Parah! Indonesia Satu-satunya Negara di Asia Tenggara Yang Belum Turunkan Harga BBM
Rabu, 6 Mei 2020
Faktakini.net, Jakarta - Kementerian ESDM belum juga menurunkan harga BBM subsidi dan nonsubsidi hingga saat ini. Padahal sejak 18 Maret 2020, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah meminta para menterinya mengkaji penurunan harga BBM dalam negeri seiring dengan anjloknya harga minyak mentah dunia. Sekarang harga minyak sudah jatuh hingga ke level USD 20 per barel.
Indonesia adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak menurunkan harga BBM ketika harga minyak mentah merosot tajam dalam 3 bulan terakhir.
Dikutip dari globalpetrolprices.com yang mencatat harga bensin RON 95 di seluruh dunia, Singapura sudah beberapa kali menurunkan harga sejak pertengahan Februari dari USD 1,54 per liter menjadi saat ini USD 1,40 per liter. Laos juga sudah menurunkan harga dari USD 1,17 per liter pada pertengahan Februari menjadi USD 1,08 per liter.
Harga bensin RON 95 di Thailand pada pertengahan Februari masih USD 1,03 per liter dan sekarang tinggal USD 0,76 per liter. Filipina dari USD 0,97 per liter menjadi USD 0,79 per liter. Kamboja dari 0,96 per liter kini USD 0,65 per liter.
Penurunan harga yang cukup drastis dilakukan Vietnam, yakni dari USD 0,87 per liter pada Februari menjadi USD 0,50 per liter saat ini. Demikian juga dengan Myanmar yang pada Januari lalu mematok harga bensin RON 95 seharga USD 0,68 per liter dan sekarang hanya USD 0,37 per liter. Awalnya harga BBM di Vietnam dan Myanmar lebih mahal dari Indonesia, sekarang jadi lebih murah.
Sementara Malaysia tetap menjadi negara dengan harga BBM termurah di Asia Tenggara. Sejak awal tahun hingga awal Maret 2020, harga bensin RON 95 di Malaysia bertahan di USD 0,48 per liter, kemudian beberapa kali turun hingga menjadi USD 0,29 per liter pada April ini.
Sedangkan Indonesia, sejak awal Februari sampai sekarang masih mempertahankan harga bensin RON 95 di angka USD 0,65 per liter. Di Asia Tenggara, ada 3 negara yang mematok harga BBM lebih murah dibanding Indonesia, yaitu Malaysia, Myanmar, dan Vietnam. Selain itu, harga bensin Indonesia setara dengan Kamboja. Hanya Thailand, Filipina, Laos, dan Singapura yang harga bensinnya lebih mahal dari Indonesia.
Terkait keputusannya untuk menahan harga BBM di tengah murahnya harga minyak, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengaku pihaknya mempertimbangkan berbagai hal.
Pertama, menurut dia harga minyak dunia masih belum stabil dan memiliki volatilitas yang cukup tinggi, berpotensi turun atau naik lagi. Pemerintah pun terus memantau perkembangan harga komoditas tersebut.
“Selain itu, (pemerintah) juga menunggu pengaruh dari pemotongan produksi OPEC+ (negara produsen minyak mentah) sekitar 9,7 juta barel per hari pada Mei-Juni 2020 dan pemotongan sebesar 7,7 juta barel per hari pada Juli-Desember 2020, serta 5,8 juta barel per hari pada Januari 2021-April 2022,” kata Arifin Tasrif dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI secara daring, Senin (4/5).
Selain itu, menurut Arifin, harga BBM di Indonesia merupakan salah satu yang termurah di antara negara-negara ASEAN dan beberapa negara di dunia. Di sisi lain, volume penjualan BBM dalam negeri turun secara signifikan sekitar 26,4 persen pada April dibandingkan kondisi sebelum pandemi COVID-19 selama Januari dan Februari.
“Jadi, pemerintah masih menjaga harga tetap karena harga minyak dunia dan kurs masih tidak stabil serta dapat turun. Menyikapi kondisi ini, beberapa badan usaha melakukan aksi korporasi seperti pemberian diskon dan antara lain berikan diskon dan pikirkan juga para nelayan yang gunakan Solar dan LPG di daerah yang memang kesulitan biaya kerjanya,” ujar Arifin.
