Asal Usul Dinamakan Hari Tarwiyah Dan Arafah
Rabu, 29 Juli 2020
Faktakini.net
*KOPI PAGI*
_ASAL USUL DINAMAKAN HARI TARWIYAH DAN ARAFAH_
Pada waktu itu, ketika usia Nabi Ismail menginjak kira-kira 7 tahun (ada pula yang berpendapat 13 tahun)
لأنّ إبراهيم -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآله وسَلَّمَ- رأى ليلة الثامن كأنَّ قائلاً يقول له: إنّ الله تعالى يأمرك بذبح ابنك، فلمّا أصبح رؤي؛ أي: افتكر في ذلك من الصباح إلى الرواح؛ أمِنَ الله هذا، أم من الشيطان؟ فمِن ذلك سُمِّي يوم التروية
Pada malam tanggal 8 Dzulhijjah, Nabi Ibrahim ﷺ bermimpi ada seruan, “Hai Ibrahim! Penuhilah nazarmu (janjimu) untuk menyembelih putramu!”
Maka, pagi harinya beliau pun berpikir dan merenungkan arti mimpinya semalam. Apakah mimpi itu dari Allah ﷻ atau dari setan? Dari sinilah kemudian tanggal 8 Dzulhijah disebut sebagai hari tarwiyah (artinya, berpikir/merenung).
Pada malam tanggal 9 Dzulhijjah, beliau bermimpi dengan mimpi yg sama seperti sebelumnya. Maka, pagi harinya beliau tahu dengan yakin bahwa mimpinya itu berasal dari Allah ﷻ. Dari sinilah tanggal 9 Dzulhijjah disebut dengan hari ‘Arafah (artinya mengetahui), dan bertepatan pula waktu itu beliau sedang berada di tanah Arafah.
Malam berikutnya lagi, beliau mimpi lagi dengan mimpi yang sama. Maka, keesokan harinya, beliau bertekad untuk melaksanakan nazarnya (janjinya) itu. Karena itulah, hari itu disebut dengan hari menyembelih kurban (yaumun nahr).
#المرجع : درة الناصحين فى الوعظ والإرشاد للشيخ عثمان بن حسن بن أحمد بن الشاكر الخوبرى
Faktakini.net
*KOPI PAGI*
_ASAL USUL DINAMAKAN HARI TARWIYAH DAN ARAFAH_
Pada waktu itu, ketika usia Nabi Ismail menginjak kira-kira 7 tahun (ada pula yang berpendapat 13 tahun)
لأنّ إبراهيم -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآله وسَلَّمَ- رأى ليلة الثامن كأنَّ قائلاً يقول له: إنّ الله تعالى يأمرك بذبح ابنك، فلمّا أصبح رؤي؛ أي: افتكر في ذلك من الصباح إلى الرواح؛ أمِنَ الله هذا، أم من الشيطان؟ فمِن ذلك سُمِّي يوم التروية
Pada malam tanggal 8 Dzulhijjah, Nabi Ibrahim ﷺ bermimpi ada seruan, “Hai Ibrahim! Penuhilah nazarmu (janjimu) untuk menyembelih putramu!”
Maka, pagi harinya beliau pun berpikir dan merenungkan arti mimpinya semalam. Apakah mimpi itu dari Allah ﷻ atau dari setan? Dari sinilah kemudian tanggal 8 Dzulhijah disebut sebagai hari tarwiyah (artinya, berpikir/merenung).
Pada malam tanggal 9 Dzulhijjah, beliau bermimpi dengan mimpi yg sama seperti sebelumnya. Maka, pagi harinya beliau tahu dengan yakin bahwa mimpinya itu berasal dari Allah ﷻ. Dari sinilah tanggal 9 Dzulhijjah disebut dengan hari ‘Arafah (artinya mengetahui), dan bertepatan pula waktu itu beliau sedang berada di tanah Arafah.
Malam berikutnya lagi, beliau mimpi lagi dengan mimpi yang sama. Maka, keesokan harinya, beliau bertekad untuk melaksanakan nazarnya (janjinya) itu. Karena itulah, hari itu disebut dengan hari menyembelih kurban (yaumun nahr).
#المرجع : درة الناصحين فى الوعظ والإرشاد للشيخ عثمان بن حسن بن أحمد بن الشاكر الخوبرى