Anies: Rukun, Inisiatif Kasimo (Katolik) Galang Dana Bangun Rumah Prawoto (Tokoh Masyumi)


Jum'at, 24 Juli 2020

Faktakini.net

Cerita Kerukunan Anies Baswedan: Inisiatif Kasimo yang Katolik Galang Dana Bangun Rumah Prawoto Mangkusaswito Tokoh Muslim Masyumi

Anies Baswedan adalah sosok pemimpin dengan pengetahuan, wawasan, dan kebijaksanaan. Dalam sebuah percakapan yang santai Anies mengatakan bahwa lawan itu dibutuhkan untuk sebuah keselarasan.

"Saya bedakan antara musuh dengan lawan, lah kalau kita main catur ada lawannya mas, main catur dewe ora penak mas, by definition tapi kan rukun mas main catur ya," ucap Anies.

"Jadi persahabatan tetap jalan tapi ide gagasan boleh berbeda, nah biarkan publik nanti menilai. Tapi jangan takut dengan perbedaan, rukun itu kan bukan berarti tidak ada perbedaan , rukun itu artinya kita menjaga kedewasaan untuk saling menghargai, saling menghormati, perbedaan ada tetapi tidak menggangu hubungan," sambungnya.

Anies lalu mengisahkan sejak lama kerukunan antar umat beragama sudah dicontohkan oleh tokoh-tokoh pendiri bangsa.

"Mungkin ingat sama Pak Prawoto (Mangkusaswito) , pas pemilu pertama beliau punya anggaran, ini pemimpin masyumi, tokoh masyumi. Nah Prawoto ini engak punya rumah mas, tokoh Masyumi enggak punya rumah, Perdana Menteri, enggak punya rumah, anak banyak," kata Anies

"Terus Kasimo (Ignatius J. Kasimo), J. Kasimo itu adalah tokoh Partai Katolik Indonesia, lalu Kasimo itu bicara dengan beberapa orang, K.H Wahid Hasyim dan lain-lain. Yuk kita urunan beliin dia rumah, ini yang ngumpulin orang Katolik nih tapi kata Pak Kasimo, jangan dirumah saya rapatnya karena enggak enak, masa yang ngumpulin malah dari orang katolik. Jadi sudah ngumpulnya dirumah pak Wahid Hasyim, ya udah Wahid Hasyim bersedia, dikumpulkan uang ini untuk Pak Prawoto, dan Pak Prawotonya enggak tau. Iuran yuk belikan dia rumah. Selesai itu rapat memutuskan biar Pak Wahid, Kiai Wahid Hasyim saja yang menyampaikan ke Prawoto, enggak mau. Katanya kenapa, nanti kalau saya yang memberikan nanti prawoto tidak kritis lagi sama NU, coba jelas ya, oke," sambung Anies bercerita.

"Rukun, guyub tapi justru terjaga perbedaan itu. Disisi lain beda ide, diruang berdebatan mereka berdebat, mereka saling kritik, tapi diluar arena itu mereka adalah sahabat, teman, yang memikirkan hajat hidupnya," ucapnya lagi.

Anies mengatakan orang-orang dahulu, pemimpin kita sangat suka dengan kritik, bahkan jika memberikan sesuatu lebih baik tanpa nama agar orang yang diberi tetap kritis pada yang memberi.

"Hari ini, kita memberi sesuatu sambil berharap orang itu diam mas. Coba cek.
Ini Wahid (Hasyim) itu malah bilang enggak usah saya yang berikan supaya beliau tetap kritis terhadap NU. Karena Masyumi kritis sama NU. Nah ini yang saya banyangkan bisa dihidupkan lagi," harap Anies mengakhiri.