Di Medsos pun beredar kecaman kepada Ahok
*AHOKER TAK USAH URUSI IBADAH UMAT ISLAM, URUSI SAJA AHOK YANG JUALAN BENSIN MAHAL SAAT PANDEMIK, PADAHAL HARGA MINYAK DUNIA ANJLOK*
Oleh : Nasrudin Joha
Ahoker bernama Rudi Valinka atau dengan nama akun twitter @kurawa, mengikuti jejak junjungannya, Ahok. Tak paham syariat Islam, Ahoker ini melempar wacana yang merusak ruang empati dan kecerdasan publik.
Rudi Valinka mengusulkan kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk memberikan fatwa membolehkan ummat Islam tidak puasa pada tahun ini karena pandemi virus corona.
Penulis buku 'A Man Called Ahok', Rudi Valinka, yang juga pemilik akun Twitter @kurawa ini, meminta puasa bisa diganti dengan membayar denda dan memberi makan untuk orang miskin. Dengan membayar Fidyah (denda) memberikan makan untuk orang miskin, cara ini dianggap yang paling ideal dalam kondisi pandemik.
Pernyataan ngawur ini, secara substansi sama dengan pernyataan Ahok yang tak paham agama Islam tetapi membuat tafsir ngawur terhadap surah Al Maidah. Membuat usulan, tanpa basis ilmu, dan seolah lebih berjiwa sosial dengan memberi makan orang miskin, seolah yang tetap berpuasa tak peduli pada orang miskin karena tetap berpuasa pada kondisi pandemik, jelas pandangan yang sangat menyesatkan.
Jika hendak dirinci, ada banyak persoalan dari pernyataan yang dianggap sederhana ini. Karena itu, segenap umat Islam wajib waspada terhadapnya.
*Pertama,* Pernyataan ini keluar dari orang yang memiliki kedangkalan ilmu pada tingkat yang paling parah. Jika seorang muslim, maka layak dipertanyakan keislamannya. Jika berstatus kafir, maka jelas pernyataan ini melecehkan agama Islam.
*Kedua,* dalam fiqh Islam termasuk kewajiban menjalankan ibadah puasa terdapat hukum azzimah (kondisi normal) dan rukhsoh (kondisi tertentu sehingga berlaku keringanan). Azimah dan Rukhsoh puasa Ramadhan berbeda dengan kewajiban Sholat Jum'at, atau sholat berjamaah di Masjid.
*Ketiga,* mengaitkan usulan tidak melaksanakan puasa tanpa udzur yang syar'i sehingga dapat menjadi dasar berlakunya Rukhsoh (keringanan) dengan kewajiban membayar fidyah (denda) untuk orang miskin justru memiliki tendensi politik jahat.
Umat Islam yang tetap menjalankan puasa dengan ketentuan azzimah, tanpa Rukhsoh, dan tak membayar fidyah, seolah tak peduli dengan situasi pandemik dan tak berempati pada fakir miskin.
Semestinya, jika persoalannya tentang pandemik virus Corona, tentang memberi makan rakyat, si ahoker penulis buku "A Man Call A Hok" ini semestinya mengusulkan bahkan menekan Presiden agar menetapkan status Karantina Wilayah (Lockdown) dengan kewajiban menjamin kebutuhan hidup dasar orang dan hewan ternak selama masa pandemik.
Atau kalaupun tidak bisa memberi makan rakyat pada saat pandemik, minimal ahoker ini bisa tekan si Ahok komisaris Pertamina. Agar, Pertamina segera turunkan harga bensin. Bukan hanya kasih diskon cash back untuk Ojol.
Dalam situasi pandemik ini, rakyat terutama rakyat miskin akan sangat tertolong dengan harga BBM murah. Apalagi, hampir sebulan yang lalu Presiden Jokowi juga menjanjikan akan menurunkan harga BBM karena turunnya harga minyak mentah dunia.
Kalau mau kritik, kasih masukan, itu ke pemerintah, ke Negara, yang punya kewajiban mengurusi rakyat. Jangan komentari urusan ibadat Umat Islam tanpa punya sandaran ilmu.
Hei, Rudi Valinka Ahoker, elu itu muslim apa kafir sich ? [].
Sumber: gelora.co, dll