Lumpuh Total 8 Tahun Dan Dirawat Oleh Sang Ibu, Sandi Akhirnya Dibantu HILMI - FPI


Rabu, 4 Maret 2020

Faktakini.net, Jakarta - Balasan salam yang ramah menyeruak dari dalam rumah saat kami tiba di bilangan Empang Tiga, Kalibata Timur, Jakarta Selatan, untuk menjenguk Sandi (47), ayah dari tiga anak yang telah menderita lumpuh total selama delapan tahun lamanya.

Jumat petang (28/02) itu, ditemani Habib Ali Al Hamid, Ketua DPP Hilal Merah Indonesia (HILMI), kami harus berjalan kaki untuk sampai ke bangunan kecil sederhana yang nampak telah berusia tua. Berdiri di sisi parit besar dengan ukuran jalan yang sempit dan terhimpit di antara bangunan-bangunan lain yang cukup padat.

Usai kami dipersilahkan masuk, aroma lembab tercium. Beberapa sisi lantai dan tembok nampak masih terlihat basah. Bagian atap rumah juga terlihat rusak, menyisakan kebocoran bekas hantaman air.

“Tempo hari banjir. Rumah ini kerendam sepinggang, sampai naik ke atas tempat tidur.” Ujar Djaenarsih (72) ibunda Sandi memberikan alasan.

Sebab itulah, Djaenarsih selalu was-was keadaan anaknya apabila hujan turun. Mengingat daerahnya sering dilanda banjir. Sejak awal tahun, banjir kemarin adalah kali ketiga yang dialami.

Namun kini Ibu Djaenarsih berlega nafas, sebab tidak lama lagi Sandi akan pindah ke ruangan baru persis di samping rumah. Rasa bahagia itu terwujud berkat sumbangsih para donatur, antara lain Habib Diya serta beberapa para habaib lain yang tidak ingin disebutkan namanya dan Farhan bin Mahfudz yang disalurkan lewat HILMI lembaga kemanusiaan Front Pembela Islam (FPI), yang telah mendirikan bangunan berupa kamar baru berukuran 4 x 3,5 meter untuk Sandi. Yang kini masih dalam proses penyelesaian.

Kamar yang dibangun pada lahan kosong yang lebih tinggi tersebut juga nantinya berguna untuk keperluan Ibu Djaenarsih melaksanakan shalat lima waktu. Sebab apabila banjir datang, beliau harus menumpang shalat di rumah tetangga.

Tak kalah penting, HILMI-FPI juga telah menyalurkan satu unit Hospital Bed (tempat tidur ala rumah sakit) sumbangan dari Ami Fahmi Askar dari Masjid Abu Bakar Ashshiddiq, Jakarta guna memberikan kenyamanan Sandi untuk beristirahat dan tidur.

Sandi sangat bersyukur, sebab selama ini dirinya hanya bisa terbaring di atas ranjang tua peninggalan almarhum ayahnya, yang dirasa sulit merebahkan posisi tubuhnya yang lumpuh. Tak jarang ia merasakan sakit akibat salah posisi.

Kesulitan juga terekam oleh kami, saat Ibu Djaenarsih hendak berupaya memindahkan tubuh Sandi dari kursi roda ke tempat tidur usai dirinya dimandikan.

Karena ketiadaan tempat, ranjang baru pemberian HILMI-FPI masih tersandar di ruang tamu. Baik Sandi dan Ibu Djaenarsih, berharap agar di kamar barunya nanti, Sandi dapat tinggal dengan nyaman.

Kasih Ibu Tak Lekang oleh Waktu

Peran penting Ibu Djaenarsih dalam merawat Sandi juga terlukis dari pengalan-pengalan obrolan di sela kunjungan. Bahkan Sandi menuturkan awal dirinya menderita kelumpuhan, Ibunya harus bersusah payah hilir mudik dari Kalibata ke Kawasan Manggarai, Jakarta Selatan yang jaraknya cukup jauh. Hanya untuk menjenguk dan merawat anaknya selama tinggal di rumah pihak keluarga istri.

Namun beban Ibu Djaenarsih kian bertambah, karena di satu sisi beliau juga harus merawat suaminya yang juga sedang sakit. Ditambah kabar perlakuan minim yang didapatkan Sandi dari istri dan keluarga di Manggarai. Perlakuan tersebut memaksa Ibu Djaenarsih harus memboyong Sandi ke Kalibata.

