Biografi Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al Hasani


Jum'at, 8 Mei 2020

Faktakini.net

*BIOGRAFI SINGKAT ABUYA AS SAYYID MUHAMMAD AL MALIKI AL HASANI*

✒️Abuya As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi Al-maliki Al-Hasani lahir di kota Makkah tahun 1365 H / 1945 M. Pendidikan pertamanya adalah Madrasah Al-Falah Makkah, dimana ayah beliau As-Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki Al-Hasani sebagai guru agama di sekolah tersebut yang juga merangkap sebagai pengajar di halaqah di Haram Makki yang tempatnya sangat masyhur dekat Babussalam

Setelah As-Sayyid Alwi Al-Maliki wafat, putra beliau *As-Sayyid Muhammad* tampil sebagai penerus. Disamping mengajar di Masjidi Haram, beliau diangkat sebagai dosen di Universitas King Abdul Aziz- Jeddah dan Univesitas Ummul Qura Makkah bagian ilmu Hadith dan Usuluddin. Cukup lama beliau menjalankan tugasnya sebagai dosen di dua Universiatas tsb, sampai beliau memutuskan mengundurkan diri dan memilih mengajar di Masjidil Haram sambil membuka majlis ta’lim rumah beliau di Utaibiyyah kemudian pindah ke Rushoifah ..

📚Abuya As-Sayyid Muhammad Al-maliki dikenal sebagai guru, pengajar dan pendidik yang tidak beraliran keras, tidak berlebih-lebihan, dan selalu menerima hiwar dengan hikmah dan mauidhah hasanah. Beliau ingin mengangkat derajat dan martabat Muslimin menjadi manusia yang berperilaku baik dalam muamalatnya kepada Allah dan kepada sesama, terhormat dalam perbuatan, tindakan serta pikiran dan perasaannya.

💡Beliau adalah orang cerdas dan terpelajar, berani dan jujur serta adil dan cinta kasih terhadap sesama. Itulah ajaran utama Abuya As-Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki. Beliau selalu menerima dan menghargai pendapat orang dan menghormati orang yang tidak sealiran dengannya atau tidak searah dengan thariqahnya. Dalam kehidupannya beliau selalu bersabar dengan orang-orang yang tidak bersependapat baik dengan pemikirannya atau dengan alirannya, semua yang berlawanan diterima dengan sabar dan dijawab dengan hikmah.

Beliau tahu persis bahwa kelemahan Islam terdapat pada pertikaian para ulamanya dan ini memang yang di inginkan musuh Islam. Sampai-sampai beliau menerima dengan rela digeser dari kedudukannya baik di Universitas dan ta’lim beliau di masjidil Haram. Semua ini beliau terima dengan kesabaran dan keikhlasan bahkan beliau selalu menghormati orang orang yang tidak bersependapat dan sealiran dengannya, semasih mereka memiliki pandangan khilaf yang bersumber dari al-Quran dan Sunah.

🗓️Pada tanggal 11 Dzul Qo’dah 1424 H / 4 Januari 2004 M, beliau mendapat kesempatan untuk memberikan ceramah di hadapan *Wakil Raja Saudi Arabia* , Amir Abdullah bin Abdul Aziz yang isinya beliau selalu menggaris-bawahi akan usaha menyatukan suara ulama dan menjalin persatuan dan kesatuan da’wah.

Di samping tugas beliau sebagai da’i, pengajar, pembibing, dosen, penceramah dan segala bentuk kegiatan yang bermangfaat bagi agama, beliau pula seorang pujangga besar dan penulis unggul.

📚Tidak kurang dari 100 buku yang telah dikarangnya, semuanya beredar di seluruh dunia. Tidak sedikit dari kitab2 beliau yang beredar telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, Prancis, Urdu, Indonesia dll.

*HAI'AH ASY SHOFWAH AL MALIKIYYAH* Himpunan Alumni Abuya Sayyid Muhammad Al Maliki Al Hasani, Mekkah.

# 15
SANG IMAM
* Terkabul Malah Menyesal

Suatu malam di bulan ramadhan, Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki sangat sibuk dengan banyak hal, sehingga beliau baru siap untuk beristirahat pada pukul dua dini hari.

Ketika bersiap untuk beristirahat tiba-tiba Abuya berkata sambil tersenyum: "Andai saja ada nasi biryani yang masih panas.."

Sayapun tertawa kecil karena menganggap kata-kata Abuya itu hanya sebuah candaan, tetapi sepertinya Abuya memang sedang membayangkan nasi biryani, mungkin kesibukan beliau sejak selesai tarawih tadi membuat beliau merasa lapar lebih cepat.

Beberapa saat kemudian terdengar suara bel pintu gerbang berbunyi, kamipun terkejut karena ada tamu di tengah malam begini.

Tidak lama kemudian penjaga pintu gerbang datang memberi tahu bahwa ada seseorang yang ingin bertemu Abuya, saya lupa siapa orang tersebut, yang pasti dia orang Makkah, murid Abuya. Dengan perasaan aneh Abuya mengizinkan tamu itu masuk.

Tamu itupun masuk membawa nampan besar yang tertutup rapat, nampan itu langsung diletakkan didepan Abuya yang sedang duduk di kursi.

Setelah basa basi sebentar, tamu tersebut pamit untuk pulang. Suasana masih sedikit tegang karena kami merasa tidak wajar seorang murid Abuya berani menemui beliau di tengah malam hanya untuk memberikan makanan.

Kemudian Abuya menyuruh seorang dari kami untuk membuka nampan besar tersebut, ternyata isinya adalah nasi biryani yang masih panas.

Kami semua tersenyum dan tiba-tiba sadar bahwa beberapa menit menit yg lalu Abuya menginginkan nasi biryani.

Namun tiba-tiba Abuya beristighfar berulang - ulang dan wajah beliau nampak sangat sedih. Beliau kemudian berkata: "Andai saja tadi aku menginginkan ampunan ALLAH saja, andai saja tadi aku tidak menginginkan nasi biryani."

Abuya merasa Allah SWT mengabulkan keinginan beliau, maka beliau sangat menyesal karena keinginan itu adalah kenikmatan dunia, yaitu nasi biryani. Dengan wajah sedih dan penuh penyesalan Abuya berulang-ulang berkata: "Kenapa tadi aku tidak menginginkan ampunan Allah saja."
Penyesalan itu membuat Abuya menjadi tidak selera makan, beliau nampak sedih seperti kehilangan sesuatu yang amat berharga. Akhirnya Abuya menyuruh kami agar mebawa keluar nasi biryani itu untuk dimakan santri.