Al Irsyad, Robithoh Alawiyyin, FPI, komunitas suporter Aremania dan Kapolresta Malang beserta unsur masyarakat lainnya. Agar kita semua bisa mencari solusi dan jalan keluar terhadap permasalahan tersebut. Supaya kejadian serupa tidak terulang kembali pada masa yang akan datang.
Sebab menurut kami, merajut ukhuwah antar anak Bangsa adalah hal yang sangat susah. Sedang membuatnya retak, sungguh itu adalah yang sangat mudah. Kita pun meyakini bahwa kemerdekaan yang kita nikmati hari ini, karena para pendahulu kita dahulu bersatu dalam bingkai ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathoniyah.
Pertemuan tersebut kami niatkan silaturrahmi santai dan makan malam antar tokoh agama, tokoh masyarakat dan Kepolisian sebagai penanggung jawab keamanan di Kota Malang.
Pertemuan kami gelar di kediaman orang tua kami, Al Maghfurlah Al Habib Al Ustadz Alwy Bin Salim Alaydrus di JL. Tanjung Malang. Sebab di masa hidup beliau, rumah tersebut adalah tempat untuk menjalin ukhuwah dan islah antar kelompok yang berbeda dan sedang terlibat konflik. Rumah tersebut juga adalah rumah bersejarah bagi sebagian besar kiai dan habaib di Malang Raya. Karena di rumah tersebutlah dulu ayah kami semasa hidupnya mengajar para santrinya, yang sebagian besar adalah para kiai dan habaib.
Pertemuan kami buat secara santai, dengan saling ngobrol dan mengemukakan berbagai uneg-uneg dan gagasan masing-masing. Masing-masing orang kami beri kesempatan bicara. Agar kita terbiasa bicara saling berhadapan, tidak ngomong di belakang yang berpotensi menimbulkan salah paham dan saling curiga.
Pun, pihak Kepolisian kami berikan kesempatan bicara secara terbuka, untuk memberikan argumentasi terkait standar pengamanan dan tindakan yang harus dilakukan ketika melakukan pengamanan suatu acara atau mencegah potensi konflik di tengah masyarakat.
Alhamdulillah, --walau belum maksimal-- acara kami nilai sukses. Ustadz Mahmudi dan Ustadz Atho'dari NU, Ustadz Dr. Abdul Haris Ketua PD Muhammadiyah dan Ustadz Mujahid Ketua PD Pemuda Muhammadiyah Kota Malang hadir bersama KOKAM.
Habib Abdullah bin Umar Syahab Ketua FPI Kota Malang beserta unsur LPI-nya juga hadir. Ustadz Farhan Bin Thalib dan Ustadz Abdullah Hadhromi mewakili Al Irsyad juga hadir.
Komunitas Habaib diwakili oleh Habib Hamid Mauladawilah yang juga penasehat GAMAL (Gerakan Aswaja Malang Raya) dan Ketua Robithoh Alawiyyin Malang, Habib Hasan bin Alwi Aseggaf. Tampak Gus Yusuf Abdurrahman yang dikenal dekat dengan aparat, juga hadir.
Aremania sebagai kelompok suporter Arema yang mempunyai ribuan anggota se-Malang Raya, juga tidak boleh dibaikan keberadaannya. Maka, kami pun mengundang mereka. Alhamdulillah, dari Aremania yang hadir, Sam Udin bersama Sam Farid Asnan dan Haji Zaki. Kebetulan memang ayah Sam Farid dan Haji Zaki, juga adalah murid ayah kami.
Kapolresta Malang yang kami undang secara khusus, ternyata berhalangan. Beliau diwakili Kasat Intelkam, kompol Sutiono dan jajarannya. Tapi tetap tidak mengurangi substansi pesan yang ingin kami sampaikan kepada beliau.
Gerakan Aswaja Malang Raya (Gamal) sebagian besar koordinatornya hadir. Gamal selama ini memang selalu berupaya berada di tengah, berusaha se-obyektif mungkin menyikapi berbagai perbedaan dan dinamika politik dan keagamaan yang terjadi di tengah masyarakat. Utamanya di kawasan Malang Raya.
GAMAL secara serius ingin membantu Kepolisian dan berbagai pihak agar Malang senantiasa kondusif. Tidak memberikan ruang apapun kepada para provokator dan pihak manapun yang ingin mengacau ketentraman warga Malang.
Pertemuan Senin 16 Maret 2020 yang lalu adalah pertemuan awal untuk pertemuan-pertemuan lanjutan yang akan kita lakukan di masa-masa yang akan datang. Dari Malang, kita ingin menyampaikan pesan damai kepada seluruh anak Bangsa yang menghuni punggung NKRI.
Negeri yang dibangun dengan kucuran air mata dan kubangan darah para ulama dan pejuang kemerdekaan ini harus kita jaga, untuk tetap tegak berdiri mengayomi segala golongan. Islam sebagai agama mayoritas harus memberikan pengayoman kepada minoritas. Sebaliknya, agama lain yang minoritas, harus bisa memberikan penghormatan semestinya kepada mayoritas.
Sudah menjadi sunnatullah bahwa masing-masing kelompok dalam tubuh ummat Islam itu memang mempunyai perbedaan. Perbedaan adalah SunnatuLlah, tapi semua itu jangan sampai menjadi penghambat bagi kita untuk bersatu.
Yang harus kita kedepankan adalah persamaan, bukan perbedaan. Kita harus menyadari bahwa perbedaan itu hanya dalam urusan furu' (cabang), bukan ushul (pokok). Satu hal yag pasti bahwa persamaan utama kita sebagai ummat Islam, adalah Tauhid. Kita percaya sepenuhnya bahwa Tuhan kita sama: Allah Subhanahu Wata'ala. Sebagaimana kitapun sama-sama ummatnya Kanjeng Nabi MUhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Adapun masalah furu' masing-masing kita mempunyai keyakinan akan kebenaran, sesuai dengan latar belakang, kita rujukan dan guru panutan. Pun, dalam tata cara berdakwah, tidak mungkin untuk dibuat seragam semua. Keragaman kita adalah dinamika yang indah.
Lebih jauh lagi, sebagai sesama anak Bangsa, nyaris tidak ada perbedaan apapun antara kita. Kita telah bersepakat bahwa Pancasila sebagai dasar Negara telah final. UUD 45, yang menjadi acuan kehidupan berbangsa itu digagas oleh Ulama dan tokoh Bangsa lainnya dari kalangan Nasionalis. dan apabila ada penentangan tauhid atau penolakan Pancasila, maka kita lakukan pendekatan dan diskusi ilmiah serta berusaha menyadarkan dengan landasan ukhuwah islamiyah dan wathoniyah.
Berdiskusi dan berdialog berdasarkan data dan pendekatan ilmiah, itu harus menjadi budaya kita bersama. Karena forum-forum semacam itu bisa mengurai segenap kekeluan yang mengikat hati dan otak kita. Kepolisian adalah lembaga yang paling strategis untuk menjadi fasilitator..
Untuk itu, aparat Kepolisian dalam hal ini harus benar-benar menjadi wasit yang adil terkait berbagai dinamika yang berkembang di tengan masyarakat. Teguh melindungi semua kelompok. dan menindak sesuai Hukum yang berlaku di negara kita apabila ada pelanggaran.
Dengan begitu, kami yakin bahwa ukhuwah islamiyah dan wathoniyah akan benar-benar terwujud secara nyata. Tanpa kepura-puraan dan kamuflase.
*Penulis adalah Awan Syuriah PCNU MALANG dan juga Koordinator Utama Gerakan Aswaja Malang Raya (GAMAL)