Cukong Reklamasi Ngamuk Dan Ahokers Terus Bangun Opini Untuk Jegal Anies
Kamis, 23 Juli 2020
Faktakini.net
Ketika Cukong Reklamasi Ngamuk Pada Anies, Pendukung Ahok Terus Berupaya Bangun Opini untuk Menjegal Anies
Demo reklamasi Ancol yang kabarnya dilakukan besar-besaran ternyata hanya dihadiri segilintir orang saja. Sebelumnya di banyak media online diberitakan Anies akan digeruduk demo besar.
Terlihat dari gambar yang diambil dari sisi atas, jumlah demonstran sangat sedikit. Jumlah pewarta yang datang meliput jalannya aksi demo justru lebih banyak. Masyarakat Jakarta pasti bisa menilai mengapa demikian.
Dalam salah satu media, Koordinator aksi demo bernama Badai Ahkadera diawartakan bahwa Ia berkata reklamasi Ancol berpotensi menghancurkan lingkungan dan merampas ruang hidup masyarakat pesisir khususnya nelayan Teluk Jakarta.
Tentu pernyataan tersebut merupakan sebuah ilusi, tidak sesuai fakta. Gubernur Anies Baswedan secara terang benderang sudah menjelaskan bahwa posisi perluasan daratan Ancol sama sekali tidak menggangu ruang hidup masyarakat pesisir, karena hanya menghadap ke kawasan industri Ancol dan wilayah pariwisata PT Pembangunan Jaya Ancol, berbeda dengan reklamasi 17 pulau Cukong.
Oleh karena itu selama ini perluasan lahan yang terjadi akibat penimbunan yang berasal dari kerukan sungai dan waduk Jakarta tidak ada yang mempermasalahkan, karena kenyataannya tidak mengganggu lingkungan dan perkampungan masyarakat khususnya nelayan.
Pertanyaannya jika selama ini program penimbunan lahan yang sudah berjalan 11 tahun tidak dipermasalahkan, lalu kenapa saat ini malah seolah-olah ada penolakan? Tentu menjadi tanda tanya besar. Hal ini terjadi karena yang menjalankan program reklamasi Ancol untuk kepentingan rakyat adalah Gubernur Anies Baswedan.
Kelompok kalah Pilgub masih sangat sakit hati terhadap Anies, mereka masih belum bisa menerima kekalahan hingga saat ini. Sehingga yang bisa dilakukan adalah merawat
kebencian dan dendam terhadap Anies.
Tidak main-main mereka adalah orang-orang ahli dalam taktik pembentukan opini di media. Masyarakat terus didorong untuk fokus pada isu reklamasi.
Ya memang saat ini untuk isu reklamasi sangat terlihat para pendukung Ahok sangat bersemangat.
Penggiringan opini untuk menyalahkan langkah Anies mulai dari gerakan demo, komentar abal-abal dari orang mengaku mantan relawan Anies-Sandi, terlihat jelas sebagai rentetan dalam membangun opini.
Pada faktanya reklamasi Ancol yang ditandatangani Gubernur Anies dalam Keputusan Gubernur No. 237 tahun 2020 juga membuat para cukong kepanasan. Pulau yang mereka bangun dengan susah payah untuk kalangan elit dicabut izinnya oleh sang Gubernur.
Sehingga bisa jadi para cukong tersebut lah yang berada dibalik ini semua ini. Seperti pemberitaan laporan Tempo menyebut ada dana dari pengembang reklamasi yang mengalir ke "Teman Ahok".
Bahkan ada Majalah Tempo edisi 20-26 dengan cover story“Duit Reklamasi untuk Teman-teman Ahok,” menceritakan bagaimana uang sebanyak Rp 30 miliar itu sampai ke Teman Ahok.
Bahkan anggota DPR dari PDI Perjuangan Junimart Girsang sempat menyengat publik. Dalam rapat kerja dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), pada Rabu 15 Juni 2016, dia bertanya soal aliran dana ke Teman Ahok.
"Kami mendapat info, ada dana pengembang reklamasi Rp 30 miliar untuk Teman Ahok melalui Sunny dan Cyrus,” katanya. “Saya tidak tahu apakah KPK telah melakukan pemeriksaan pada Sunny atau Cyrus.” Begitu lansir tempo.co (19/6/2016) lalu.
Untuk diketahui Sunny Tanuwijaya adalah staf khusus Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Melihat fakta sejarah di atas, yang dekat dengan pengembang reklamasi 17 pulau Cukong adalah orang-orang Ahok. Sehingga jelas saja saat ini mereka seperti kebakaran jenggot saat Anies melakukan perluasan lahan di Ancol.
Jadi jangan heran dengan berbagai macam cara, mereka terus membangun kampanye negatif terhadap reklamasi rakyat a la Anies. Masyarakat tentu sudah bisa membedakan mana fakta dan mana opini yang dibangun menjadi seolah-olah fakta.
Anies akan terus dipojokkan sesuai visi mereka. Pendukung Ahok terus berupaya menjadi rem atas popularitas sang Gubernur yang tak terbendung.
Oleh: Marzuki Pebrianto, Pemerhati Sosial