Sambil meremas-remah tangannya sebagai bentuk terapi harian, Sandi mengatakan semua adalah kehendak Allah harus diterimanya dengan lapang dada. Meski dirinya harus berpisah dari istri dan ketiga anak-anaknya yang masih kecil.

Sandi tidak ingin mengeluh dan menuntut banyak dari apa yang terjadi. Seperti hal dirinya berkata mencukupkan saat Habib Ali bertanya soal kebutuhan lain yang ia inginkan dari HILMI-FPI. “Obat, vitamin, pempers masih cukup Bib.” Jelas Sandi kepada Habib Ali.

Bagi Sandi kekuatan itu bersumber dari keikhlasan sang Ibu yang selama ini dengan paripurna merawatnya tanpa kenal lelah. Dari menyuapinya makan, memandikan, sampai keperluan saat dirinya buang air besar.

Perumpamaan lain juga dituturkan Habib Ali lewat utasan tausyiah singkat, bahwa sesunggunya cinta ibu kepada anaknya tidak mengenal batas. Maka, sayangilah dan rawatlah ibumu selagi masih ada.

Awal Kisah Pilu

Seperti yang telah dikisahkan sebelumnya, awal sebab Sandi mengalami kelumpulan total bermula di tahun 2012. Pada saat itu, Sandi sedang menemani anaknya tamasya renang di kawasan Ancol, Jakarta Utara.

Ketika Sandi memulai menceburkan dirinya, tanpa diduga kepalanya langsung tersungkur dan terbentur lantai di dasar kolam dengan kedalaman 2 meter. Sandi tak sadarkan diri. Selama kurun satu setengah jam, tubuh Sandi berada di dasar kolam tanpa satu pun diketahui orang.

Anaknya yang resah mencari keberadaan ayahnya, beruntung mengetahui keberadaan Sandi. Teriakan meminta tolong terdengar para petugas Ancol. Dalam kondisi tidak sadarkan diri, akhirnya Sandi dilarikan ke RS Satya Negara, yang tak jauh dari lokasi kejadian. Sandi pun dirawat selama satu bulan dua minggu dengan biaya ditanggung pihak Ancol.

Dari hasil pemeriksaan fungsi sel saraf motorik Sandi dinyatakan cidera. Sandi pun mengalami kelumpuhan. Beruntung kedua matanya masih berfungsi, hingga saat itu ia masih bisa tetap berkomunikasi dengan baik.

Seiring waktu berjalan selama perawatan tidak ada perkembangan berarti. Sandi lumpuh total. Mirisnya pihak Ancol pun menghentikan bantuan.

Atas pertimbangan ekonomi, Sandi akhirnya dibawa pulang pihak keluarga untuk dirawat di rumah. Selama dua tahun lamanya Tubuh Sandi nyaris tanpa sentuhan medis.

Tidak ingin berputus asa, pihak keluarga pun mengupayakan Sandi berobat alternatif ke beberapa tempat. Namun lagi-lagi tiada perubahan berarti.

Upaya rehabilitasi Sandi pun pernah diupayakan pihak keluarga ke RS Fatmawati, Jakarta selama dua tahun. Lagi-lagi karena ketidakmampuan ekonomi, upaya pun pupus di tengah jalan.

Sejak 2014 Sandi hanya bisa terbaring di rumah. Hingga akhirnya pada Desember 2019 keadaan Sandi terdengar oleh seorang laskar FPI yang akhirnya diteruskan ke divisi kemanusiaan HILMI untuk ditindaklanjuti.

Bantuan HILMI-FPI pun digulirkan, mulai dari vitamin penghangat badan, pempers dan lainnya. Sesuai dengan apa saja yang dibutuhkan Sandi dalam beberapa kunjungan dan bantuan.

Sebelum kunjungan ini, HILMI DKI Jakarta pimpinan Habib Hafiz Assegaf, beserta rombongan di antaranya DPW FPI Jakarta Selatan, Front TV dan para donatur juga menyambangi rumah Sandi untuk memberikan bantuan. Hingga pada akhirnya pada tahap ini berupa pendirian kamar baru bagi Sandi.

Sumber: HILMI - FPI